SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Godean mengadakan Kajian Ahad Pagi dengan mengangkat tema “Pemuda dan Masa Depan Bangsa” secara virtual pada (24/10). Acara tersebut menghadirkan Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D selaku Gubernur DKI Jakarta.
Ketua PWM DIY Gita Danu Pranata dalam sambutannya menyampaikan bahwa nuansa teknologi informasi adalah sebagai bagian dari upaya-upaya untuk melaksanakan dakwah dan menjalani kehidupan yang sudah merupakan kebutuhan. Namun generasi kolonial kadang merasa ada keterpaksaan untuk melakukan perubahan yang di mana lingkungan sudah berubah.
“Untuk itu bagaimana hal tersebut mampu kita sikapi dengan memahami perubahan lingkungan pada satu sisi dan pada sisi lain generasi muda yang kita harapkan menjadi penerus generasi dalam perjuangan dakwah untuk mengisi kemerdekaan bagi negara kita ini,” tambahnya.
Anies Rasyid Baswedan, S.E., M.P.P., Ph.D mengatakan bahwa anak muda disebut muda jika di dalam dirinya selalu terdapat kebaruan yang orientasinya kepada masa depan, namun ketika mengatakan diri sebagai pemuda dengan tidak adanya membawa pembaruan sesungguhnya hal itu tidak bisa disebut muda.
“Kita seringkali melihat anak muda memberikan solusi dan solusi yang paling baik adalah kesepakatan bahasa karena dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan maka kita tidak perlu lagi ada penerjemah. Dengan hal itu kita perlu memberikan apresiasi yang tinggi kepada pemuda-pemuda yang berani menyepakati bahasa yang bukan bahasanya, mereka menyepakati sebuah bahasa yang akhirnya mampu membangun kesetaraan dan kebersamaan,” tuturnya.
“Lalu apa yang menjadi problem utama hari ini? Salah satu masalah terbesar yang sedang di hadapi oleh kita adalah yang pertama ketimpangan antara yang terdidik dan tak terdidik, antara yang bekerja dan tak bekerja, antara yang berpunya dan tak berpunya antara kota dan desa antara daerah pulau yang maju dan pulau yang belum berkembang,”
Menurutnya jadi bila kita melihat ke depan salah satu tantangan utama kita adalah ketimpangan dan hal itu akan sulit sekali membangun persatuan dalam ketimpangan karena persatuan itu dibangun dalam perasaan kesetaraan. Kedua adalah kerusakan alam tempat tinggal kita semua, bumi ini sudah mengalami kerusakaan yang luar biasa dan perubahan iklim sehingga saat ini kita tidak lagi punya pola. Ini adalah dua masalah besar yang hari ini dihadapi. (iza/rpd)