YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Progam Studi PPKn Universitas Ahmad Dahlan bekerjasama dengan Progam Studi PPKn Universitas Muhammadiyah Purwokerto menyelenggarakan Webinar Nasional dengan mengangkat tema “Di Balik Hari Pahlawan Sejarah dan Keteladanan” dalam rangka mengobarkan semangat kepahlawanan.
Ketua Progam Studi PPkn UAD Dikdik Baehaqi Arif dalam sambutannya mengatakan nilai-nilai patriotisme dan keteladanan yang dimiliki oleh para pahlawan bangsa perlu diangkat dan dikisahkan bahkan diceritakan baik melalui tradisi lisan maupun tulisan agar generasi kini dan generasi masa yang akan datang dapat memiliki jiwa patriotisme dan mampu meneladani mereka di tengah miskinnya panutan di dalam masyarakat.
Webinar ini menghadirkan tiga narasumber yaitu yaitu Dosen Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Muhammad Yuanda Zara, Ph.D Dosen PPKn UAD Dr Supriyadi, MSi, dan Dosen PPkn UMP Dr Elly Hassan Sadeli, MPd.
Muhammad Yuanda Zara menyampaikan bahwa tentang hari pahlawan 10 November baik itu fakta-fakta umum namun juga ada beberapa hal yang terkait pada aspek yang lebih daripada itu. Sifatnya tidak ke peperangan fisik juga tetapi tentang peperangan informasi serta propaganda dan sebagainya.
“Dan juga bagaimana ada ide tentang kepahlawanan pada 10 Novemner itu kemudian direpoduksi dan dimunculkannya kembali dari masa ke masa sehingga sampai sekarang setelah melewati era 70 DKD lebih kita masih tetap memperingati hari pahlawan itu tentu ada untuk mereproduksi nilai-nilai kepahlawanan yang dilakukan baik di level pemerintah maupun di dalam masyarakat,” ungkap Yuanda, Rabu (10/11).
Hari Pahlawan yang setiap tahun di peringati di Indonesia dan Tahun ini bertema “Pahlawanku Inspirasiku” dan peringatan hari pahlawan itu sendiri karena peristiwanya berlangsung pada 10 November 1945 maka pertama kali di peringati pada 1946..
Ingatan tentang hari pahlawan itu diabadikan dan dilestarikan dalam banyak cara ada dalam buku, bukan hanya secara akademik namun buku-buku yang lebih populer dan juga ada di dalam karya seni misalnya film dan juga di dalam monumen.
“Di zaman sekarang ini kita harus mencoba untuk menafsirkan kembali pada arti dari kepahlawanan itu, kalau dahulu dalam kegiatan yang sifatnya fisik melawan penjajahan asing sekarang tentu dengan menyesuaikan tentang situasi yang sekarang ini termasuk juga dengan tema hari Pahlawan sekarang ini yakni Pahlawanku Inspirasiku, kalau kita baca laborasinya dari pemerintah fokus pada bagaimana setiap warga negara bisa berpastipasi ambil bagian dari persoalan bangsa termasuk soal pandemi, soal kemiskinan, penyakit, pengangguran dan sebagainya,” ungkapnya.
Sementara itu, Supriyadi menyampaikan bahwa pembentukan sebuah komunitas “bangsa” dan organisasi “negara” banyak ditentukan oleh para pelaku sejarah. Berdirinya organisasi-organisasi sosial dan politik di awal tahun 1900-an turut menjadi embrio yang menguatkan adanya “bangsa” Indonesia. “Organisasi-organisasi bertumbuh dari akar religius dan dinasti ayng kemudian melampaui dan melahirkan komunitas politik dalam wajah nasionalismen Indonesia.
Terkait Hari Pahlawan, menurut Supriyadi Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 tidak hanya melibatkan spontanitas rakyat Surabaya untuk melawan sekutu, namun ada penggerak atau mobilisasi kekuatan rakyat untuk ikut dalam pertempuran.
Pemuda Indonesia, dipimpin Bung Tomo, mengobarkan perang, hingga terbunuhnya komandan lokal Inggris Brigadir Jenderal AWS Mallaby membuktikan semboyan negara yang baru merdeka “kebebasan atau kematian”.
Dari pertempuran Surabaya 1945, nasionalisme dan rasa tidak kenal takut ini ditunjukkan oleh tokoh-tokoh dan pejuang berbagai golongan, usia, suku, dan kelompok rakyat Surabaya menghadapi Sekutu.
Oleh karena itu, dalam pandangan Elly Hasan dalam paparannya menyampaikan tentang “setiap negara akan melahirkan pahlawan pada setiap zamannya. Hal ini sangat rasional, karena pada dasarnya setiap generasi memiliki persoalan dan tantagnan tersendiri. Sehingga setiap bangsa pada tiap zamannya tentu saja butuh sosok yang namanya pahlawan.
Nilai-nilai kepahlawanan perlu diteladani terutama di dunia pendidikan saat ini. Caranya, kata Elly Hasan, yaitu dengan penanaman nilai-nilai karakter kepahlawanan yang harus dihidupkan dalam iklim pembelajaran, salah satunya dalam pembelajaran PPKn.(izza/riz)