YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Setiap 10 November selalu diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional, hari dimana untuk mengingatkan setiap warga negara mengingat lagi jasa-jasa para pahlawan. Resimen Mahasiswa (Menwa) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengadakan seminar hari pahlawan dengan tema ‘Bangkit Bersama Optimisme dan Patriotisme dalam Semangat Bela Negara’ di ruang Amphiteater Lt. 5 Gd. AR. Fachruddin B Kampus Terpadu UMY, Rabu (10/11).
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Alumni dan AIK Faris Al-Fadhat Ph.D mengungkapkan dalam sambutannya bahwa tidak ada negara di dunia yang tak memperingati jasa-jasa para pahlawannya. “Hari pahlawan itu penting untuk dimaknai, di dalam Islam pun mengajarkan dalam satu kalimatnya yang melekat pada Nabi Muhammad SAW yang biasa disebut sebagai warasatul anbiya, artinya ‘pewaris para nabi’. Pewaris para nabi itu erat kaitannya dengan sejarah nabi-nabi sebelumnya,” terangnya.
Dalam penjelasannya, Faris menambahkan bahwa ada dua makna yang dapat diambil dari Nabi Muhammad SAW, yaitu dari kesinambungan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Makna pertama adalah kita patut bersyukur pada apa yang dilakukan oleh pendahulu, karena apa yang kita alami sekarang tidak lepas dari perjuangan-perjuangan pendahulu.
“Bahkan kita menikmati periode yang sangat damai dan nyaman berkat perjuangan para pahlawan. Jangan pernah merasa apa yang kita alami sekarang, sudah hadir apa adanya. Tidak seperti itu. Kita harus bersyukur dengan semua kedamaian ini, dan jangan lupakan jasa-jasa pendahulu kita.”
Makna kedua yaitu Rasulullah SAW hadir di bumi tidak lain untuk menyempurnakan apa yang sudah dialami nabi-nabi sebelumnya. Sebab Islam itu bukan agama baru melainkan agama penyempurna. “Tugas kita sebagai generasi sekarang, harus memperbaiki terus-menerus atau bahkan menyempurnakan jasa-jasa pendahulu.”
Hal senada disampaikan oleh Pembina Menwa UMY Sri Atmaja P. Rosyidi, ST., MSc.Eng., Ph.D., PE. Menurutnya generasi muda saat ini justru memiliki tantangan jauh lebih berat, karena kemudahan yang didapat terkadang membuat lengah. “Norma-norma dan nilai-nilai terkadang ditabrak, karena merasa dunia sudah berada digenggaman, sifat individualisme muncul. Maka dari itu, memperingati hari pahlawan menjadi momen yang pas untuk membangkitkan lagi semangat persatuan, kesatuan, dan patriotisme.”
Sementara itu, dalam acara ini juga menghadirkan pemateri dari DPD LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia) Letnan Kolonel Suprapto yang membahas soal Program Pembangunan untuk Ketahanan Nasional. Memaknai ketahanan nasional bisa berarti juga bahwa setiap bangsa tentu mempunyai aspirasi atau cita-cita nasionalnya dilandasi falsafah hidupnya.
“Dalam mengejar cita-cita nasionalnya tentu akan menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, gangguan yang datang dari dalam maupun luar negeri. Untuk itu perlu kekuatan dalam menghadapinya. Itulah ketahanan nasional,” tegasnya..
Pasalnya pada dasarnya, menurut Letkol Suprapto bahwa semakin tinggi kekuatan dan kemampuan nasional suatu bangsa atau dengan kata lain ketahanan nasionalnya, maka akan semakin tinggi pula kualitasnya dan semakin kuat pula posisinya baik ke dalam maupun luar negeri. (Hbb)