YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Majelis Tabligh PP Muhammadiyah mengadakan Kajian Kamis Pagi #27 secara virtual pada hari Kamis (23/09/2021) dengan tema “Pelajaran dari Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW”. Kajian tersebut menghadirkan Ustadz Akhmad Arif Rifan, S.H.I., M.S.I.
Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad didasari oleh ancaman pembunuhan dari kaum kafir Quraisy kepada Rasulullah. Dalam sebuah riwayat disebutkan kaum-kaum kafir Quraisy merencanakan pembunuhan kepada Nabi Muhammad karena memang tidak ada lagi cara untuk menghentikan dakwah Rasulullah selain membunuhnya. Alasan lain dari hijrahnya Rasulullah ialah guna mengembangkan dan menyebarluaskan pemikiran dan aqidah ke wilayah-wilayah lain dalam rangka menunaikan tugas risalah kemanusiaan yang universal, serta melaksanakan tanggung jawab dalam rangka menyadarkan, membebaskan, dan menyelamatkan umat manusia dari kehancuran aqidah.
Ustadz Akhmad Arif Rifan selaku narasumber menggunakan Kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum sebagai rujukan pada pembahasan hijrah Nabi Muhammad SAW. Pada kitab tersebut disebutkan bahwa Allah SWT memberi kabar kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril mengenai rencana pembunuhan tersebut sekaligus juga mengizinkan Rasulullah untuk meninggalkan Mekkah. “Jangan sampai bermalam di tempat tidurmu”, dalam Kitab Ar-Rahiq Al-Makhtum menjelaskan mengenai waktu hijrah Rasulullah yang terjadi ketika malam hari.
Nabi Muhammad SAW tiba di kota Madinah pada tahun 622 M. Kehadiran Nabi Muhammad dan umat Islam di kota Madinah menandai zaman baru bagi perjalanan dakwah Islam. Umat Islam mendapat perlindungan dari penduduk Madinah sehingga tidak banyak mengalami gangguan lagi dari kaum kafir Quraisy.
Dengan diterimanya Nabi Muhammad dan umat Islam oleh masyarakat Madinah, maka Nabi SAW memberikan gelar kepada umat Islam Madinah dengan sebutan Kaum Anshar, yakni kelompok masyarakat yang menjadi penolong. Sementara umat Islam yang berasal dari Mekkah disebut dengan Kaum Muhajirin. Hijrah Nabi Muhammad SAW merupakan cara membangun masyarakat baru sesuai ajaran Islam.
“Beliau (Nabi Muhammad SAW) diusir dari Mekkah, dengan mereka merencanakan pembunuhan kepada Rasulullah SAW maka secara tidak langsung mereka tak menginginkan Rasulullah. Sehingga Rasulullah pada akhirnya meninggalkan kota Mekkah. Sebelum melakukan perjalanan hijrah ada ungkapan dari Rasulullah tentang betapa beliau mencintai kota Mekkah, ungkapan tersebut bahkan sampai membuat Abu Bakar Ash-Shiddiq terharu” tutur Ustadz Akhmad Arif Rifan.
Sebagai pemimpin Rasulullah tak menghiraukan rasa cintanya kepada kota Mekkah dan tetap melakukan perjalanan Hijrah menuju Madinah (Yastrib). Hal ini membuktikan jiwa besar Rasulullah SAW sebagai seorang pemimpin. Nabi Muhammad mengesampingkan perasaan pribadinya demi tujuan dakwah dan kemaslahatan umat Islam. “Bahwa pendidikan dalam Islam itu tidak hanya untuk menjadikan seorang menjadi muslim, melainkan nilai-nilai Islam bertujuan dalam membentuk seorang menjadi muslim yang sejati dalam skala individu sekaligus dalam skala umat, skala kolektif” tambah Ustadz Akhmad Arif Rifan. (syq)