PAREPARE, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Parepare (UMPAR) kembali mengukuhkan guru besar setelah delapan belas tahun berlalu. Prof. Dr. Andi Nuddin dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Agribisnis UMPAR, Selasa, 19 Oktober 2021 di Auditorium UMPAR.
Prof. Dr. Andi Nuddin merupakan guru besar UMPAR, setelah guru besar pertama, Prof. Dr. Siri Dangnga dikukuhkan pada 2003 lalu. Diketahui, Prof. Andi Nuddin menjadi staf pengajar di kampus ini sejak 1986, ketika UMPAR masih berstatus STKIP.
Rektor UMPAR, Dr. Muhammad Natsir dalam sambutannya menyampaikan rasa haru, senang, gembira, bahagia, dan rasa syukur yang tinggi atas pengukuhan guru besar ini.
“Bagaimana tidak, di saat kami sedang butuh, di saat perguruan tinggi kita ini memerlukan, di saat kami sedang berharap, di saat itu pulalah Allah mengabulkan, memenuhi kebutuhan kami, memberi yang kami perlukan,” ungkap Natsir.
Untuk itu, Rektor UMPAR juga menyampaikan terima kasih dan rasa bangganya kepada Prof. Andi Nuddin yang telah menjadi solusi bagi pengembangan UMPAR.
Wakil Walikota Parepare, Pangeran Rahim juga menyampaikan terima kasih dan kebanggannya kepada Prof. Andi Nuddin, M.Si. dan UMPAR.
Ia mengatakan, UMPAR telah berkontribusi dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang andal untuk pembangunan Parepare.
“UMPAR telah membekali SDM unggul Parepare, bukan hanya dengan pengetahuan, ketarampilan dan keahlian, tapi juga menanamkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Muhammadiyahan yang berkemajuan sesuai semangat zaman,” ungkap Pangeran.
Sementara itu, Prof. Andi Nuddin dalam pidatonya mengungkapkan, pertanian merupakan pengelolaan sumber daya alam sebagai Proses Biologi Alamiah (PBA) yang rumit dan penuh risiko.
Sayangnya, ungkap Prof. Andi Nuddin, di negeri ini masih terdapat empat fenomena yang menjadi parameter lemahnya sistem pertanian di Indonesia. Pertama, pertanian yang masih didominasi usaha rumah tangga berskala kecil.
Kedua, lanjut Andi Nuddin, wilayah pertanian yang belum menjadi acuan perencanaan. Ketiga, Orientasi ekspor produk pertanian yang masih bersifat primer dengan nilai ekonomi yang relatif rendah.
Keempat, lanjut dia, adanya agroindustry yang masih berjalan lambat. “Karena itu, keempat fenomena ini yang merupakan masalah serius, harus ditangani sesegera mungkin. Terlebih karena pertanian merupakan sektor pendukung pembangunan ekonomi Indonesia,” jelas Prof. Andi Nuddin. (hadi/riz)