Kenangan Berkesan Dekan FEB UMBandung dengan Prof Suyatno

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UMBandung Dr. Drs. Ia Kurnia, M.Pd., CPRM., mengatakan dirinya sudah mengenal Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. sejak beliau masih menjabat Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan sebagai Rektor UHAMKA, hanya saja belum pernah bertemu secara langsung ataupun berbincang-bincang.

”Baru bisa bertatap muka langsung dan berbincang, ketika beliau sebagai rektor di Universitas Muhammadiyah Bandung, saya sebagai Ketua STIE Muhammadiyah Bandung. Pertemuan dengan beliau sering terjadi apabila ada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh LLDIKTI IV, terutama kegiatan raker yang melibatkan seluruh perguruan tinggi di wilayah Jawa Barat dan Banten. Beliau, Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd., sering hadir langsung mengikuti kegiatan di LLDIKTI tanpa mewakilkan,” ucap Ia Kurnia pada acara takziah virtual mengenang Rektor UMBandung pertama Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd., Selasa malam (12/10/2021).

”Kehadiran beliau langsung dalam kegiatan-kegiatan penting di LLDIKTI, menunjukkan keseriusan dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai rektor,” lanjut Ia Kurnia.

Ia Kurnia mengatakan, ”Nah Prof. Suyatno ini selalu menyapa dan mengajak saya untuk ngobrol berdua ataupun ngobrol bersama dengan para rektor dari universitas lain. Bahkan beliaulah yang memperkenalkan saya kepada rektor-rektor dari universitas Muhammadiyah lain ketika sedang kumpul bersama di antara jeda istirahat di acara LLDIKTI, ini mencerminkan sikap beliau yang sangat luwes dan memahami kondisi psikologis seseorang,” tuturnya.

Ia Kurnia juga mengatakan bahwa Prof. Suyatno merupakan sosok pekerja keras dan tidak kenal lelah. Ia Kurnia mengagumi kepribadian tokoh Muhammadiyah tersebut ketika berinteraksi dengan semua orang karena kepribadiaannya yang ramah, low profile,pendengar yang baik, dan menerima siapa saja yang ingin berdiskusi dengan beliau terkait hal apa pun.

”Di kemudian hari STIE Muhammadiyah bergabung dengan UMBandung, di luar dugaan beliau merekomendasikan saya untuk menjadi wakil rektor. Kemudian saya menghadap beliau, ‘Rasanya saya tidak mungkin mampu menjadi wakil rektor, ini berat prof, terlebih UMBandung ini bisa dikatakan Perguruan Tinggi baru’. Namun beliau menjawab ‘Jangan khawatir, Pak Ia, kita bekerja bersama-sama, banyak yang support kita, kita pasti bisa jika berjuang bersama-sama.’ Akhirnya saya siap bekerja sama dengan belau untuk mengembangkan UMBandung, dengan tugas utama saya adalah untuk mengawal proses penggabungan (STIEM Bandung ke UMBandung),” tuturnya.

”Karena waktu itu, penggabungan dua kampus ini memang tidak mudah, harus melalui proses dan mengikuti ketentuan dan aturan yang tidak mudah. Nah waktu itu saya ditugaskan untuk mengawal ini,” ungkapnya.

Di kampus sampai malam

Ia Kurnia bercerita bahwa Prof. Suyatno sering larut malam ada di kampus untuk menuntaskan berbagai pekerjaan yang belum selesai.

”Sehingga jujur saja, saya sebagai wakil rektor sering kali pulang terlebih dahulu daripada reaktornya, karena saya merasa tidak sanggup jika mengikuti ritme kerja beliau,” katanya.

”Pernah suatu ketika saya agak sedikit malu, ketika akan pulang lebih dahulu karena pak rektor masih ada di ruangannya. Saya terus saja mengintip, ternyata beliau belum pulang juga. Akhirnya saya pulang duluan sajalah, tidak apa-apa barangkali, padahal harusnya pak rektor dulu (yang pulang), kemudian baru kita-kita,” tandasnya.

”Sampai suatu ketika saya pulang duluan, tiba-tiba sekretaris rektor bilang, ‘Pak Ia, kemarin pak rektor mengontrol seluruh ruangan wakil rektor, beliau bertanya pada ke mana ini wakil rektor,’ katanya. Saya langsung menelepon Prof. Suyatno untuk meminta maaf sudah pulang duluan, lalu beliau menjawab, ‘Oh tidak apa-apa, Pak Ia, saya hanya ingin mengajak para wakil rektor makan bersama saja, soalnya kalau saya makan sendiri suka tidak enak’, kata beliau. Rupayanya beliau hanya ingin mengajak makan,” katanya.

”Begitulah kenang-kenangan dan kesan saya kepada Prof. Suyatno. Sekali lagi bahwa karakter beliau memang luar biasa, rendah hati, menghargai semua orang, pekerja keras, itu yang bisa saya amati setelah selama ini berkomunikasi dengan Prof. Suyatno,” pungkasnya.(Firman Katon)

Exit mobile version