MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Kualitas alumni perguruan tinggi di Indonesia dianggap kurang dapat bersaing di kancah global. Data Indonesia Development Forum 2019 (IDF 2019) menunjukkan kemampuan lulusan sarjana di Indonesia setara lulusan SMA di Denmark.
Kondisi serupa terungkap dalam laporan The Need for a Pivot to Learning: New Data on Adult Skills from Indonesia. Dalam laporan itu, pemuda Jakarta berusia 25-26 tahun memiliki kemampuan literasi lebih rendah dari lulusan SMP di Denmark.
Namun pendidikan tinggi bukan hanya bermasalah secara kualitas, melainkan juga soal rendahnya kuantitas masyarakat yang mengakses bangku perkuliahan. Angka partisipasi murni perguruan tinggi penduduk yang berusia 19-24 tahun hanya 19,32% pada tahun 2020. Angka ini bahkan menurun dari data tahun 2014 yang mencapai 20,18%.
Persoalan itu diungkapkan Anggota Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) Prof Dr Arismunandar saat menjadi narasumber dalam Pengajian Bulanan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel.
Pengajian yang mengangkat tema ‘Peta Jalan Peradaban Umat Islam Perspektif Pendidikan’. Acara digelar secara daring dan luring. Sekitar 270 orang hadir melalui aplikasi zoom, dan 150 orang hadir secara fisik di Aula Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah (UM) Palopo, Selasa malam, 19 Oktober 2021.
Selain Arismunandar, narasumber lainnya yakni Wakil Sekretaris PWM Sulsel Dr Abd Rakhim Nanda. Acara dipandu Aktivis Nasyiatul ‘Aisyiyah Sulsel Dr Ummi Khaerati Syam.
Arismunandar melanjutkan, sebagai wujud partisipasi Muhammadiyah membangun peradaban, organisasi ini perlu terus meningkatkan aksesibilitas pendidikan tinggi dengan mendirikan Universitas Muhammadiyah hingga ke berbagai daerah.
“Saya sudah pernah berkunjung ke Universitas Muhammadiyah Sinjai, Bone hingga Enrekang. Saya pikir inilah sumbangsih Muhammadiyah bagi peradaban, dengan terus meningkatkan akses pendidikan tinggi,” ungkap Mantan Rektor Universitas Negeri Makassar ini.
Arismunandar menawarkan solusi bagi perbaikan Pendidikan, yakni perbaikan mutu, akses, dan manajemen pendidikan. “Jika ingin melakukan lompatan, wajib belajar perlu ditingkatkan minimal menjadi 15 tahun. Hanya dengan itu, kitab isa mengejar ketertinggalan,” simpul Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sulsel ini.
Strategi Hadapi Tantangan
Narasumber kedua, Dr Abd Rakhim Nanda, yang merupakan Wakil Sekretaris PWM Sulsel, menyajikan materi tentang potret dan profil generasi harapan umat. Ia mengawali pemaparannya dengan mengulas tantangan umat manusia Abad-21.
“Saat ini dunia sudah terkoneksi melalui dunia siber. Manusia yang tidak mampu beradaptasi akan mengalami kejutan masa depan atau future shock. Di era post modernism ini, berkembang sikap nihilisme yang mempersetankan nilai-nilai agama, moral dan kebaikan,” urai Wakil Rektor I Unismuh Makassar ini.
Tantangan itulah, kata Rakhim, yang membuat Muhammadiyah harus menjaga generasi dari serangan isme-isme atau paham yang secara simultan menyerang eksistensi agama. Serangan tersebut, antara lain ideologi kapitalisme, atheisme, sekularisme, liberalisme, dan juga serangan Islamophobia.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Rakhim menegaskan perlunya mengambil beberapa Langkah. Pertama, istiqamah menunaikan tugas risalah Islam (Qs. Al-Maidah ayat 67); Kedua, terus berjuang untuk memenangkan risalah Islam (Qs. Al-Fath ayat 28).
Ketiga, sambung Rakhim, perlunya meningkatkan kesabaran dan kualitas sumber daya (Qs. Ali-Imran ayat 200); Keempat, penguatan ideologi dan kaderisasi, dengan rasionalisasi bahwa kader Muhammadiyah perlu secara terus menerus melakukan internalisasi, revitalisasi dan transformasi nilai-nilai kerisalahan Islam.
Siapkan Generasi Qurani
Dalam pengantarnya sebelum pengajian dimulai, Ketua PWM Sulsel, Prof Dr Ambo Asse, pilihan topik pengajian ini, dilatarbelakangi keinginan besar Muhammadiyah untuk terus menyiapkan generasi Qurani, yaitu generasi yang memahami dan mengamalkan Alquran.
Sebagai wujud implementasi generasi Qurani, Rektor UM Palopo Dr Salju melaporkan bahwa kampus yang dipimpinnya menginsentifkan pembinaan Tahsinul Qira’ah bagi mahasiswa.
UM Palopo dan secara rutin mengirim Muballigh Hijrah menjadi khatib Jumat pada 12 Masjid di Kota Palopo dan sekitarnya. Salju juga mengapresiasi penunjukan kampusnya sebagai tuan rumah Pengajian Bulanan tersebut.
Majelis Tabligh PWM Sulsel cukup konsen mengawal penyiapan generasi Qurani itu, dengan menggelar pengajian intensif setiap bulan.
Ketua Majelis Tabligh PWM Sulsel Dr Dahlan Lama Bawa menyampaikan pengajian November mendatang akan mengangkat tema ‘Peta Jalan Peradaban Umat Islam Perpektif Kesehatan’. Universitas Muhammadiyah Parepare (UMPAR) didaulat sebagai tuan rumah. (hadi/riz)