Pandemi Covid-19, Momentum Menata Ulang Kedekatan Keluarga
Oleh: Min Adadiyah
Pandemi Covid 19 telah melanda Indonesia sejak Maret tahun 2020. Berbagai penyesuaian secara mendadak harus dilakukan. Keluarga tenaga kesehatan menjadi salah satu yang harus lebih serius menata ulang. Saat yang lain bisa tetap di rumah saja, tidak semua tenaga kesehatan bisa melakukan hal yang sama. Oleh karena itu diperlukan berbagai strategi agar keluarga tenaga kesehatan tetap tangguh di masa pandemi.
Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah mensyukuri dan menikmati apa yang diberikan oleh Allah SWT ini. Bersyukur dapat menambah kenikmatan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Ibrahim ayat 7, “Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat ) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azabku sangat pedih”. Kesyukuran dapat menjadi sarana memperoleh ketangguhan secara keimanan dan mendapat pertolongan Allah SWT yang terus menerus.
Oleh karena itu keluarga tenaga kesehatan perlu mencari berbagai momen kesyukuran tersebut. Utamanya adalah kesyukuran dikaitkan dengan adanya kesempatan dalam menata ulang kedekatan keluarga. Bukan berarti saat sebelum pandemi keluarga tidak dekat, namun ada beberapa momentum yang dapat dimanfaatkan khususnya di masa pandemi. Misalnya kebiasaan sholat di masjid yang kemudian harus berubah di masa pandemi. Alih-alih disesali, hal tersebut dapat dijadikan momentum untuk semakin mempererat hubungan antar anggota keluarga.
Hal ini tentunya harus dilakukan dengan penuh kesadaran oleh semua anggota keluarga. Ajakan dari ayah bunda serta kontribusi dari anak-anak menjadi penting dalam membangun atau menata ulang kedekatan keluarga. Anak-anak dapat diajak untuk lebih mensyukuri arti pandemi dari sisi baiknya.
Setidaknya ada 5 hal yang dapat disyukuri oleh keluarga tenaga kesehatan dari terjadinya Pandemi. Kesemuanya menjadi momentum untuk menata ulang kedekatan keluarga. Berikut kurang lebih rinciannya :
Anak Mengenal Berbagai Tantangan dalam Dunia Kesehatan
Di awal masa pandemi, semua sekolah berasarama dan pendidikan tatap muka dihentikan, anak-anak kembali ke rumah. Orang tua berkesempatan melakukan pengamatan-pengamatan secara spesifik tumbuh kembang anak-anaknya. Mengetahui lebih intens keseharian mereka, yang mana hal tersebut tidak bisa secara leluasa diperoleh di luar masa pandemi. Pulang ke rumah, memungkinkan anak-anak juga melihat dari dekat bagaimana orang tuanya menyelesaikan berbagai persoalan keseharian. Pengalaman ini akan menjadi sangat berharga bagi mereka di masa-masa yang akan datang.
Proses mengenal profesi orang tua tentu telah berjalan sepanjang usia anak. Namun, pandemi telah memberikan sudut pandang yang berbeda mengenai tenaga kesehatan. Apresiasi dan hujatan adalah dua sisi yang saling berkelindan dalam dunia tenaga kesehatan. Anak-anak bisa mengenal berbagai profesi dalam dunia kesehatan termasuk profesi orang tuanya. Di sisi lain, anak-anak menjadi paham bahwa sebagai tenaga kesehatan orang tuanya pun memiliki berbagai tantangan dan hambatan.
Adanya tetangga atau kerabat yang menentang atau abai terhadap protokol kesehatan misalnya bisa menjadi pembelajaran yang sangat berharga mengenai bagaimana orang tuanya bersikap terhadap mereka. Mulai dari berusaha meluruskan, mengingatkan hingga bisa sampai tahap sepakat untuk tidak sepakat.
Pandemi menjadi momentum yang baik untuk anak dan orang tua kembali mengenal lebih dalam kedua sisi masing-masing.
Diskusi Penguatan Nilai
Adanya pembatasan kegiatan masarakat menjadikan tenaga kesehatan fokus pada aktivitas di tempat kerja dan setelahnya fokus di rumah saja. Tanpa disibukkan dengan kegiatan-kegiatan lain yang biasanya menyertai. Maka waktu yang tersedia bersama keluarga menjadi lebih banyak. Oleh karena itu, berbagai diskusi dapat mengalir di sela-sela makan bersama, di sela-sela mengerjakan pekerjaan rumah yang dibagi dengan bijak sesuai minat anak.
