VATIKAN, Suara Muhammadiyah – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Abdul Mu’ti menjadi wakil umat Islam Indonesia dan Asia Tenggara dalam forum pertemuan para pemimpin agama dunia di Vatikan, Roma, Italia (5/10/2021). Forum ini dihadiri pemimpin agama dunia seperti Paus Fransiskus hingga Grand Syaikh Al-Azhar.
Dalam forum bertajuk Religions and Education: Toward a Global Compact on Education itu, Abdul Mu’ti berada satu meja dengan pemimpin Katolik dunia Pope Francis dan mufti agung Al-Azhar Syaikh Ahmad al-Tayyeb dan 15 tokoh agama dunia lainnya.
Bertepatan dengan hari Guru Internasional yang telah ditetapkan UNESCO sejak 1994, diselenggarakannya forum The Representatives of Religions ini dirancang untuk mempromosikan sekaligus merancang kesepakatan bersama tentang pendidikan dunia yang inklusif, yang berdampak pada perdamaian seluruh umat manusia di masa depan.
Abdul Mu’ti menyampaikan ceramah tentang paradoks antara peran besar yang diemban guru sekaligus kesejahteraan dan keamanan hidup mereka yang tidak terjamin. “Dengan dedikasi penuh, guru bekerja sepenuh hati untuk siswanya. Untuk dedikasi ini mereka mengorbankan waktu, tenaga, keluarga, dan hidup. Untuk menemui siswa, guru harus tinggal di daerah terpencil dengan fasilitas yang sangat minim. Ada guru di kamp-kamp pengungsi. Ada situasi di mana guru harus mengajar di tengah perang,” kata Mu’ti.
Namun kondisi guru belum sesuai dengan kontribusinya. Guru di banyak negara, dibayar di bawah standar. Ada guru yang hidup dalam kondisi ekonomi yang buruk. “Apresiasi kepada guru baik sebagai pribadi maupun profesional masih kurang memuaskan. Guru menjadi korban kekerasan, dihukum, dan sebagainya. Akibat kondisi tersebut, generasi muda kurang berminat menjadi guru,” imbuhnya.
Tugas besar para guru untuk menyiapkan masa depan bangsa bahkan dunia yang baik ini menurutnya perlu menjadi perhatian para tokoh agama di dunia untuk menggaungkan penghormatan yang layak dan sepatutnya diterima oleh para guru. “Dari sudut pandang agama, guru memiliki misi profetik sebagai utusan’ Tuhan yang memegang, mengajar, ajaran agama ke dunia,” tutur Mu’ti. Tugas mulia ini diemban oleh para pimpinan umat setelah para Nabi.
Menurut Mu’ti, sudah saatnya kita menghormati guru. Kualitas pendidikan, manusia, bangsa, dan dunia – sampai batas tertentu pada kualitas guru. “Kita membutuhkan tindakan bersama dan kerjasama untuk menjadikan guru sebagai profesi terhormat dan agen peradaban dan peradaban umat manusia. Kita membutuhkan jaminan hukum untuk jaminan psikologis, profesional, moral, dan sosial bagi guru. Dari sini, kita perlu memiliki komitmen dan tindakan bersama menuju apresiasi yang lebih baik kepada guru,” kata Abdul Mu’ti. (ppm/rbs)