Secuil Kisah Kelam Muhammadiyah Kangean Masa-masa Awal
Oleh: Syauqi Khaikal Zulkarnain
Persyarikatan Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid. Adapun maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Pada abad kedua usianya, Muhammadiyah terbukti dapat menjawab persoalan dan tantangan zaman. Berawal dari Kauman Yogyakarta, Persyarikatan Muhammadiyah yang pada mulanya mengalami tentangan dari berbagai pihak kini bertransformasi menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M. Si. selaku ketua umum PP Muhamadiyah menyebutkan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern terbesar di Indonesia dalam hal kiprahnya menjawab tantangan zaman. Kiprah Muhammadiyah di berbagai persoalan keumatan, kebangsaan, kemanusiaan, pendidikan, dll menjadi testimoni penting dari keberhasilan Muhammadiyah. Islam sebagai dinul amal puncaknya nanti adalah Islam sebagai dinul hadharah, Islam menjadi agama peradaban yang maju yang kemudian kita sebut sebagai Islam Berkemajuan.
Muhammadiyah dalam perjalannya hingga menjadi organisasi Islam terbesar tentu mengalami proses yang tak mudah. Pada mulanya Muhamadiyah menerima rentetan penolakan oleh tokoh-tokoh muslim lain, bahkan K.H. Ahmad Dahlan dituduh sebagai Kiai sesat dan kafir. Tuduhan kafir terhadap Kiai Dahlan berhubungan dengan misi purifikasi ajaran Islam yang dilakukan oleh Kiai Dahlan beserta murid-muridnya. Selain itu Muhammadiyah pada masa-masa awal dituduh tasyabbuh (menyerupai orang kafir) karena melakukan pembelajaran ilmu-ilmu Barat. Penolakan lain terjadi ketika Kiai Dahlan meluruskan kiblat yang salah sehingga berujung pada insiden perobohan Langgar Kidoel.
Namun bak pepatah ”Pelaut andal tak lahir di laut tenang”, masa-masa sulit Muhammadiyah di awal kelahirannya berbuah manis. Buah itu kemudian dinikmati oleh kita semua dalam bidang keumatan, kebangsaan, kemanusiaan, pendidikan, dll. Ombak yang menghantam sebuah kapal bernama Muhammadiyah tak pernah berhasil menenggelamkan kapal tersebut, hal ini tentu disebabkan oleh kegigihan para anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah sebagai “pelaut-pelaut andal” di Persyarikatan.
Belakangan ini tengah viral sebuah video yang memuat pendeta Victor Rembeth tengah mengeluk-ngelukkan kiprah Muhamadiyah dan Kiai Dahlan. Beliau menyebutkan bagaimana awalnya Muhammadiyah dituduh sebagai organisasi Islam yang sesat dan tak mencerminkan nilai-nilai Islam karena beberapa alasan. Tuduhan tersebut bahkan tidak hanya menyasar Muhamadiyah sebagai organisasi, akan tetapi juga menyasar pendiri Muhammadiyah secara personal dengan mengatakan bahwa Kiai Dahlan merupakan Kiai palsu nan sesat. Pendeta Victor Rembeth menyebut Kiai Dahlan merupakan sosok ideal untuk menjadi contoh karena kepeloporan yang dimulainya bersama Muhammadiyah.
Video ceramah pendeta Victor Rembeth tersebut mendapat banyak atensi dari beberapa kader bahkan pimpinan Muhammadiyah. Barangkali yang menjadi pikiran kebanyakan mereka ialah sekelas pemuka agama lain saja begitu terkesima dengan perjuangan Kiai Dahlan, tentu saja kita sebagai anggota Muhammadiyah harus mampu meneladani lebih perjuangan guru kita, Kiai kita, dan para pendahulu kita.
Berangkat dari pernyataan di atas Muhamadiyah Kangean juga memiliki konflik yang tak jauh berbeda dengan Muhammadiyah di Jogjakarta pada masa-masa awal. Pada mulanya Muhammadiyah di Kangean pun menerima berbagai penolakan dalam hal dakwah maupun kegiatan keagamaan. Seperti halnya ketika Muhamadiyah hendak melaksanakan sholat Idulfitri pertamanya di lapangan, bagian paling melekat ialah ketika ada golongan-golongan Islam lain yang mencemooh warga Muhammadiyah dengan ucapan “Sholat kok di lapangan, seperti kambing saja”.
Tak hanya cemoohan, bentuk penolakan lainnya ialah dengan cara yang kurang pantas yakni dengan memberi kotoran hewan di lapangan yang akan dijadikan sebagai tempat berlangsungnya sholat Idulfitri warga Muhammadiyah Kangean. Cerita ini kemudian masih membekas di sebagian besar kepala warga Muhammadiyah Kangean.
Muhamadiyah Kangean yang juga mengalami penolakan yang cukup keras bertransformasi menjadi PCM yang paling berkemajuan di Madura. Dilansir dari tulisan Bahrus Surur dalam laman pwmu.co disebutkan bahwa “Perkembangan Muhammadiyah di Kangean–terutama dalam perspektif Amal Usaha Muhammadiyah dan pengembangan kelembagaannya–cukup maju. Di Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan Arjasa Kangean, ada 11 Ranting. Menariknya, masing-masing Ranting memiliki masjid dan beberapa musala. Bahkan, ada 5 Ranting yang memiliki Madrasah Diniyah Muhammadiyah”.
Kisah-kisah perjuangan dakwah Muhammadiyah pada mula-mula merupakan sebuah monumen historis yang patut kita contoh karena kita sebagai kader Muhammadiyah sudah pasti mengemban tugas sebagai calon penerus estafet kaderisasi, kepempinan, dan sekaligus juga pelangsung organisasi. Sebagai penegas, penulis selaku kader Muhammadiyah yang lahir di Kangean kembali akan mengutip pepatah bahwa “Pelaut andal tak lahir di laut tenang”.
Syauqi Khaikal Zulkarnain, Ketua Umum PK IMM FSBK 2020/2021