Sinergi Apik Lahirkan Generasi Baik
Oleh: Ratnawati
“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka[1426], dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka, tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya”. ( QS At Thur, 52: 21).
Allah mengisyaratkan dalam ayat tersebut, bahwa melahirkan generasi yang beriman hanya akan diperoleh, apabila kedua orang tua mereka beriman, mengajarkan keimanan, mereka bertanggungjawab terhadap anak, mendidik_ meng asuh dan merawat hingga cukup usia. Tanpa pengenalan keimanan yang kuat sejak dini bagi anak, mustahil akan lahir generasi yang mengenal Allah dan ketauhidan.
Suami istri harus berkomitmen dalam pola asuh anak yang memerlukan perenca naan, persiapan, kecermatan dan kematangan dalam membina kerjasama yang istiqomah.
Peran suami_Istri dalam pengasuhan anak
Suami berkewajiban mencari nafkah
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)”.
(QS An Nisaa,4: 34).
Seorang bapak wajib memenuhi kebutuhan anak sejak menyusui, memberi nafkah, pakaian dan keperluan-keperluannya, berdasarkan firman Allah Surat Al Baqarah,2 ayat 233: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada anak yang dilahirkan dengan cara ma’ruf”. (QS al-Baqarah,2:233).
Peranan Ibu
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada kaum ibu (istrinya) dengan cara ma’ruf”. (QS Al Baqarah.2 :233).
Suami_Istri menjalankan perannya secara maksimal, suami berkewajiban mencari nafkah. Nafkah yang diberikan kepada keluarga adalah nafkah yang baik, diperoleh dengan cara yang benar. Sejak dalam kandungan anak dikenalkan_ diberikan hal-hal yang baik, dijauhkan dari barang-barang haram. Istri dalam memenuhi tugasnya sebagai seorang Ibu memiliki ikatan sangat dekat dengan anak, sehingga akhlaq yang ditanamakan seorang istri (Ibu) sangat berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak ke depannya.
Dalam konsep pengasuhan anak kerjasama Suami_Istri merupakan hal yang berperan sangat penting, suami tidak berkewajiban mencari nafkah saja, sehingga melepaskan tanggungjawab dalam pengasuhan anak. Bentuk kerjasama yang terjalin adalah kerelaan, saling menjaga untuk tidak saling menyakiti satu sama lain, saling menghargai dan tidak membebankan tanggungjawab kepada satu pihak saja, membebankan kepada ibu saja atau bapak saja. Prinsip kebersamaan dan permufakatan antara kedua orang tua terus dikembangkan.
“Seseorang tidak dibebani kecuali menurut kesanggupannya dan janganlah seorang ibu dibuat menderita karena anaknya dan janganlah (pula) seorang ayah dibuat menderita karena anaknya. Demikian juga bagi ahli waris. Jika mereka berdua hendak menyapih atas kerelaan dan musyawarah mereka berdua, maka mereka tidaklah berdosa” ( QS Al Baqarah :233).
Hubungan kerjasama terbentuk saling menjaga untuk tidak saling menyakiti, frasa
تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ (taradhin minhuma wa tasyawurun) secara struktur bahasa menggunakan bentuk kesalingan (mufa’alah) yang berarti saling rela dan saling musyawarah antara suami dan istri. Saling rela berarti satu sama lain berupaya membuat pasangannya memahami, mengerti, menerima dan merelakan. Begitu pun dirinya kepada pasangan untuk bisa dan mau menerima, , mengerti dan memahami serta merelakan. Makna saling bermusyawarah masing-masing memberi ruang dan kesempatan untuk berpendapat.
Lalu apakah yang perlu diterapkan dalam pola mendidik anak, agar melahirkan generasi yang baik?
Menghadirkan generasi beriman tidak dapat terlepas jauh dari petunjuk Baginda Rasulullah saw dalam mendidik anak, Rasulullah menekankan 3 (tiga hal). Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh At-Tbarani dari Ali bin Abi Thalib RA bahwa Rasulullah saw bersabda,: ”Didiklah anak-anakmu atas tiga hal: Mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya dan membaca Al–Qur’an. Sebab orang yang mengamalakan Al-Qur’an nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari ketika tiada naungan kecuali dari-Nya bersama para nabi dan orang-orang yang suci”.
Mencintai baginda Rasulullah tidak sekedar mengenal Nabi, keluarga Nabi dan Al qur’an, itu berarti adalah mengenal, memahami dan melaksanakan keteladanan dan pesan-pesan yang bersumber pada diri Rasulullah, keluarganya dan Al qur’an dalam praktek kehidupan, hal ini akan menghantarkan kepada derajat ketaqwaan..
Tantangan mendidik anak di zaman sekarang (zaman gadget) sangatlah berat, dibutuhkan kerjas keras-telaten dan kesabaran. Janganlah berputus asa dan menyerah, membiarkan generasi dalam kehancuran-kelemahan (lemah sumber da ya manusianya, lemah agama, lemah akhlaqnya). Pesan Baginda Rasulullah saw ,: ”Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu”. Didiklah anak-anakmu dengan bertaqwa dan berkata yang benar lagi baik. Menciptakan generasi yang beriman akan mem bawa berkah di dunia dan di akhirat.. Quu anfusakum wa ahliikum naara
Ratnawati, PDA Temanggung