SURAKARTA, Suara Muhammadiyah – Tim Litbang SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta menyelenggarakan kegiatan bedah buku “Menggerakkan Pendidikan Muhammadiyah” karya Dr. Mohamad Ali, M.Pd., berlangsung di ruang aula An Nafi’ dan diikuti semua guru, Jumat (8/10/2021).
Penulis merupakan akademisi sekaligus praktisi pendidikan yang saat ini menjabat sebagai Direktur Perguruan Muhammadiyah Kottabarat dan Wakil Dekan III Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Di awal paparannya, Mohamad Ali menyampaikan bahwa yang melatarbelakangi ia menulis beberapa buku termasuk buku “Menggerakkan Pendidikan Muhammadiyah” ini karena terinspirasi ucapan Imam Syafi’i yang sangat populer, yaitu “Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.”
Selanjutnya, ia mengungkapkan bahwa kemajuan sekolah sangat dipengaruhi oleh pola pikir guru. Ia berharap guru tidak sekedar berpikir profesionalisme, tetapi satu tahap di atasnya, yaitu eksistensialisme.
“Ketika guru menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pendidik, itu baru pada pola pikir profesionalisme. Mestinya, guru harus sudah pada tahapan berpikir bahwa eksistensi lembaga sekolah ini akan berpengaruh terhadap eksistensinya sebagai guru, sehingga ia akan terus bekerja keras, memberikan pelayanan terbaik, dan terus berinovasi,” ujar Ali.
Lebih jauh, Mohamad Ali menyampaikan bahwa cara mendidik yang baik adalah dengan menstimulasi aspek kognitif, moral, dan agama ke arah tahapan perkembangan yang lebih tinggi.
“Silakan dipelajari desain kurikulum dari berbagai sekolah unggulan kemudian dipadukan dengan teori perkembangan kognitif, moral, dan agama,” imbuhnya.
Menanggapi beberapa pertanyaan dari peserta seputar penerimaan peserta didik baru dan masukan atau kritikan yang ditujukan kepada sekolah, Ali berpesan untuk tetap berpikir positif dan optimis.
“Jangan sampai fokus pada mencari peserta didik baru, tetapi lalai dengan pelayanan terhadap peserta didik yang saat ini sudah dimiliki, karena kunci sukses PPDB adalah marketing dari orang tua/wali,” ungkapnya.
Berkaitan dengan kritikan atau masukan yang ditujukan kepada sekolah, menurutnya itu adalah hal yang lumrah karena Indonesia adalah negara demokrasi yang memberikan kebebasan bagi warganya untuk menyampaikan kritik dan saran.
“Tanggapi dengan jernih, jadikan kritik itu sebagai refleksi dan motivasi untuk terus memberikan pelayanan terbaik,” kata Ali.
Siti Junaidati, selaku koordinator litbang mengungkapkan bahwa bedah buku merupakan program litbang yang diselenggarakan secara rutin dua kali dalam sebulan. Tujuannya untuk mendiskusikan dan mengkaji pemikiran-pemikiran penulis buku guna menambah cakrawala berpikir dan menambah referensi dalam pengembangan ilmu pendidikan.
“Kegiatan ini juga bertujuan untuk menggelorakan semangat literasi membaca dan menulis di kalangan guru,” pungkas Dati. (Muhamad Arifin)