Gus Yaqut di TVMu: Agama Itu Substansi, Bukan Hanya Identitas

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – TvMU Chanel mengadakan Podcast TV Show Suara Moderasi Beragama dengan mengangkat tema “Agama Sebagai Inspirasi, Perkuat Moderasi” seri #9 pada Senin (11/10). H. Yaqut Choil Qoumas selaku Menteri Agama Republik Indonesia sebagai narasumber.

Gus Yaqut mengatakan bahwa sebagian dari umat kita memandang agama sebagai identitas bukan sebagai substansi, dan sebuah kebenaran. Banyak sekali orang menganggap agama ini cukup di permukaan saja, hanya sebatas pengakuan bahwa ia beragama, namun dalam perilaku tidak terdapat nilai-nilai agama. Padahal kita tahu, agama itu mengajarkan kebaikan, kasih sayang, saling menghormati, karena semua nilai-nilai agama itu baik.

Menurutnya kita masih menghadapi situasi di tengah-tengah masyarakat di Indonesia yang kita tahu di dalamnya terdapat masyarakat yang sangat religius dan beragama. Namun tetap banyak kerusakan disana-sini, masih ada kerusuhan, masih ada pelecehan. Dalam hal ini artinya agama ini tidak terinternalisai dengan baik, agama hanya menjadi identitas.

“Agama mempunyai nilai-nilai yang baik, di dalamnya tidak ada yang mengajarkan korupsi, agama sebagai inspirasi bukan hanya sekedar aspirasi. Namun jika agama ini hanya sekedar aspirasi agama hanya akan menjadi alat merebut sesuatu yang sesuai dengan kepentingannya. Seperti yang ada pada politik beberapa tahun belakang, agama hanya dijadikan sebagaia alat, sehingga agama itu sendiri jauh dari nilai yang sebenarnya,” tuturnya.

Dalam hal ini, Gus Menteri menjelaskan bahwa agama mempunyai nilai untuk mempersatukan, namun ketika agama masuk ke dalam wilayah politik dan digunakan sebagai alat atau senjata politik, agama akan menjadi sebaliknya, ia hanya akan menjadi alat pemecah belah bukan menyatukan. Oleh karena itu, kita semua sebagai warga Indonesia yang beragama, jadikanlah nilai-nilai kebenaran agama itu sebagai substansi, bukan hanya identitas.

Beliau memaparkan bahwa ada 3 problem mendasar yang menjadi persoalan besar dalam bangsa ini, pertama bahwa cara beragama kita ini adalah yang paling benar, sementara orang lain yang tidak sama dengan kita dianggap salah dan keliru. Kedua banyak orang memiliki gairah keagaman yang tinggi tetapi tidak ingin mendalami agamanya. Ketiga politik, politik praktis itu mencari suara sebanyak banyaknya dan alat yang paling mudah untuk mengumpulkan orang adalah agama salah satunya. Dari 3 hal ini yang membuat situasi keberagamaan kita ini dalam beberapa waktu terakhir tidak ideal, tidak kondusif, dengan hal itu kita perlu sama-sama membenahi situasi seperti ini.

“Pada dasarnya situasi ini akan membaik karena Islam mengajarkan sesungguhnya agama itu diturunkan untuk menyempurnakan akhlak bukan membuat akhlak baru. Agama itu datang untuk menghargai akhlak-akhlak sebelumnya, kalau kita semua mampu dan memahami fitrah agama seperti ini, saya kira kita akan kembali dalam kehidupan keberagamaan yang lebik baik,” tambahnya. (iza/riz)

Exit mobile version