Mutu Sekolah Ditentukan oleh Pembelajaran di Kelas

Mutu Sekolah Ditentukan oleh Pembelajaran di Kelas

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Keberhasilan sekolah unggul tidak terlepas dari pembelajaran di kelas yang berkualitas. Itulah salah satu poin penting yang diungkap salah satu dewan pendiri PPM MBS Yogyakarta, Agus Yulianto dalam acara guru belajar di SD MBS Sabtu, 30 Oktober 2021. Siang itu, di SD MBS tepatnya di Joglo SD MBS, berkumpul sekitar 45 guru untuk acara guru belajar.

Guru belajar adalah acara rutin yang diinisiasi dari Pondok MBS untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada di SD MBS Prambanan. Siang itu setelah para  guru berkumpul, acara dibuka oleh Bu Ida Parwati selaku MC. Setelah acara dibuka, para guru mengaji Surah Al Buruj sebelum acara dimulai.

Ustadz Eko Priyo Agus Nugroho dalam sambutannya mengatakan bahwa SD MBS dalam masa pembelajaran tatap muka harus siap menghadapi situasi pergantian musim. Guru-guru harus tetap menjaga kondisi agar selalu siap memberi pelayanan prima.

Usai sambutan, acara Guru Belajar pun dimulai. Pengisi materi adalah Bapak Agus Yulianto selaku dewan pendiri PPM MBS Yogya. Ia mengawali dengan menyampaikan apa yang dikatakan oleh John Dewey, “Apanila kita melaksanakan pembelajaran saat ini sebagaimana pembelajaran masa lalu, berarti kita telah merampas masa depan mereka.”

Menurutnya, mutu sekolah tidak bakal dicapai bila pembelajaran kita selalu sama di tiap tahunnya. Karena itulah, guru dan kepala sekolah wajib untuk belajar. Ia menyampaikan bahwa “kondisi dimanapun itu, kalau kita tidak berubah dan berkembang dari tahun ke tahun maka mutu kita bisa dipastikan juga masih rendah.” Ia menyitir Imam Ali bahwa setiap anak punya zaman masing-masing, begitupun murid atau anak didik kita.

Dalam materinya, ia memberi gambaran bahwa selama ini guru dan juga sekolah masih berpusat pada sistem Teacher Learning Center. Artinya selama ini guru memberi penjelasan semaksimal mungkin hanya masuk di anak sebanyak 10%. Literasi anak selama pandemi kalau boleh dibilang selama ini masih kosong. Ini penting karena literasi anak merupakan bagian penting dalam merubah paradigma guru sebagai pusat pembelajaran.

Literasi sangat membantu untuk menumbuhkembangkan gaya belajar yang interaktif, yang kreatif, yang dalam posisi Taksonomi Bloom adalah tingkat paling tinggi.

Sayangnya selama pandemi kegiatan literasi lima belas menit sebelum pelajaran cenderung hilang. Ini menjadi salah satu penyebab anak kehilangan suasana belajar atau learning lost.

Para guru antusias menyimak dan memperhatikan materi yang dibawakan Ustadz Agus Yulianto. Pasalnya pemateri membawa materi Peningkatan Mutu Sekolah melalui Kultur Sekolah   dengan contoh best practise  dan sesekali diselingi humor.

Waktu selama satu jam menjadi tidak terasa. Acara guru belajar pun berakhir dengan kesan mendalam.

Sebelum ditutup, Ustadz Agus Yulianto juga berpesan, “proses membangun kultur sekolah itu tidak mudah. Ini seperti menasehati anak didik kita yang mau berhenti merokok. Ia harus dinasehati selama lebih dari 20 kali. Sehingga kita bisa merasakan perubahan itu.”

Ustadz Agus Yulianto  juga menyampaikan bahwa untuk mencapai sekolah unggul ada kurang lebih lima aspek yang mempengaruhinya. Pertama, kualitas lulusan. Kedua, kualitas guru. Ketiga, kurikulum. Keempat, fasilitas. Dan terakhir, lingkungan yang kondusif.

Pada akhir sesi, ia mengingatkan dan menyentil guru-guru bahwa “Anak tidak pintar dan bergairah dalam belajar daring atau luring itu bukan karena perubahan kultur daringnya, tetapi karena kualitas pembelajaran gurunya buruk. Ketika kualitas pembelajaran guru itu baik, maka sudah tentu anak kangen dan merindukan gurunya, merindukan kelasnya,” tutupnya.

 

Exit mobile version