In Memoriam Prof Suyatno, “Dukun” dari Purbalingga

Prof Suyatno

In Memoriam Prof Suyatno, “Dukun” dari Purbalingga

Oleh: Faozan Amar

Dalam suatu acara wisuda UHAMKA tahun 2004, saya hadir bersama mas Abdul Mu’ti, waktu itu ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah, dan saya sebagai Bendahara Umum, yang juga Dosen tidak tetap, mendengarkan laporan Prof Suyatno selaku rektor. Intinya Disamping melaporkan tentang wisuda juga menjelaskan perkembangan dan rencana UHAMKA depan.

Dari pidato tersebut, saya sampaikan bahwa Pak Yatno, yang lahir 15 Juli 1963, adalah seorang dukun dari Purbalingga, kampung asalnya, yakni duduk dengan tekun mengelola UHAMKA dengan penuh kesungguhan. Mas Mu’ti pun tertawa. “Secara keilmuan sebenarnya biasa saja, tapi ketekunannya luar biasa. Seolah ngga ada capaiannya”, ujar Mas Mu’ti menambahkan. Kini dua orang tersebut telah menjadi tokoh-tokoh Muhammadiyah.

Hasilnya, secara Institusi UHAMKA tidak hanya berkembang menjadi besar dengan akreditas A, tetapi secara pribadi Prof Yatno mendapatkan amanah dari Muktamirin untuk masuk ke 13 jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Jabatan yang disandangnya pun juga strategis, yakni bendahara umum dari sebuah organisasi Islam “terkaya” di dunia.

Salah satu kunci keberhasilan Muhammadiyah selama lebih dari satu abad adalah mengamalkan falsafah sepi ing pamrih ramai ing gawe, yakni sedikit bicara tapi banyak bekerja. Prof Suyatno termasuk aktifis Muhammadiyah yang mengamalkan falsafah tersebut dengan baik.

Sekalipun pernah terlibat aktif di partai politik, bahkan menjadi menjadi anggota legislatif di DPRD DKI Jakarta, Pak Yatno tetap kembali ke habitatnya sebagai akademisi, hingga terpilih sampai tiga periode memimpin UHAMKA. “Pokoknya kalau ada informasi saya kirim saja mas, mau dibaca atau tidak ya terserah. Saya ikut grup lebih dari 200”, ujarnya ketika saya tanya mengapa suka sekali ngeshare di grup WA.

Ruaaar biasa, di tengah kesibukannya yang padat, masih mau berbagi dan peduli. Kini keberhasilannya memimpin UHAMKA diuji dengan memimpin Universitas Muhammadiyah Bandung, yang masih seumur jagung. Tentu saja, ketika suksesi rektor UHAMKA berjalan, maka salah satu keberhasilan seorang pemimpin adalah mampu menciptakan kader-kader pengganti sebanyak mungkin. Dan untuk itu, waktulah yang akan menjawabnya.

Hasilnya dalam waktu singkat Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) telah memiliki bangunan yang megah dan representatif dengan jumlah mahasiswa mencapai 5000 orang. Sebagai rektor pertama, Pak Yatno telah meletakan dasar-dasar pengembangan keilmuan, keislaman, kemuhammadiyahan dan sarana prasarana bagi perguruan tinggi yang baru berdiri.

Selesai menjadi rektor dan Bendahara Umum PP Muhammadiyah, Pak Yatno mengemban amanah sebagai ketua DPW PAN Jawa Tengah. Banyak kalangan yang menyayangkan keaktifkan beliau di partai politik. Namun, kalau dilihat dalam sejarah, sesungguhnya bukan hal baru pimpinan UHAMKA aktif dalam politik praktis.

Sejarah mencatat, Mochtar Buchori mantan rektor IKIP Muhammadiyah Jakarta aktif di PDI Perjuangan dan menjadi anggota DPR/MPR RI. Qomari Anwar Rektor IKIP MJ terakhir dan rektor UHAMKA pertama aktif di PPP dan menjadi anggota DPR/MPR RI.  Karena itu adalah hak masing-masing pribadi yang dijamin konstitusi.

Saat memberikan sambutan mewakili Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti mengatakan ; saya mengenal Prof Suyatno sebagai seorang pekerja keras dan cerdas. Selama menjabat sebagai rektor UHAMKA banyak sekali prestasi yang diraih. Di bawah kepemimpinan Prof Suyatno Universitas Muhammadiyah Bandung juga berkembang dengan baik. Begitu pula ketika menjabat sebagai bendahara umum PP Muhammadiyah.

Dalam sambutan mewakili pimpinan UHAMKA, Desvian Bandarsyah mengatakan “Pak Yatno merupakan orang dengan karakteristik yang kuat. Dengan kekuatannya itulah, beliau bergerak dengan cepat dan hasilnya dirasakan manfaatnya oleh Muhammadiyah mulai dari pusat sampai ke bawah”.

Ketua DPP PAN Saleh P Daulay mengatakan “Prof Yatno itu orang baik. Suka senyum dan ramah pada semua orang. Tidak heran jika beliau terpilih menjadi bendahara umum PP Muhammadiyah pada muktamar yang lalu. Dedikasi dan pengorbanannya sudah terbukti. Saya kira, semua orang mengenal beliau pasti akan memberikan kesaksian bahwa beliau memang orang baik,” kenang Saleh (Kompas.com,10/10)

Wakil Rektor UHAMKA, Lely Qodariyah merasa kehilangan dengan wafatnya Prof Yatno;  “Tentu kami seluruh keluarga besar UHAMKA sangat kehilangan dengan wafatnya Prof Suyatno, bagi kami Prof Suyatno adalah guru kami, orang tua kami, sahabat kami. Kemajuan UHAMKA banyak ditorehkan pada masa kepemimpinan beliau”, ujar Lelly (detikcom, 10/10).

Dalam percakapan digrup WhatsApp, Prof Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan memberikan kesan : Prof Dr Suyatno M.Pd adalah orang yang sangat baik, kader militan, pekerja keras, pantang tolak tugas, kaya inisiatif, rendah hati dan supel dalam bergaul.

Kini sang “Dukun” telah kembali menghadap sang Khalik dan dimakamkan di Purbalingga kampung halamannya. Kita doakan semoga husnul khatimah dan mendapatkan tempat terbaik disisiNya. Aamiiin YRA

Sebagai isi tulisan ini merupakan bagian dari tulisan lepas sambut Prof Suyatno sebagai Rektor UHAMKA tahun 2018.

Faozan Amar, Dosen FEB UHAMKA dan Sekretaris Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah

Exit mobile version