YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah berikan bantuan alat CPAP untuk dukung perawatan bayi prematur kepada Rumah Sakit PKU Yogyakarta dan Rumah Sakit ‘Aisyiyah Muntilan. Pemberian alat ini dilakukan sebagai bagian dari kerjasama PP ‘Aisyiyah dengan Leo and Mia Foundation dalam program ‘Aisyiyah Neonatal yakni Intervensi Kesehatan Prematur Ibu dan Anak yang dimulai sejak Mei 2021..
Supriyatiningsih, selaku Project Manager and Clinical Setting Coordinator Program menyampaikan bahwa alat CPAP yang merupakan singkatan dari Continuous Positive Airway Pressure adalah salah satu alat bantu pernafasan yang sangat penting dalam tata laksana bayi prematur. “Bayi-bayi prematur sering mengalami kesulitan bernafas, itu yang membuat alat bantu ini harus ada di pelayanan Neonatal Intensive Care Unit di Rumah Sakit,” ujar dokter kandungan yang akrab disapa Upi ini. Kedua alat tersebut sudah diserah terimakan kepada pihak Rumah Sakit pada bulan September 2021 yang diikuti dengan pelatihan penggunaan alat untuk tenaga medis di RS ‘Aisyiyah Muntilan.
Leo and Mia Foundation adalah organisasi non pemerintah yang bermarkas di London, Inggris, di mana organisasi ini bergerak dalam upaya penurunan kematian akibat prematuritas di dunia. Menurut Upi dalam kerjasama ini PP ‘Aisyiyah membuat upaya pemodelan peningkatan kapasitas layanan bayi prematur di RS dan penguatan peran serta kader di masyarakat dalam upaya pendampingan ibu dengan bayi prematur agar patuh datang ke fasilitas kesehatan untuk pemantauan tumbuh kembang, pendampingan kepada remaja putri dan pasangan usia subur tentang kesehatan reproduksi, upaya-upaya mencegah kejadian prematur sejak dini dan upaya mencegah stunting.
Tri Hastuti Nur Rochimah, Sekretaris PP ‘Aisyiyah yang juga merupakan Project Director in Community Setting dalam kerjasama ‘Aisyiyah dengan Leo and Mia ini menyebutkan bahwa angka bayi prematur di Indonesia masih cukup memprihatinkan. “Indonesia masuk dalam lima besar angka kelahiran bayi prematur di dunia. Ini adalah hal yang sangat memperihatinkan dan membutuhkan perhatian kita semua apa lagi Indonesi memiliki cita-cita dalam 2045 kita akan melahirkan generasi-generasi emas.”
‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan muslim sejak awal berdirinya sudah menaruh perhatian pada kesehatan ibu dan bayi. Oleh karena itu kerjasama ini penting untuk dilakukan dan dukungan bagi upaya penurunan angka bayi prematur harus terus digiatkan. “Membutuhkan sinergi multi pihak untuk melahirkan generasi emas dan mencegah kelahiran bayi prematur baik dari RS dengan fasilitas kesehatan yang memadai dan memberikan pelayanan kepada bayi bayi prematur, maupun di komunitas.”
Menurut Tri, upaya pencegahan kelahiran bayi prematur maupun dukungan bagi perawatan bayi prematur harus dilakukan di tingkat komunitas. Sehingga kerjasama ini tidak hanya mengandeng Rumah Sakit PKU Yogyakarta dan Rumah Sakit ‘Aisyiyah Muntilan sebagai lokasi pilot project akan tetapi juga Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kota Yogyakarta dan Kabupaten Magelang untuk melakukan edukasi di komunitas.
Mohammad Komarudin, dokter Spesialis Anak sekaligus Direktur Utama RS PKU Kota Yogyakarta menyampaikan bawa dengan dukungan peralatan dan tenaga perawat yang lebih terampil serta program kerjasama dari ‘Aisyiyah ini saling melengkapi untuk mendukung tujuan perawatan bayi prematur. “Harapannya dengan dukungan program dari ‘Aisyiyah ini ke depan bisa menurunkan angka kematian, menaikkan angka harapan hidup, serta meminimalkan risiko gangguan tumbuh kembang bayi prematur saat perawatan bayi di rumah.”
Faizah Yasin, Direktur Utama RS ‘Aisyiyah Muntilan sangat mendukung program Neonatal ‘Aisyiyah ini karena menurutnya perawatan bayi prematur sangat membutuhkan peran semua pihak, mulai dari layanan di rumah sakit, hingga perawatan bayi di rumah untuk dapat mendukung tumbuh kembangnya agar maksimal. “Melalui kerjasama ini kami dapat mengembangkan konektivitas atau kesinambungan pelayanan antara RS dengan di komunitas setelah bayi pulang dari rumah sakit yang kami harapkan juga ke depannya dapat menjadi pelayanan unggulan di RS ‘Aisyiyah Muntilan.” (Suri)