Tragedi Pandemi di Masa Awal Islam dan Cara Menyikapinya

Tragedi Pandemi di Masa Awal Islam dan Cara Menyikapinya

Tragedi Pandemi di Masa Awal Islam dan Cara Menyikapinya

“Orang yang hebat adalah orang yang dalam keadaan terburuk sekalipun bisa mengambil hikmah dan berubah menjadi lebih baik”.

Hal ini senada dengan ide Majelis Tabligh PWA Jawa Tengah, dalam memprakarsai diadakannya kegiatan Perempuan Mengaji di Wilayah Jawa Tengah. Di tengah kondisi terpuruk saat Pandemi, Aisyiah tetap eksis dan bergerak. Semangat mengaji dan bertemu secara virtual menjadi angin sejuk di tengah Pandemi. Perempuan Mengaji PWA Jawa Tengah putaran ke-5 ‘sampur amanah’ jatuh ke Pimpinan Daerah Aisyiah Kabupaten Temanggung, berlangsung pada Hari Rabu, 3 Nopember 2021.

Banyaknya beredar issu dan berita hoax seputar pandemi menjadi pembahasan yang cukup hangat, bagai gayung bersambut itulah tema yang diangkat dalam kajian Peremuan Mengaji: “TRAGEDI PANDEMI DI MASA AWAL ISLAM DAN CARA MENSIKAPINYA”. Nara Sumber:  Min Adadadiyah, SKM,MPH. (Sekretaris LPP PDA Temanggung).

Berbicara tentang pandemi, berarti berbicara tentang penyakit, wabah, cara  pengendalian dan berbagai eksperimen yang diperlukan dalam mengatasi. Perlu ditanamkan keyakinan mengenai siapa yang menciptakan penyakit dan siapa pula yang menyembuhkannya. (Allah berfirman di dalam  Surat Asy-Syuara, ayat 80,”Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang  menyembuhkanku”). Untuk upaya pencegahan dan mengatasinya, perlu kajian ilmiah dan berbagai eksperimen untuk pengendalian wabah (termasuk vaksinasi) karena alam ini diatur sesuai dengan sunnatullah. Perintah Eksperimen tersebut di rujuk pada Qur’an Surat Al Fushilat,42 ayat 53.

Dalam pemaparannya, dijelaskan apa yang disebut dengan wabah, epidemi dan pandemi. Pandemi merupakan wabah yang merata dalam skala International. Min Adadiyah, mengatakan bahwa pandemi ini bukan hal baru, sejarah Islam mencatat beberapa Pandemi:

Sebuah hadits yang berhubungan dengan pandemi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Thau’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada janganlah pula kamu lari daripadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).

Dari hadits tersebut membuktikan Maha Besar Allah atas segala sesuatu, untuk menguji sebagian hamba-hamba-Nya, tetap istiqomah menjaga aqidah dan keyakinan. Ada sebuah upaya mengatasi Musibah (Tha’un), saat Wabah (Pandemi) itu datang kepada kita, untuk tidak boleh masuk ke daerah tersebut, ini merupakah langkah awal preventif melindungi diri yang diajarkan agar wabah tidak menular kepada kita, jangan berkunjung  (bepergian ke daerah yang sedang terkena Wabah), demikian sebaliknya apabila Wabah itu sedang melanda di daerah kita, maka kita tidak boleh bepergian ke mana-mana, untuk menjaga agar tidak menulari ke orang lain.

Nabi SAW memberi kabar gembira bagi mereka yang pernah terkena penyakit ini. Dalam Sabda Beliau,”Bahwa ada satu adzab yang Allah mengutusnya (untuk)  menimpa kepada seseorang yang Dia kehendaki. Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang Mukmin. Tidaklah bagi seseorang yang tertimpa Tha’un kemudian ia berdiam diri di wilayahnya itu dengan sabar dan ia menyadari bahwa Tha’un itu tidak akan menimpa kecuali telah di tetapkan Allah, kecuali ia memperoleh pahala bagaikan orang mati syahid”. (HR. Al -Bukhari dari ‘Aisyiah RA).

Pemaparan kajian, dilengkapi dengan Tuntunan dan Panduan (Edaran PP Muhammadiyah no. 5/ EDR/I/0/E/2020  (Abdul Mu’ti, Bedah Pandemi dari Perspektif Teologis dan Sosiologis).  Menangani Pandemi dengan Dinniyah dan Ilmiah,

  1. Dinniyah: yaitu dengan memperkuat mental spiritual, dengan beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah
  2. Ilmiah: yaitu menggunakan pendekatan Ilmiah yang disertai penarapan sunnatullah dan teori-teori ilmiah, tergantung dari jenis penyakitnya atau wabah. Mencegah musibah dengan meningkatkan pemahaman atas sunnatullah dan teori ilmiah. Artinya, segala sesuatu bisa terjadi dan dari penjelasan ilmiahnya bisa kita temukan  kalau kita memahaminya.

Min Adadiyah, menyinggung hikmah Pandemi Covid 19 diantaranya: –Menyadari bahwa diri kita adalah makhluk lemah dan hanya bersandar kepada Allah SWT menjaga pola hidup lebih baik memaksimalkan kualitas kebersamaan dengan keluarga meningkatnya nilai solidaritas sesama meningkatnya kreativitas meningkatkan capaian dakwah dengan kegiatan zoom, googlemeet, dsb.

Sebagai penutup Min Adadiyah mengatakan,”Vaksinasi sebagai salah satu bentuk ikhtiyar dalam pencegahan dan pengurangan resiko penularan Covid 19, tetap diikuti dengan  kesadaran menjalankan protokol kesehatan secara  maksimal”.

Wa maa tasyaa’una illaa ay yasyaa’ allaah (u) innallaaha kaana ‘aliima (n) QS. 76:30

“Hidup akan terasa indah jika kita mampu mengambil hikmah dari semua yang kita alami”

Ratnawati, PDATemanggung

Exit mobile version