SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Visi misi SD Muh 1 Solo antarkan 3 guru penggerak dan sekolah penggerak di antara salah satu program dari Kemendikbud untuk memajukan pendidikan Indonesia. Kepala Sekolah Hj Sri Sayekti MPd menyampaikan, mengikuti program sekolah penggerak merupakan wujud komitmen sekolah untuk menjamin mutu pendidikan.
Predikat sekolah penggerak ini harus dilaksanakan oleh semua komponen warga sekolah, agar tercipta profil pelajar pancasila yang cerdas, inovatif, dan memiliki wawasan kebangsaan yang kuat.
“Alhamdulilah, lolos guru penggerak sesuai nomor surat 4877/B2/GT.03.15/2021 tentang Pengumuman Kelulusan Hasil Seleksi Tahap 2 Calon Guru Penggerak Angkatan 4 dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Selamat Bu Dyah Elina Indriyani, Dwi Suparwanto dan Tri Yuniarti, semoga bermanfaat untuk pemgembangan SD Muhammadiyah 1,” ujarnya, Kamis (30/9/2021).
Tahapan menjadi sekolah penggerak, lanjutnya, diawali dengan pendaftaran yang dilakukan kepala sekolah melalui Sistem Informasi Manajemen untuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (SIM-PKB).
“Setelah itu mengisi beberapa tahapan seperti kuisioner dan tes skolastik,” jelas Sayekti.
Tes skolastik, kata dia, merupakan tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif.
“Kemampuan kognitif itu sendiri mencakup penalaran umum dan kemampuan pemahaman. Pada tahap pertama Smamsatu lolos dan berlanjut ke tahap selanjutnya, yakni tes wawancara,” tambahnya.
Salah satu penggerak terpilih Dwi Suparwanto, mengatakan bahwa Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya.
Mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
“Guru penggerak akan berperan untuk menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya. Menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah. Mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah,” beber Dwi Suparwanto.
Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah.
“Guru penggerak diharapkan menjadi pemimpin- pemimpin pendidikan di masa depan yang mewujudkan generasi unggul Indonesia,”pungkasnya. (Jatmiko)