MEDAN, Suara Muhammadiyah – Badan Islam dan Muhammadiyah (BIM) UMSU menggelar kegiatan refreshing bagi Instruktur Kajian Intensif Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (KIAM) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Refresing sekaligus memberikan reward kepada instruktur terbaik di tahun 2020 itu dilaksanakan guna menyatukan persepsi dan sekaligus sosialisasi pelaksanaan KIAM bagi mahasisiwa Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun Akademik 2021/2022.
Refresing diikuti oleh seluruh instruktur KIAM sebanyak 33 orang, yang juga merupakan dosen Al_Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Acara ini dibuka oleh Radiman, S.E., M.Si, Kepala Biro Mahasiswa dan Alumni (KABIMAWA) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa KIAM bagi mahasisiwa UMSU Tahun Akademi 2021/2022 dilakukan masih secara daring mengingat kita di Medan masih belum diizinkan perkuliahan 100 % secara luring. Namun pelaksanaan Mentoring KIAM sudah boleh secara luring dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
Pelakasaanaan KIAM baik secara daring maupun luring sebenarnya memiliki plus minus, namun karena KIAM ini merupakan sebuah pelatihan tentu memiliki banyak kekurangan dilaksanakan secara daring. Kekurangan tersebut diantaranya wifi di beberapa daerah tempat tinggal mahasiswa tidak memadai, jumlah waktu dan materi juga belum seimbang mengingat dan mempertimbangkan kuota mahasiswa. Namun tetap harus lebih ditingkatkan dari tahun lalu yang juga dilaksanakan secara daring.
Public Speaking
Ada dua materi yang disampaikan dalam refreshing ini yaitu Publik Speaking dan AIK sebagai Ruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Adapun materi Publik Speaking disampaikan oleh Dr, Rudianto, M.Si. (Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara). Beliau menyampaikan bahwa keberhasilan suatu materi dalam berbicara didepan umum adalah ketika spembicara dapat merebut hati para audiens sehingga moment di awal ini perlu diperhatikan secara serius.
Kaitannya dengan para instruktur nantinya dalam menyampaikan materi kepada mahasiswa dalam pelaksanaan KIAM kiranya ini dapat dipraktikkan. Selain itu publik Speaking melalui zoom berbeda dengan secara luring. Perlu memperhatikan mic on atau off, berpakaian yang benar, camera kapan on atau off, background, share screen. Karena hal tersebut Nampak sepele namun mengganggu kenyamanan jalannya acara.
Pada sesi kedua materi Muhammadiyah sebagai Ruh Perguruan Tinggu Muhammadiyah, disampaikan oleh Drs Mario Kasduri, M.A. (Wakil Ketua PWM Sumatera Utara, Korbid MPK). Materi beliau berjudul AIK sebagai TUAN RUMAH di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Ada 4 pilar yang harus kita kuatkan dalam PTMA untuk menjaga PTMA terus berkembang, yaitu : a. AIK sebagai spirit pada Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah b. AIK itu tidak bisa lepas dari PTMA. c. Majelis DIKTILITBANG sebagai majelis yang diamanahi membina AIK di PTM, d. Pimpinan Perguruan Tinggi dan Dosen AIK diberi amanah sebagai ujung tombak membina AIK di PTMA.
Kata Mario Kasduri, Muhammadiyah bukan untuk mencari kekayaan tetapi mencari rezeki. Dan bukan untuk mencari kekuasaan. Tujuan Muhammadiyah, adalah masyarakat Islam yang pemahamannya yang mendalam, mengantarkan kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sudah berhasil ? belum sepenuhnya maka teruslah bergerak dan optimis. (Syaifulh)