MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Tim penerima bantuan dana Inovasi Teknologi Asistif dalam Pembelajaran Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar menggelar Workshop Nasional Penyusunan Bahan Ajar Inklusif Berbasis Universal Design Learning (UDL).
Workshop ini digelar secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting, Kamis, 14 Oktober 2021. Narasumber yang diundang merupakan pakar pembelajaran Inklusif berbasis Universal Design for Learning (UDL) dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof Dr Budiyanto MPd.
Narasumber tersebut juga menduduki posisi sebagai Head of Center for Disability Studies and Services (PSLD) dan Deputy Chairman of the Professionals Association of Indonesian Special Education.
Workshop dibuka oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unismuh Makassar, Erwin Akib PhD. Dalam sambutannya, ia mengapresiasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Menurutnya, diperlukan kebijakan terstruktur dalam mendorong pendidikan inklusif di perguruan tinggi.
“Sinergitas akademik harus selalu bertunas menjadi sebuah kultur dan memberikan atmosfer pendidikan yang berorientasi humanistik, dan memartabatkan mahasiswa tanpa ada perbedaan perlakuan sedikitpun. Pendidikan itu wajib hadir untuk semua,” pungkas Alumni S3 Universitas Teknologi Malaysia (UTM) ini.
Acara ini dihadiri peserta dari berbagai kalangan, yakni dosen, mahasiswa, dan praktisi pendidikan dari beberapa daerah di Indonesia.
Ketua Tim penerima hibah Dr Ummi Khaerati Syam berpandangan bahwa penting sekali membangun kesadaran tentang pendidikan dan pembelajaran yang berkeadilan. Termasuk memberikan perhatian terhadap pembelajar berkebutuhan khusus.
*Prinsip Desain Universal Pembelajaran*
Dalam workshop ini, Prof Budiyanto mengulas tiga prinsip UDL dalam implementasinya di lembaga pendidikan, baik kampus maupun sekolah.
Pertama, gagasan bahwa peserta didik memiliki motivasi yang berbeda untuk terlibat dalam pembelajaran. “Misalnya, beberapa siswa sangat termotivasi oleh spontanitas dan inovasi, sementara yang lain mungkin tidak nyaman dalam lingkungan belajar seperti itu,” jelas Guru Besar Pendidikan Khusus Unesa ini.
Kedua, memberikan peserta didik berbagai cara untuk mengakses dan terlibat dengan materi dan informasi dalam pembelajaran. Dalam bentuknya yang paling sederhana, ini bisa berarti menawarkan buku teks dalam format audio atau multimedia.
Ketiga, mendorong peserta didik untuk mendemonstrasikan pembelajaran mereka melalui berbagai bentuk, misalnya dalam bentuk ujian, multimedia, peta konsep, makalah, atau proyek. Prinsip ini menyoroti fungsi eksekutif, dimana siswa menerapkan apa yang mereka pelajari secara strategis.
*Agenda Strategis*
Rencana kedepannya, Tim Penerima Hibah Teknologi Asistif Unismuh ini akan merancang dan membangun sistem serta materi yang ramah untuk mahasiswa berkebutuhan khusus di lingkup FKIP Unismuh Makassar.
“Kami berharap, model yang kami bangun dapat menjadi kebijakan di tingkat Universitas. Program yang digarap dan didukung oleh tim yang hebat dan memiliki pengalaman dalam melayani akademik mahasiswa berkebutuhan khusus yang dimiliki oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris,” tegas Ketua Tim Ummi Khaerati.
Ia mencontohkan pembagian tugas dalam timnya. “Dr Eny Syatriana dan Dr Nunung Anugrawati menyusun bahan ajar yang adaptif bagi mahasiswa berkebutuhan khusus. Kemudian anggota lainnya memanfaatkan kepakaran dan keahlian para dosen ICT in Language teaching, CALL dan ICT-based Material Development dalam digitalisasi program,” tambah Ummi.