PTMT dan Penyelamatan ‘Lost Generation’
Oleh: Nabil Syuja Faozan
Sebagai seorang lulusan Covid-19, tentunya saya sangat berharap Pembelajaran tatap muka harus segera dilaksanakan. Pembelajaran tatap muka sudah direncanakan oleh pemerintah sejak awal bulan Juni 2021 hingga pada akhirnya baru terlakasana pada akhir bulan Agustus 2021.
Pasca gelombang kedua Pandemi Covid-19 mereda, beberapa daerah di Indonesia mulai memberlakukan Pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas mulai senin 30 Agustus 2021 lalu setelah mendapatkan izin dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kemendikbudristek memberikan izin sebanyak 63 persen satuan Pendidikan yang berada di daerah PPKM baik level 1,2 maupun 3 untuk memulai memberlakukan PTM secara terbatas.
Meski pelaksanaan PTMT ini cukup beresiko, pihak penyelenggara mulai dari PAUD hingga Perguruan tinggi sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan PTMT dan menekan penyebaran Virus Covid-19 agar PTMT tidak menjadi cluster baru dalam pandemi Covid-19. Dengan tetap mengikuti protokol Kesehatan 5M. yaitu, Menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Rasa bangga dan senang dirasakan oleh peserta didik setelah hampir 1,5 tahun dipisahkan dengan teman-temannya karena pandemi, kini bisa Kembali dipertemukan. Para orang tua juga menyambut dengan gembira PTMT ini. Salah satunya adalah Umi Wiwi “cukup senang, pada akhirnya putra saya bisa kembali mondok dan bertemu dengan teman-temannya. Saya mengingatkan kepadanya agar tetap menjalankan protokol Kesehatan selama Ananda di pesantren”. Sikap lugas dan berani yang dilakukan pemerintah untuk mengizinkan Pembelajaran tatap muka perlu diapresiasi.
Keputusan Kemendibudristek dalam mengizinkan PTM terbatas sangat disambut positif oleh Orang tua, murid, dan sekolah. Karena akan memberikan dampak positif bagi prestasi akademik murid dan tumbuh kembang sang anak. Kewajiban orang tua sebagai rumah Pendidikan sang anak, kini dapat terbantu lagi perannya oleh para guru karena Kembali diberlakukannya PTM meski secara terbatas.
PTMT sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan belajar dan kesehatan murid. Selama Pandemi Covid-19 banyak murid yang pada akhirnya harus putus sekolah karena berbagai hal. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) ada 5 faktor yang menyebabkan terjadinya putus sekolah. Diantaranya, Pendidikan orang tua, ekonomi keluarga, minat sekolah, kondisi lingkungan dan pandangan masyarakat.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, Jumari, mengungkap bahwa Pandemi Covid-19 membuat jumlah angka anak putus sekolah meningkat. Jumlahnya sebanyak 10 kali lipat. “Tingkat putus sekolah itu sekitar 1,12 persen. Nah biasanya kita 0,1-0,2 persen putus sekolah itu. Ini naik 10 kali lipat untuk putus sekolah SD dibandingkan tahun 2019. Kemudian ada dampak-dampak lain yang sangat masif,” ujar Jumeri dalam sebuah webinar (21/9/2021).
Tak hanya itu, menurut Mentri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengakui banyak tantangan dalam pelaksanaan PTM di masa pandemi Covid-19. ”Bahwa ada tantangan sana sini yes, tapi kita lebih takut dan ngeri lagi kalau generasi yang akan datang jadi tidak berpendidikan dan jadi bodoh,” kata Luhut dalam konferensi pers daring, senin (27/9/21).
Kekhawatiran pemerintah terhadap masa depan bangsa menjadi salah satu pemicu PTM terbatas harus segera dilakukan. Kesehatan mental para siswa dan tenaga pendidik juga perlu diperhatikan. Banyak siswa yang menjadi adiktif terhadap sesuatu yang tidak baik untuknya karena ditiadakannya pembelajaran tatap muka. Para guru dan tenaga pendidik juga merasakan kesulitan dalam mendidik karena harus membagi peran sebagai pendidik dan orang tua dirumah.
Keadaan itulah yang kemudian dapat menjadi pemicu untuk terlaksana PTM terbatas. Untuk menghindari lost generation yang berdampak pada masa depan bangsa dan negara. Percaya diri, bertanggung jawab, dan berkomitmen dapat menjadi indikator yang mempengaruhi tingkat kehidupan menjadi lebih baik. Pribadi yang memiliki sifat percaya diri dapat menebarkan aura positif kepada orang-orang yang ada disektarnya, orang yang bertanggung jawab serta komitmen dapat diberikan kepercayaan lebih kepadanya.
Oleh karena itu, agar tetap PTMT pada masa pandemi Covid-19 dapat terlaksana dengan aman efektif, beberapa poin penting yang perlu diperhatikan (merdeka.com, 22/9) ; pertama, Mengecek kondisi tubuh sebelum berangkat. Sebelum berangkat ke sekolah, pastikan orangtua untuk selalu mengecek kondisi tubuh anak terlebih dahulu. Tujuannya, memastikan kondisi tubuh anak benar-benar sehat. Jika anak merasa panas atau mengalami gejala lainnya, lebih baik mengikuti pembelajaran di rumah untuk sementara waktu.
Kedua, Tetap jaga jarak. Perlu diingat sekolah tatap muka saat ini tidak bisa berlangsung normal seperti sebelumnya. Maka langkah kedua yang wajib dipenuhi yakni selalu menjaga jarak aman. Untuk itu, jarak antar meja di kelas minimal 1,5 meter dengan diberikan jalur khusus untuk akses masuk dan keluar kelas.
Ketiga, Jangan bertukar alat tulis dan buku. Seperti kita tahu penyebaran virus Covid-19 bisa dari mana saja. Untuk itu, siswa tidak diperkenankan bertukar alat tulis dan buku selama proses belajar mengajar. Di sinilah peran orangtua sangat penting memastikan kelengkapan media belajar sebelum anak berangkat ke sekolah.
Keempat, Membawa bekal sendiri. Pembelajaran tatap muka dilakukan dengan durasi yang lebih singkat dari biasanya. Sebab waktu di sekolah lebih dimaksimalkan untuk kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga tidak ada jam istirahat di luar kelas. Termasuk larangan membuka kantin dan adanya pedagang di sekitar sekolah.
Kelima, Menggunakan double masker. Saat pelaksanaan PTM di sekolah harus ditekankan kepada anak untuk menggunakan dan tidak melepas masker. Jangan lupa membawa masker cadangan sebagai pengganti apabila masker yang dipakai kotor. Pastikan masker selalu dalam dalam kondisi bersih dan higienis.
Keenam, Rajin mencuci tangan. Anjuran gemar mencuci tangan sangat berlaku dalam proses belajar tatap muka. Untuk itu pihak sekolah menyediakan wastafel berikut sabunnya. Termasuk memastikan anak didik untuk mencuci tangan sebelum masuk ke ruang kelas maupun saat pelajaran usai.
Dengan rasa percaya diri, bertanggung jawab, dan berkomitmen, maka tidak perlu lagi ada rasa takut dalam pelaksanaan PTMT. Wallahualam.
Nabil Syuja Faozan, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta