NSW, Suara Muhammadiyah – Semua ujian dan cobaan yang terjadi kepada umat manusia, menunjukkan adanya rasa kasih sayang Allah kepada hamba yang beriman. Dimana semakin tinggi tingkat keimanan seseorang maka akan bertambah berat pula ujian dan cobaan yang akan dihadapinya. Itulah sebabnya sehinga setiap muslim harus meyakini bahwa apabila terjadi musibah yang menimpanya atau masyarakat di sekitarnya, adalah merupakan satu ujian dan taqdir yang telah ditetapkan Allah Swt.
Demikian antara lain pokok pikiran Ustaz H. Muhammad Ziyad yang disampaikan dalam pengajian rutin Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah New South Wales Australia kemarin (Jumat, 22 Oktober 2021). Pengajian ini berlangsung secara virtual, diikuti oleh warga Muhammadiyah baik yang ada di Australia, Indonesia dan pengurus Muhammadiyah di Malaysia. Hadir pula Ketua PCIM Australia, Ustaz Hamim Jufri dan pengurus Muhammadiyah yang berkedudukan di Kota Melbourne, Negara Bagian Victoria. Selain itu berkesempatan hadir sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat Muslim Indonesia yang sudah lama berdomisili di Australia.
Dalam bagian ceramahnya, Ustaz Ziyad yang juga merupakan Ketua Lembaga Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini, mengatakan bahwa para Nabi dan Rasul adalah hambah pilihan yang paling berat menerima ujian semasa hidupnya. Seperti, Allah menguji Nabi Ayub Alaisi salam dengan kemiskinan dan penyakit yang sangat berat selama berpuluh tahun, tetapi beliau tetap sabar. Setelah para Nabi dan Rasul, orang yang menerima ujian berat adalah para shalihin dan ulama, baru secara berurutan ujian yang ringan kepada orang awam. Ketika seseorang berikrar Amantu billah, maka Allah akan menyiapkan ujian baginya.
Mengutip pandangan seorang ulama sepuh Nusantara, Buya Hamka, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Pusat ini, menjelaskan bahwa musibah terjadi akibat ulah perbuatan dosa dan kesalahan manusia itu sendiri, baik itu disebabkan karena kekufuran, kemunafikan, dan kemasiatan mereka kepada Allah. Oleh karena itu, saat musibah datang agar tidak mudah menyalahkan orang lain, apalagi menyalahkan Allah dan bahkan menyalahkan taqdirNya.
Dalam menghadapi musibah, pria kelahiran Lamongan Jawa Timur ini mengungkapkan empat sikap seorang Muslim. Pertama, kelompok yang lemah yang selalu berkeluh kesah dalam setiap keadaan. Mengadunya bukan kepada Allah tetapi kepada manusia. Selalu meratapi dan bahkan melampiaskan amarahnya atas taqdir buruk yang ia terima. Kedua, kelompok orang yang bersabar, ia akan menahan diri atas musibah dan tidak melakukan hal-hal yang mengundang murka Allah. Karena dia berkeyakinan bahwa Allah tidak menimpahkan suatu beban diluar batas kemampuan hambahnya.
Selanjutnya yang ketiga dan keempat menurut penceramah yang sering tampil pada berbagai stasiun televisi nasional ini adalah kelompok orang yang rela/ridha, berlapang hati ketika musibah menimpanya, dan menyadari bahwa semuanya atas kehendak Allah. Ia pun berkeyakinan bahwa musibah ini pasti akan berakhir dan ada jalan keluarnya. Serta, kelompok orang yang bersyukur. Kelompok ini selalu memupuk rasa syukur apapun yang terjadi kepada dirinya karena berbaik sangkanya kepada Allah. Kategori ini diduduki para nabi, rasul dan waliyullah. Mushibah yang menimpanya diyakini semakin meningkatkan derajatnya di sisi Allah Swt.
Ketua Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah New South Wales, Haidir Fitra Siagian, dalam sambutannya mengatakan bahwa pengajian yang dilakukan ini merupakan agenda rutin warga Muhammadiyah di Sydney dan sekitarnya. Saat ini di kawasan New South Wales masih dalam suasana lockdown, namun sudah ada pelonggaran kegiatan warga. Apabila keadaan sudah lebih longgar lagi, maka akan diadakan program kerja atau kegiatan yang menghadirkan warga secara langsung. (HFS)