Ketua MUI Bidang Hublu Soroti Konflik ISIS – Taliban
JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sejumlah aksi serangan dan bom bunuh diri pasca penarikan pasukan Amerika Agustus yang lalu terjadi di beberapa tempat dan sejumlah masjid Syiah. Serangan brutal yang dilakukan oleh ISIS-Khurasan ini menelan korban ratusan jiwa warga minoritas Syiah dan bahkan termasuk kelompok Taliban.
Terkait dengan itu, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim menyampaikan bahwa serangan tersebut adalah sebuah kejahatan yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis-teroris yaitu ISIS-K. “Serangan ini merupakan bagian dari perjuangan ideologi-politik ISIS yang ingin meluaskan Khilafah global termasuk di Afghanistan,” tutur Sudarnoto kepada Suara Muhammadiyah, Rabu (20/10/2021).
Menurutnya ISIS sejak awal berharap Afghanistan merupakan bagian dari Kekhilafahan ini, akan tetap Taliban menolak. Karena itu, ISIS dan Taliban sebenarnya memang berseberangan/bermusuhan. Bagi ISIS yang berbasis di Khurasan, berbagai serangan dan bom bunuh diri kepada siapa saja yang tidak sejalan dengan mereka, apalagi Syiah, haruslah dilakukan. ISIS-K telah merusak makna Jihad menjadi serangan, terror dan pembunuhan. Karena itu, ISIS adalah gerakan kejahatan dengan basis ideologi jahat dengan menggunakan dan mengeksploitasi keagungan Islam.
Menyerang tempat ibadah dan siapa saja yang sedang melakukan ibadah selain menghancurkan hak-hak beragama umat beragama juga merusak hak-hak hidup manusia. Ini adalah sebuah pelanggaran dan kejahatan berat terhadap hak-hak asasi manusia. Tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa kelompok ISIS ini adalah uncivilized people dan musuh kemanusiaan universal. Dalam perspektif hukum Islam, Hifdhun Nafs (menjaga jiwa dan hidup manusia) dan Hifdhud Din (menjaga agama) merupakan prinsip penting yang harus ditegakkan oleh umat Islam sehingga tercipta keteraturan dan kemaslahatan hidup. Dua prinsip ajaran Islam ini tentu sejalan dengan prinsip-prinsip HAM dan sekarang dirusak antara lain oleh ISIS.
Secara politik, serangan-serangan ISIS tentu saja juga dimaksudkan untuk mengganggu stabilitas Afghanistan yang saat ini sedang melakukan konsolidasi membentuk pemerintahan bersama atau pemerintahan inklusif. Kemenangan Taliban sebenarnya diharapkan bisa menjadi pintu politik penting membangun sebuah era baru Afghanistan di mana HAM bisa tegak, keamanan tercipta, pembangunan ekonomi berjalan sehingga kesejahteraan dan keadilan tercipta serta kepercayaan internasional terbangun kuat. Ini agenda mendasar dan tentu berat dan Taliban baru saja memulai.
ISIS sangat berkepentingan untuk mengacaukan dan merusak agenda tersebut dengan cara menciptakan terror sehingga tercipta satu suasana di mana mereka akan memperoleh ruang yang lebih lebar untuk menguasai Afghanistan. Bisa saja, apa yang dilakukan oleh ISIS ini juga didukung oleh kekuatan eksternal. Karena itu, Taliban saat ini memang harus meningkatkan kewaspadaan paling tidak terhadap dua hal. Pertama, terhadap serangan-serangan ISIS agar warga benar-benar terlindungi. Kedua, terhadap kemungkinan celah intervensi atau skenario luar untuk memperkeruh situasi Afghanistan. (riz)