Sentuhan Cinta di Akhirat
Mengukir Persahabatan untuk Kebahagiaan
Oleh: Alif Sarifudin Ahmad
Dalam Shahih Hadis Qudsi disebutkan dari Abu Hurairah Radiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shalalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, Allah berfirman pada hari kiamat, “Di manakah orang-orang yang bercinta karena keagunganKu pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naunganKu pada hari yang tiada naungan kecuali naunganKu. (Muslim-Shahih). Dalam hadis lain dari Muadz bin Jabal , Radiyallahu Anhu ia menuturkan, aku mendengar Rasulullah bersabda, “Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, Orang-orang yang bercinta karena keagunganKu, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya, sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” (At-Tirmidzi)
Dari hadis ini jelaslah sentuhan cinta di Akhirat lebih abadi dibandingkan cinta di dunia. Percintaan atau persahabatan di dunia itu sifatnya sementara. Terkadang orang mencintai di dunia karena nafsu baik yang berupa ghoddob atau syahwat. Hal demikian yang menimbulkan sifat cinta di dunia tidak abadi. Cinta di dunia karena lahir seperti karena harta yang banyak, jabatan yang tinggi, wajah yang cantik, dan seterusnya.
Cinta harta, tahta, dunia, dan aura itu sifatnya sementara. Cinta yang sementara saja menimbulkan banyak perkara. Ada pengkhianatan, perselingkuhan, kecemburuan, bahkan pembunuhan hingga berakhir dengan perpisahan serta penderitaan.
Berbeda sentuhan cinta sesama orang beriman karena takwa. Harta, tahta, dunia, dan aura hanya titipan. Sentuhannya karena ikhlasnya hati jadi menggunakan bahasa hati. Bahasa yang indah, suci dan bisa mengajak kepada hamba Allah sesama orang beriman untuk menembus langit. Baginya bumi dan langit itu menyatu dalam sentuhan hati karena Allah.
Melalui tulisan ini, penulis ingin mengajak kepada pembaca untuk bercinta sesama orang beriman karena Allah hingga pertemuan itu menjadi abadi baik di dunia dan pertemuan di surga kelak. Percintaan yang dibangun karena iman bukan karena hawa nafsu.
Dari Al-Mustaurid bin Syaddad –semoga Allah meridhoinya- ia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
وَاللهِّ مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟
“Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke laut, maka lihatlah apa yang tersisa di jarinya jika ia keluarkan dari laut?” (HR Muslim no 2868).
Dalam hadits lain disebutkan;
مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا كَمِثْلِ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَا يَرْجِعُ وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ
“Perumpamaan antara dunia dgn akhirat ibarat seorang diantara kalian mencelupkan jarinya ke dalam lautan, maka hendaklah ia melihat apa yang menempel padanya. Lalu beliau memberi isyarat dengan jari telunjuknya”. (HR. Ahmad)
Para ahli hikmah berkata, Karena air tidak bisa menetap pada satu tempat, begitu pula dunia tidak bisa terus menerus di atas satu keadaan yang sama (terkadang senang terkadang sepi, …dst). Karena air akan pergi menghilang dan tidak akan kekal pada satu tempat. Begitu pula dunia yang fana akan sirna dan tidak akan kekal abadi. Karena air tidak ada seorang pun yang bisa memasukinya (air) dalam keadaan tidak basah. Begitu pula dunia tidak ada seseorang pun yang selamat dari fitnah dunia dan penyakitnya. Karena air tatkala sesuai kadar (keperluan)nya maka akan menjadi bermanfaat dan akan menumbuhkan tanaman, akan tetapi jika air tesebut melampaui kadar (keperluan)nya maka akan menjadi malapetaka yang bisa mematikan.
Begitu pula dunia apabila mengambil sesuai kadarnya maka akan bermanfaat baginya (tidak di sibukan dengan dunia), namun apabila berlebihan (dari kadar keperluannya) maka akan mencelakakan.”
Ada 4 sifat air
- Dunia tak pernah setia. Seperti air di dalam gelas tidak selamanya di gelas dia akan tumpah atau hilang. Itulah gambaran dunia dan air. Ada kisah misalnya tentang orang kaya dan memiliki jabatan yang tinggi, tetapi saat mau wafat dia kesepian padahal hartanya banyak. Hal ini menunjukkan bahwa dunia tak setia. Itulah gambaran cinta di dunia. Kita mencintai harta, tahta, dan dunia tetapi semua tak ada yang setia karena akan ditinggalkan semua.
- Dunia itu akan cepat hilang. Eksistensi dunia itu seperti air yang akan cepat hilang. Misalnya ada barang mewah yang kita cintai. Tetapi barang mewah itu seperti mobil dan sejenisnya setiap tahun akan berganti dan tak kan pernah abadi. Semua akan cepat hilang. Itulah gambaran bahwa tak selamanya cinta kepada dunia itu abadi.
- Dunia kalau cukup bisa menyelamatkan. Begitu juga air, kalau cukup bisa menyehatakan dan memenuhi hajat kehidupan, tetapi kalau air itu melimpah dan banyak seperti banjir yang meluap maka akan membinasakan. Ingatlah kisah zaman nabi Nuh AS dan umatnya yang ingkar. Umat Nabi Nuh diluluhlantakkan oleh Allah SWT karena keingkarannya. Dunia itu kalau banyak akan menghanyutkan dan menjerumuskan. Artinya cinta kepada dunia apabila sampai puncaknya menjadikan tidak abadi.
- Dunia akan memperbudakmu. Kalau kita terlalu asyik bermain-main dengan air maka akan basah dan menyakitkan. Kita akan masuk angin dan bisa demam hingga menyengsarakan.
Akhirnya dari tulisan di atas mengisyaratkan bahwa ketika cinta ada pada seorang hamba dengan dunia itu sifatnya sementara atau tidak abadi. Agar cinta yang tidak abadi itu akan menumbuhkan pencerahan lihatlah sifat air. Air itu mengalir dari atas ke bawah. Maka, selayaknya bagi orang yang beriman di dunia ini harus mengalir ketika diberi dunia sebagai wujud cinta sesama. Bahagia itu bagi orang yang bersemangat dalam berbagi. Semoaga bermanfaat.