Ada waktu bagi orang tua untuk mengetahui pendapat anak mengenai hal-hal di lingkungan sekolah atau kuliahnya. Orang tua dapat memberikan arah, demikian pula anak bisa memberikan berbagai usulan mengenai bagaimana mereka bisa nyaman berkembang dengan dukungan orang tua. Kesempatan berdiskusi ini menjadi ruang yang sangat manfaat untuk menyatukan visi antara orang tua dengan anak-anaknya.
Jamaah bersama Keluarga
Anjuran untuk tidak berkerumun di awal masa pandemi meliputi juga mengenai ibadah di rumah masing-masing. Hal ini membuat para ayah tidak melaksanakan sholat di masjid. Momentum ini dapat dimanfaatkan untuk membangun jamaah di rumah bersama keluarga. Jamaah bisa dilaksanakan 5 kali full untuk angota keluarga yang sama-sama beraktivitas dari rumah.
Ayah memiliki kesempatan untuk membuat berbagai formula menyenangkan dalam mengkaji ilmu secara bersama. Cek hafalan surat-surat pendek, saling memberi tausiyah pasca sholat berjamaah dan saling mendoakan adalah hal-hal yang dapat dilakukan menggenapi kedekatan orang tua dan anak. Kesempatan melakukan tausiyah terhadap anggota keluarga yang lain membuat anak mampu mengekspresikan hal-hal yang diinginkannya.
Anak Belajar Mengelola Rumah Tangga
Kesempatan anak-anak berada di rumah dapat dimanfaatkan pula sebagai media pembelajaran mengelola dan mengatur rumah. Anak-anak diijinkan untuk berkreasi di dapur menyediakan aneka ragam menu. Menyesuaikan dengan selera mereka.
Anak juga bisa diminta untuk membagi pekerjaan rumah sesuai minat masing-masing. Ada anak yang lebih suka mengepel daripada setrika baju. Demikian pula sebaliknya. Ada anak yang lebih suka mencuci piring daripada mengepel, dst. Intinya anak-anak diajak untuk turut serta menajdi bagian dari keluarga yang mengelola rumah tangga. Pembiasaan di masa pandemi ini akan menjadi bekal yang sangat berharga bagi mereka kelak ketika tiba saatnya mengelola rumah tangga.
Anak Mempraktikkan Higiene Sanitasi dan Perlindungan Diri
Pandemi menjadi momentum yang baik untuk mendisiplinkan diri terkait higiene sanitasi. Orang tua dapat memandu anak untuk bisa mengikuti dan mengaplikasikan pesan-pesan 3 M atau 5 M. Kedisiplinan yang ditekankan secara berulang-ulang akan menjadi habit. Anak-anak menjadi otomatis membersihkan diri ketika masuk rumah, otomatis membersihkan tangan dengan handsanitizer atau sabun sehabis keluar rumah atau interaksi dengan orang lain. Ada saatnya mereka diajak bersalaman, mereka paham apa yang harus dilakukan. Mereka paham tidak masuk ke kamar tidur dan rebahan sebelum berwudhu atau mandi dan mengganti semua baju setelah keluar rumah.
Hal ini merupakan pembiasaan yang sebelumnya tidak teredukasi dan teraplikasi dengan sempurna. Namun pandemi telah mendidikkan hal ini.
Efek baik hand hygiene diteliti menurunkan angka infeksi hingga 60%. Mengenakan masker dan menjauhi kerumunan menghasilkan berbagai hal positif dalam eleminasi berbagai penyakit menular. Tak hanya terhindar dari virus Covid 19, namun juga terhindar dari penularan berbagai penyakit yang muncul karena interaksi fisik maupun menular melalui udara.
Semua momentum di atas sangat layak untuk disyukuri. Baik oleh orang tua maupun anak-anaknya. Sikap mental beryukur menjadi penopang bagi munculnya sikap positif lainnya. Misalnya menjadi lebih positif dan bahagia serta siap memberikan kemanfaatan dengan apa yang mereka bisa. Dalam kesempitan selalu ada kemudahan. Kesyukuran akan membawa kepada kenikmatan yang lebih banyak. Masing-masing anggota keluarga menjadi lebih tangguh, bahagia dan produktif.
Allahu a’lam.
Min Adadiyah, PDA Temanggung