Pesan Guru Kepadaku
Oleh: Dyah Wari Sukesi
Pagi ini kembali ku lihat pejuang-pejuang ilmu mengenakan “baju kebesaran” (baca : seragam) dengan mengantongi semangat memulai hari berkebiasaan baru. Ya… Para pelajar, mereka terlihat siap dan gembira menyambut simulasi pembelajaran tatap muka terbatas. Setelah hampir empat semester mereka jalani pembelajaran di ruang masing masing. Menambatkan segala rasa asyik yang selalu dijumpai ketika di sekolah.
Ada yang rindu jajanan kantin, rindu bercengkrama dengan teman, mengenang khidmat nya mengikuti upacara, ekstrakurikuler yang sayang jika ditinggalkan, pelajaran yang menyenangkan atau bunyi bel pulang sekolah yang terdengar merdu membangkitkan rasa sumringah yang tak terkira pertanda pelajaran hari ini telah tertunaikan dengan baik. Aaaahhh bagian bagian itu telah lama mereka simpan dalam dalam sebagai sebuah harapan agar bisa segera mereka jalani kembali.
Sungguh aku tidak menyangka jika pelaksanaan operasional sekolah akan berubah seperti ini. Kalau boleh memilih aku lebih suka bertemu langsung dengan murid muridku. Bisa dikatakan mereka juga pembangkit semangatku. Ketika aku lelah menghadapi segala tuntutan administrasi, merekalah yang melecutiku dengan sapaan hangat, senyum yang tulus. Merekalah jiwa jiwa yang bersandar pada kami, para guru. Jika teringat bahwa menjadi guru adalah panggilan jiwa. Kepada merekalah tampuk kepemimpinan generasi ke generasi bangsa ini diwariskan. Maka kelelahan ini berubah begitu saja menjadi Lillah.
Aku tahu nak..Aku sangat tahu, bahwa pada satu titik tertentu, terkadang kau juga kelelahan. Engkau juga mengalami kejenuhan. Namun bisa bertahan hingga pada titik ini, titik mulai di buka nya opsi sekolah tatap muka dengan segala keterbatasan nya, menurutku engkau luar biasa. Sabar nak… Cuma butuh kesabaran sebentar lagi insyaAllah ini tidak menjadi simulasi lagi. Perlahan lahan pembelajaran tatap muka terbatas ini akan tidak dibatasi lagi. Namun guru mu ini berharap kau tetap harus bisa menjaga konsistensi pembiasaan baru mu itu. Menjaga diri untuk tetap menerapkan protokol kesehatan ketat dengan prinsip kehati hatian.
Nakk.. Negeri ini memanggilmu. Menunggu kontribusi nyata darimu. Sekecil apapun upaya yang kamu lakukan jadilah pelaku sejarah. Ingatlah bahwa gerakan kaum muda selalu bisa membawa perubahan. Jangan mudah termakan isu-isu yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenaran nya. Isilah masa mudamu dengan hal hal yang bermanfaat.
Masa pandemi covid 19 sekalipun, jangan jadikan pandemi sebagai alasan untuk tidak berkarya. Jangan berdiam diri dibalik pandemi hanya untuk membuang waktu percuma. Kalian masih bisa tetap berkarya. Kalian masih bisa tetap berprestasi. Bijaklah menyikapi pandemi. Gunakan segala kemampuan dan kecakapan teknologi untuk mengekspresikan diri dalam karya dan prestasi. Tetaplah tangguh. Tak perlu banyak mengeluh.
Ingatlah pesan Rasulullah yang disampaikan oleh “Ibnu Abbas ra : Rasulullah SAW bersabda dan menasehati pada seseorang: “Gunakan yang lima sebelum datang yang lima : Masa Mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum masa matimu,” (HR Al-Hakim)
Perubahan ada di tanganmu. “JASMERAH” ‘jangan sekali-kali melupakan sejarah’. Kutipan pidato presiden pertama kita Ir. Soekarno ini memberi petunjuk kepada kita untuk senantiasa mengingat dan meneladani bagaimana pergerakan kaum muda dalam menorehkan sejarah perjalanan negeri ini. Mari kita ingat kembali, dari ‘Kebangkitan Nasional 1908’ dilanjut ‘Sumpah Pemuda 1928’, bagaimana peran pemuda dari penjuru negeri menggerakkan seluruh potensi dan semangat seluruh rakyat untuk bergerak melawan penindasan dan penjajahan.
‘Proklamasi 17 Agustus 1945‘, inisiasi dari pemudi-pemuda terbaik bangsa, dengan membawa Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan negeri ini. Tentu kita masih ingat 10 November 1945, Arek-Arek Surabaya bergerak melawan dan menentang penjajah yang ingin kembali menduduki Indonesia. ‘Gerakan Reformasi 1998’, gerakan moral para pemuda dan mahasiswa dalam memperjuangkan tegaknya demokrasi negeri ini, yang kesemuanya tercatat dengan tinta emas sejarah perjalanan negeri ini.
Bagi kita yang hidup di jaman sekarang, di era milenial, pemuda-pemudi bangsa sedang dihadapkan dengan pandemi Covid 19, akankah kita menjadi bagian dari sejarah? atau sekedar menjadi penonton sejarah? atau sebagai ‘Pelaku Sejarah’ !!?. Kita sendiri yang akan menentukan, mari kita lindungi diri kita, bangsa kita, negeri kita, dengan menjadi agen resiliensi. memiliki ketangguhan dalam menghadapi situasi dan kondisi, adjustment dalam berbagai kondisi dan situasi.
Gurumu ini tidak memungkiri kondisi dan situasi ini memberikan dampak yang luar biasa bagi seluruh lapisan masyarakat tak terkecuali para pelajar sepertimu.Berbagai keluh telah menantangmu. Namun jadilah resiliensi tangguh. Jagalah predikat sebagai pelajar dengan kukuh dan penuh rasa tanggung jawab. Jangan berhenti berkarya. Pelajar Indonesia adalah generasi resilien. Tetaplah tangguh. Kalian adalah bagian dari negara ini yang bisa membekali diri dengan edukasi. tunjukan kepada siapa saja di sekitarmu tentang bagaimana menjadi pelaku sejarah.
Dengan berpartisipasi dalam melindungi diri kita, keluarga kita, negeri kita. Sukseskan gerakan vaksinasi guna memutus mata rantai penularan covid 19. Dengan tetap menerapkan prokes 5M, Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menghindari kerumunan, dan Mengurangi mobilitas. Tetap berkarya dan tangguh belajar apapun keadaan nya.. Negeri ini butuh Generasi Tangguh, Generasi Resiliensi, Ibu Pertiwi memanggil!!
Tetap tangguh dan jangan mengeluh.
Dalam sebuah hadits, pada suatu kesempatan Rasulullah bersabda ” Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah SWT di bawah naungan-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : (salah satunya)…pemuda yang tumbuh dalam ibadah ( ketaatan) kepada Allah SWT …” (HR Bukhari)
Niatkanlah ini semua sebagai manifestasi ketaatan beribadah karena Allah SWT. Semoga Allah meridhai.