Perlu Ketahanan Diri, Tokoh Agama Miliki Peran Penting Memberantas Penyalahgunaan Narkoba

Antinarkoba

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dosen Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) Novy Yulianty, M.Psi. mengatakan bahwa ada hal penting yang harus dibentuk pada diri individu guna menangkal ancaman pengaruh Narkoba yakni dengan memiliki ketahanan diri anti-narkoba.

Hal itu disampaikan Novy pada kegiatan Bimbingan Teknis Penggiat Antinarkoba yang digelar Tim Terpadu Pencegahan dan Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) Kota Bandung dengan sejumlah pemuka agama di Hotel Sany Rosa, Bandung, Rabu (03/11/2021) lalu.

Di hadapan para peserta bimtek, yang terdiri atas 24 perwakilan MUI tingkat kelurahan dan pemuka dari berbagai agama, Novy, mengungkapkan bahwa ada tiga dimensi penting dari ketahanan diri antinarkoba, yakni meliputi kemampuan individu untuk meregulasi diri (self regulation), mampu menolak dengan tegas pengaruh narkoba dengan perilaku asertif (assertiveness).

”Hal yang ketiga yang harus diketahui dan dipahami yakni soal kemampuan individu untuk menemukan kelebihan dalam dirinya melalui kegiatan positif yang dilakukan guna mencegah pengaruh buruk narkoba (reaching out),” ujar Novy.

Perempuan yang juga Psikolog Klinis ini mengungkapkan bahwa selain ketiga hal itu, dibutuhkan juga pengetahuan mengenai ke mana harus mencari pertolongan jika merasa diri terjebak dalam masalah berat. Misalnya dengan meminta pertolongan kepada tenaga kesehatan jiwa yaitu psikolog atau psikiater.

”Sebetulnya kita juga harus mengetahui dengan baik bahwa rehabilitasi adalah solusi terbaik jika seseorang telah terjerumus dalam jerat narkoba,” tukas Novy.

Peran tokoh agama

Novy juga menyinggung soal adanya stigma negatif yang sering kali muncul dari sebagian masyarakat terhadap seseorang yang sedang menghadapi masalah.

Ketua Pusat Layanan Konsultasi Psikologi (PLKP) UMBandung ini mengatakan bahwa para tokoh agama dapat meyakinkan dan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk tidak melemparkan stigma negatif dengan alasan apa pun karena hal ini sangat mengkhawatirkan.

”Di lapangan sering terjadi sebagian masyarakat beranggapan bahwa masalah yang dialami seseorang itu karena kurangnya iman, sesuatu yang timbul karena dosa, atau ada masalah dalam ritual ibadahnya. Padahal, tidaklah demikian,” tutur Novy.

Novy khawatir atas stigma negatif yang muncul di masyarakat tersebut karena bisa membuat seseorang sulit membuka diri dan susah mencari solusi masalah yang dihadapi dengan tepat.

”Jika demikian adanya, mereka akhirnya terjerumus pada penyalahgunaan narkoba yang dianggap bisa menghilangkan kepenatan dan solusi masalah dengan cepat. Inilah yang kita khawatirkan dan sebisa mungkin untuk dicegah agar tidak menimbulkan efek negatif lainnya yang jauh lebih besar,” pungkas Novy.(Firman Katon)

Exit mobile version