Peran Strategis Kader: Mana yang penting Organisatoris atau Ideologis?
Oleh: Akhmad Faozan
Sebelum berbicara kader secara lebih luas, hati kecil saya muncul sebuah pertanyaan. Benarkah Angkatan Muda Muhammadiyah sebagai kader penerus pelopor dan pelangsung Muhammadiyah hari ini mengkhawatirkan eksistensinya? Sejauhmana tingkat kekhawatirannya? Sebagaimana tulisan Umar Hasyim yang pernah menjadi Ketua PCM Mayong sebelum pemekaran dua kecamatan (Mayong dan Nalumsari) dalam buku fenomenalnya, Muhammadiyah Jalan Lurus. Di dalam buku tersebut sudah membahas begitu pentingnya kader.
Kader memiliki posisi sangat strategis. Umar Hasyim sudah membicarakan kader dengan kondisi yang barangkali sama dengan hari-hari ini. Namun kekhawatiran para pendahulu terhadap kondisi kader pada saat itu, toh nyatanya tetap berlangsung tongkat estasfet kepemimpinan. Kader muda (AMM) saat itu pada kenyataannya tetap eksis di zamannya dan menjadi penerus generasi berikutnya. Nah, Bagaimana menyikapi keberadaan kader AMM hari ini?
Kader sebagaimana dalam KBBI kader/ka•der/ n 1 perwira atau bintara dalam ketentaraan; 2 orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam pemerintahan, partai, dan sebagainya. Dengan melihat arti sebagaimana dalam kamus tersebut, poin (2) menjadi yang sangat relevan. Kader memiliki peran yang penting dalam pergerakan dakwah amar makruf nahi munkar lewat persyarikatan Muhammadiyah. Itu artinya jumlah kader memang sedikit. Kader adalah manusia pilihan setelah melewati proses pengaderann secara formal maupun non formal.
Kader penerus pergerakan Muhammadiyah adalah mereka yang disebut dengan Angkatan Muda Muhammadiyah. Tidak bisa dipungkiri, mau tidak mau mereka secara nyata adalah generasi penerus. Merekalah yang akan meneruskan perjuangan generasi hari ini yang mengemban amanat. Nasib persyarikatan Muhammadiyah ke depan berada pada pundak Angkatan Muda Muhammadiyah. Kekuatan dan kesiapan serta kesigapan dalam merespon tugas-tugas Muhammadiyah yang mereka geluti selama ini menjadi barometer mereka. Sejauhmana insting kader mereka mampu tumbuh, berkembang dan kuat. Reaksi cepatnya sangat dinanti.
Demikian pentingnya peran strategis kader, mereka tidak sekedar sebagai kader organisatoris namun juga kader ideologis. Akan timpang manakala hanya mengandalkannya sebatas kader organisatoris, secara organisasi sangat mumpuni paham dan berkapasitas. Teori administrasi, kesekretaritan, manajemen organisasi sangat lihai. Namun bila ideologinya tidak tertancap mantap dan tidak membumi, bisa jadi kalau Muhammadiyah diibaratkan dengan rumah besar, kalau kondisinya demikian akan keropos dan tak berisi. Maka dari itu, kader muda Muhammadiyah harus sekaligus menjadi kader organisatoris juga menjadi kader ideologis.
Nah, bagaimana dengan keadaan kader Muhammadiyah yang ideologis? Ternyata dapat ditelisik secara mendalam bagaimana Muhammadiyah menyiapkannya dengan merencanakan seperangkat ketentuan dan konsepsi yang menjadi ikhtiar besar dalam mewujudkan kader muhammadiyah berideologis. Seakan sudah sangat cukup manakala seperangkat software ketentuan berisi bagaimana menelurkan kader organisatoris sekaligus kader ideologis.
Sebagaimana dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM) memuat demikian jelasnya. Pada MADM termaktub kalimat sangat bernilai dan dalam sekali sampai kita sebagai kader dan jamaah menjadi klir dan clean. Dalam hal ini Muhammadiyah tidak sembarangan mewujudkan tujuan akhir dari proses panjang pergerakan ini, kalau tidak berorientasi kebahagiaan di akherat. Muhammadiyah hendak menghantarkan jamaahnya ke depan pintu gerbang jannatun na’im.
MADM bukan cerita sambil lalu dan tanpa bobot, karena Muhammadiyah pun menyiapkan seperangkat ketentuan dalam mewujudkan cita-cita mulianya dengan menelurkan konsepsi bernilai operasionalisasi yang sangat jelas berupa Pedoman Hidup Islami Muhammadiyah (PHIWM) dengan isinya yang sangat detail bagaimana mewujudkan pribadi yang ideal dan unggul menjadi bagian dari peradaban mulia ini. Bagaimana mewujudkan keluarganya yang ideal disaat mereka menjadi pimpinan di dalam keluarganya?
Bagaimana berorganisasi secara ideal dan islami dalam menjalankan roda pergerakan Muhammadiyah?, Bagaimana menggerakkan AUM sesuai ketentuan? dan bagaimana dalam bermuamalah bermasyarakat. Sederet pertanyaan yang nilainya sangat tersebut terjawab tuntas dengan konsepsi jelas dan detail ada pada kurikulum kehidupan yang telah tertuang dalam rumah besar Muhammadiyah.
Seakan sudah cukup materi bernuansa pengaderan maupun menjadi materi kajian dalam setiap even pengajian baik di ranting maupun cabang. Dengan demikian diharapkan dari mereka terproses secara formal dan alamiah kelak benar-benar menjadi kader militan dan Islami, dan kader organisatoris dan ideologis akan terpancar di wajah mereka dengan kepribadian Muhammadiyah.
Akhmad Faozan, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Mayong