‘Timing’ yang Tepat Menasehati Anak

anak

Ilustrasi

Timing yang Tepat Menasehati Anak

Terkadang kita sebagai orangtua merasa agak kesulitan menasehati anak. Biasanya masuk teinga kanan keluar telinga kiri. Apalagi kalau anak cuek dan menimbulkan rasa jengkel tingkat dewa.

Memberikan nasihat kepada anak memang menjadi ujian sendiri bagi orang tua, apalagi jika anaknya sudah memasuki usia remaja. Berbeda dengan anak remaja zaman dulu yang cenderung lebih penurut kepada orang tua, remaja masa kini cenderung lebih kritis kepada orang tua. Ketika anak remaja memiliki dunia dan pergaulan sendiri, ketika anak remaja terhubung dengan berbagai pengetahuan melalui kemajuan teknologi seperti sosial media, dunia internet serta instant messengger membuat tak sedikit anak “merasa” lebih pintar dan hebat dari pada orang tuanya.

Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat pernah berkata, ”Sesungguhnya, setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan suci (fithrah, Islam). Dan, karena kedua orang tuanyalah, anak itu akan menjadi seorang yang beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Penjelasan ini menegaskan bahwa sesungguhnya setiap anak yang dilahirkan itu laksana sebuah kertas putih yang polos dan bersih. Ia tidak mempunyai dosa dan kesalahan serta keburukan yang membuat kertas itu menjadi hitam. Namun, karena cara mendidik orang tuanya, karakter anak bisa berwarni-warni: berperangai buruk, tidak taat kepada kedua orang tuanya, dan tidak mau berbakti kepada Allah SWT.

Hal penting yang mesti kita ketahui dalam mendidik anak yaitu kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan nasihat tersebut pada anak kita. Terkadang nasihat tidak sampai dan mengena pada anak kita hanya karena disebabkan oleh waktu yang tidak tepat dalam memberikan nasihat.

Pada bagian ini kita akan mengupas 3 waktu yang tepat untuk memberikan nasihat kepada anak kita.

Ketika dalam perjalanan

Mungkin kita semua sudah sangat familiar dengan kisah perjalanan lukmanul hakim dan anaknya bersama seekor keledai. Yang pada intinya dalam perjanalan tersebut lukmanul hakim ingin menyampaikan suatu pesan pada anaknya agar tidak mudah terpengaruh dengan “apa kata” orang. Mengapa nasihatnya disampaikan dalam perjalanan?, karena ternyata menyampaikan nasihat dalam perjalanan kepada anak lebih mudah diingat dan diresapi oleh sang anak.

Kedekatan emosional, inilah yang terjadi antara orang tua dan anak ketika melakukan sebuah perjalanan. Dalam buku yang berjudul “ayah” karya bapak irfan hamka putra dari seorang ulama kenamaan buya hamka menyampaikan semasa hidup buya hamka juga sangat sering membawa anaknya melakukan perjalanan secara bergantian.

Sebuah perjalanan akan menjadi kenangan tersendiri bagi anak ketika telah beranjak dewasa nanti, apalagi jika sebuah perjalanannya dilakukan berdua. Tentu ini tidak hanya bermanfaat untuk menyampaikan nasihat namun juga membangun ikatan emosional yang kuat antara orang tua dan anak.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Ja’far radhiyallahu ‘anhuma ia berkata :

“Rasulullah saw pada suatu hari memboncengku dibelakang beliau. Kemudian beliau menyampaikan suatu rahasia kepadaku yang tidak pernah aku ungkapkan kepada seorangpun. Rasulullah SAW paling suka memakai penutup ketika beliau buang air adalah dengan gundukan tanah atau gerumbul pohon kurma”

Itulah kisah Rasulullah SAW yang menyampaikan suatu rahasia kepada seorang anak ditengah perjalanan agar mengingatnya.

Ketika makan

Makan bersama, mungkin adalah suatu hal yang langka terjadi dimasa kini. Apalagi jika ayah, ibu dan anak memiliki kesibukan sendiri serta pulang pada waktu yang berbeda. Yang kerap terjadi adalah makan sendiri-sendiri, ayah makan sendiri sembari nonton televisi, ibu makan sendiri, kakak dan adik juga makan sendiri ditempat yang berbeda.

Padahal meja makan adalah salah satu madrasah terbaik dalam rumah kita, Rasulullah SAW makan bersama anak-anak. Beliau memperhatikan anak-anak makan, mencermati kesalahan kemudian beliau memberikan pengarahan meluruskan anak-anaknya.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abi Salamah ra, ia berkata :

“Aku masih anak-anak ketika berada dalam pengawasan Rasulullah SAW. Tanganku bergerak kesana kemari di nampan makanan. Rasulullah SAW bersabda padaku, “Hai anak kecil, ucapkanlah basmalah, makanlah dengan tangan kanan dan makanlah apa yang ada di hadapanmu.”

Ketika anak sakit

Waktu ke tiga yang juga sangat baik memberikan nasihat pada anak adalah ketika anak sakit. Kelembutan hati, itulah salah satu keutamaan dari orang sakit, orang yang sedang sakit lebih mudah merasa hatinya, apakah itu merasakan syukur atas nikmat-nikmat yang Allah SWT karuniakan, merasakan berbagai dosa dan kesalahan yang dilakukan.

Rasulullah memberikan contoh dan teladan kepada kita disaat beliau menjenguk anak orang yahudi yahudi yang sedang sakit dan mengajaknya masuk islam, kunci ini merupakan jalan kebaikan bagi anak tersebut sebagaimana diriwayatkan dalam hadist berikut.

“Seorang anak muda Yahudi yang menjadi pembantu Nabi sakit, lalu Nabi menjenguknya, kemudian beliau bersabda : Masuk Islamlah!” anak muda itupun masuk Islam.(Shahih al-Bukhari 6757)

Itulah 3 momen berharga bagi kita para orang tua jika kita dapat memanfaatkannya dengan tepat. Waktu-waktu diatas tidak hanya tepat untuk memberikan nasihat kepada anak. Namun juga akan menjadi suatu kenangan berharga yang tentu akan mempererat buhul ikatan cinta antara anak dan kita sebagai orang tuanya. Semoga kita bisa membersamai anak-anak kita disaat-saat yang berharga itu.

Nur As’adiyah Rahman, PDA Kabupaten Kudus

Exit mobile version