PEKANBARU, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Wilayah (PW) Pemuda Muhammadiyah Riau bersama Nasiatul Aisyiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Rabu (27/10/2022) menginisiasi Dialog Interaktif Visi dan Misi Bakal Calon Rektor Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) Periode 2022-2026.
Kegiatan yang berlangsung secara offline dan online itu dipusatkan di Aula Kampus 1 Umri, jalan KH Ahmad Dahlan nomor 88 Pekanbaru. Hadir dalam kegiatan itu Ketua PW Muhammadiyah Riau Dr H Saidul Amin MA dan jajaran, Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Riau Firdaus SE, pimpinan dan anggota ortom wilayah, empat orang bakal calon rektor serta civitas Umri.
Keempat bakal calon yang hadir antara lain Dr Aidil Haris SSos MSi, Dr Baidarus MM MAg, Dr Elviandri SHi MHum dan Dr Jupendri SSos MIKom. Sementara tiga bakal calon yang tidak hadir adalah Dr Bakaruddin SE MM, Sri Fitria Retnawati SSI MT, dan Yeri Badrun SPi MSi.
Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Riau, Firdaus SE mengatakan bahwa digagasnya kegiatan ini adalah dalam rangka untuk mengetahui Visi dan Misi, serta konsep yang ditawarkan tujuh bakal calon untuk pengembangan Umri jika terpilih nanti. Ia menyebut hal ini sangat penting mengingat sederet tantangan tugas berat telah menanti untuk pengembangan Umri kedepan. Karenanya dibutuhkan terobosan brilian rektor terpilih nantinya.
“Kita tentu ingin mengetahui gagasan, visi dan misi yang ditawarkan para balon rektor ini. Hari ini Umri dalam fase berkembang dan kedepan Umri harus maju. Kita berharap rektor terpilih nantinya memiliki terobosan brilian untuk mewujudkannya” ujar Firdaus.
Semetara itu Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Riau Dr H Saidul Amin MA mengatakan bahwa keberadaan perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) dalam hal ini Umri adalah untuk mendukung gerakan dakwah Muhammadiyah. Selain itu Umri juga diharapkan mampu melahirkan alumni dalam tiga hal. Ketiga hal itu antara lain sebagai pabrik yang melahirkan kader persyarikatan, kader umat dan kader Islam.
Ia kemudian mengulas keberadaan PTM di Indonesia timur yang justru banyak melahirkan kader yang mengakui keberadaan Muhammadiyah saja, tidak menjadi kader Islam. Padahal menurutnya Islam dan Kemuhammadiyahan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan, bagaikan ruh dan badan.
“Tujuan pendirian PTM oleh Muhammadiyah adalah sebagai upaya untuk mendukung gerakan dakwah persyarikatan. Umri juga harus mampu melahirkan kader persyarikatan, kader umat dan kader Islam. Jadi bukan hanya kader persyarikatan saja melainkan juga jadi kader Islam, sehingga tujuan muhammadiyah mewujudkan masyarakat Islam yg sebenar-benarnya akan tercapai.
Saidul Amin juga mengatakan Rektor Umri harus berfikir outside of the box. Membangun Umri dengan tidak berhutang dengan gerakan waqaf misalnya. Harus mampu menciptakan sense of belonging seluruh civitas akademika terhadap Umri dan orang lain. Ikut serta dalam pengembangan Umri meskipun secara stuktural bukan dari bagian Umri.
Lalu Saidul Amin mengingatkan ada sejarah yang harus diingat bahwa Umri lahir dan berkembang hingga hari ini dilatarbelakangi pengorbanan segenap kader Muhammadiyah Riau. Banyak yang mengorbankan tenaga, fikiran, menyumbang uang bahkan perhiasan yang disimpan.
Kemudian ada hal yang harus diluruskan bahwa PTM dilahirkan untuk untuk mendukung gerakan dakwah persyarikatan Muhammadiyah, jangan ada statemen Muhammadiyah menyusu terhadap PTM” tegasnya.
Terakhir Saidul Amin berpesan bahwa dalam proses pemilihan rektor agar menggunakan cara-cara yang bijaksana. “Utamakan kepentingan persyarikatan daripada kepentingan pribadi” pesannya.
Keempat bakal calon rektor diberikan kesempatan untuk memaparkan gagasan, visi dan misinya. Selanjutnya ditutup sesi tanya jawab dari peserta baik offline maupun online.