LAMONGAN, Suara Muhammadiyah – Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla) mengadakan pelatihan pembuatan komik digital dan Aloe Hand Sanitizer yang dilaksanakan di MI Muhammadiyah 4 Blimbing Paciran pada Minggu (7/11/21)
Kegiatan tersebut bernama pengabdian masyartakat. Dengan tema Madrasah Tanggap Covid-19 yang diikuti oleh 48 guru MI Muhammadiyah 4 Blimbing Paciran dan seluruh karyawannya.
Hadir sebagai narasumber, Dias Tiara Putri Utomo, M.Pd, Finaty Ahsanah M.Pd dan Nahardian Vica Rahmawati S.ST,M.Kes. Dosen Umla Fakulas Kesehatan.
Pembuatan Aloe Hand Sanitizer yang dipandu Nahardian Vica Rahmawati. Ia menjelaskan cara pembuatan Aloe Hand Sanitizer yang meliputi pengertian, jenis, manfaat, dan cara pembuatan Aloe Hand Sanitizer.
Nahardian Vica Rahmawati mengatakan penggunaan hand sanitizer sebagai bentuk perlindungan diri dari Covid-19 sangat penting. Do samping itu tetap menjaga protokol kesehatan
Pada materi ini, peserta dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok diberi alat dan bahan pembuatan Aloe hand sanitizer meliputi alcohol 96%, aloevera gell, dan essential oil lemon. Peserta terlihat antusias selama praktik pembuatan hand sanitizer.
Suntari salah satu peserta mengatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengetahui cara pembuatan hand sanitizer.
“Kegiatan ini sangat bagus dan sangat bermanfaat. Karena biasanya saya dan teman-teman beli (handsanitizer) dan sekarang kita menjadi tahu. Dapat ilmu untuk membuat hand sanitizer sendiri”, ungkap guru senior ini
Hand sanitizer yang diproduksi dalam kegiatan ini sepenuhnya diserahkan ke MI Muhammadiyah 4 Blimbing untuk digunakan oleh guru dan peserta didik.
Sedangkan Dias Tiara Putri Utomo dan Finaty Ahsanah, menyampaikan materi pembuatan komik digital melalui aplikasi Pixton.
Menurut Dias melalui bimbingan guru, komik dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan minat baca. Dapat pula meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Dias dan Finaty menjelaskan secara lengkap tahapan pembuatan komik digital. Mulai dari pembuatan akun sampai dengan proses penyimpanan.Selanjutnya, beberapa peserta diminta untuk menjelaskan hasil komik digital yang sudah dibuat.
Dewi Fatmawati, salah satu peserta mengatakan selama ini komik dianggap negative. Tetapi ternyata guru bisa membuat komik digital sendiri sesuai dengan materi pembelajaran yang diinginkan.
Di akhir kegiatan, peserta menjawab soal post test yang telah disiapkan dari narasumber untuk menguji kemampuan peserta (Alfain Jalaluddin Ramadlan/FRS)