DENPASAR, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Bali menggelar Seminar Nasional Gerakan Revolusi Mental, Sabtu 2 Oktober 2021.
Kegiatan yang digelar di Wisma Sejahtera Kemenag, Denpasar ini mengambil tema ‘Strategi dan Penguatan Kewirausahaan Melalui Digital Marketing Era New Normal’.
Kegiatan yang berlangsung secara daring dan luring itu menghadirkan beberapa pembicara kompeten di bidangnya, diantaranya yakni Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Buya Anwar Abbas sebagai keynote speech, dan Koordinator Tim Kerja, Faozan Amar.
Lalu, Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Rachmatulloh Baja, serta Praktisi IT sekaligus pengusaha, Hendro W. Saputro.
Seminar yang dihadiri oleh para kader Muhammadiyah se-Bali tersebut merupakan tindak lanjut MoU antara Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental.
Tujuan kegiatan tersebut untuk menghasilkan agen revolusi mental yang berkemajuan sehingga mampu mendorong pembangunan sumber daya manusia dan kebudayaan Indonesia.
“Turunan dari MoU itu ada kegiatan-kegiatan yang digelar di majelis, lembaga dan organisasi otonom baik di pusat maupun daerah,” kata pria yang juga Stafsus Menteri Sosial ini.
Faozan Amar juga mengungkapkan bahwa melalui seminar ini mampu melahirkan jiwa-jiwa wirausaha di kalangan kader muda Muhammadiyah Bali.
“Saya kira materinya bagus semua, paling penting adalah seperti disampaikan Buya Anwa, kita belajar buku renang sehebat apapun, walaupun hanya paham teorinya tapi gak pernah nyemplung ke air ya nggak bisa berenang, sama juga kita belajar teori bisnis tapi nggak pernah terjun ya sama aja,” ujarnya.
Ia mengajak kader Pemuda Muhammadiyah untuk terus menjadi agen _agent of change_ yang baik bagi bangsa dan negara.
“Karena pemuda hari ini akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan,” tutupnya
Sedangkan, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Buya Anwar Abbas dalam arahannya menyebutkan bahwa pada masa ini diperlukan para generasi muda yang mampu menjadi enterpreneur atau wirausaha muda di era pandemi.
Pasalnya, sekarang banyak anak muda, khususnya kader muda Muhammadiyah yang justru lebih tertarik bicara politik ketimbang perekonomian
“Saat ini banyak anak muda lebih tertarik bicara politik dibandingkan ekonomi,” paparnya.
Padahal, Muhammadiyah di awal berdirinya justru banyak diisi oleh para pengusaha yang memiliki jiwa pejuang.
“Sampai hari ini kita memang sudah berperan, dan Muhammadiyah dahulu unggul dalam semua lini, sekarang tidak lagi unggul di semua lini, bukan berarti tidak maju, tapi gerak orang lain lebih cepat dari Muhammadiyah,” paparnya.
Bahkan, ia menyebutkan walaupun Indonesia merupakan dengan populasi Muslim terbesar di dunia, tetapi justru jumlah pengusaha dari kalangan muslim sangat sedikit.
“Mayoritas muslim tapi kita tidak menjadi penentu. Dari elit strategis tidak ada umat Islam, 10 orang terkaya hanya Chairul Tanjung, dari 50 orang hanya 5 sampai 6 orang yang Muslim,” paparnya.
Bahkan, Buya Anwar sapaan akrabnya menegaskan bahwa para pengusaha sebagai pemilik kapital dan sumber daya sendiri menurutnya merupakan penentu dari jalannya sebuah negara.
“Menurut Noam Chomsky, penentu sebuah negeri bukan politisi, birokrat, tentara, atau polisi, tapi pemilik kapital atau pemilik sumberdaya,” tegasnya.
Sehingga, menurut dia hal ini menjadi tantangan Muhammadiyah untuk mencetak generasi pengusaha muda yang tangguh, terutama di era pandemi Covid-19.
“Bagaimana Muhammadiyah bisa menempatkan kader-kadernya di berbagai lini. Titik lemahnya yang tidak kuasai adalah elit strategis pengusaha,” paparnya.
Sementara, Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Rachmatulloh Baja menegaskan bahwa pihaknya siap untuk melakukan berbagai kolaborasi dengan berbagai stakeholder untuk mencetak para pengusaha muda, khususnya di bidang digital marketing menyongsong era 4.0.
“Pemuda Muhammadiyah siap berkolaborasi dengan stakeholder digital marketing baik pemerintah maupun swasta,” paparnya. (masruri)