Aman dan Damai Mulai dari Sekolah
Oleh: Rizki Putra Dewantoro
Bersabar menghadapi bencana tidak hanya terbatas sebagai sikap untuk berusaha menuju kebaikan setelah musibah keburukan terjadi. Dalam Fikih Kebencanaan yang dikembangkan Muhammadiyah menghadapi musibah juga diperlukan usaha untuk membuat kebaikan-kebaikan lain di kemudian hari.
Usaha tersebut dilakukan dengan membangun kemampuan untuk memperhitungkan risiko-risiko dari setiap tindakan dan perilaku terhadap sesama manusia dan alam. Yaitu untuk menciptakan kebaikan yang lebih besar dan menghindarkan diri dari musibah keburukan (bencana) di masa mendatang.
Membangun kemampuan memperhitungkan risiko ini diberikan selama proses pelatihan Sekolah Cerdas (Ceria, Damai dan Siaga Bencana). Sekolah Cerdas merupakan sebuah program yang diinisiasi oleh PeaceGeneration, Lazismu, dan MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Centre) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Program ini diperkenalkan sebagai solusi terintegrasi yang menyiapkan sekolah dari risiko bencana alam dan bencana sosial. Pada 2017, Sekolah CERDAS terselenggara di Jawa Tengah. Sedangkan pada 2018 hingga 2019, Sekolah CERDAS 2.0 memperluas jangkauannya di beberapa daerah di Indonesia, di antaranya Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, NTT dan Maluku.
Sekolah CERDAS merupakan perpaduan konsep Sekolah Welas Asih dan Sekolah Aman Bencana dengan berusaha menciptakan sekolah yang memiliki pengetahuan, keterampilan, serta kebijakan yang dapat merespon resiko bencana alam ataupun kekerasan di Sekolah.
Menurut co-Founder PeaceGeneration Irfan Amalee, untuk menekan angka kekerasan yang setiap tahun meningkat di kalangan anak dan remaja juga perlu memperhitungkan faktor-faktor yang menambah risiko. Sekolah Cerdas dimaksudkan memberikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan menetapkan kebijakan sekolah yang mendorong usaha-usaha pengurangan risiko kekerasan bahkan mencegahnya terjadi.
Peace Generation mengangkat tema-tema perdamaian dalam 12 nilai dasar yang berorientasi pada perubahan cara pandang dan perubahan sikap terhadap berbagai perbedaan. Antara lain yaitu menerima diri, prasangka, perbedaan etnis, perbedaan agama, perbedaan jenis kelamin, perbedaan status ekonomi, perbedaan kelompok atau geng, keangekaragaman, menolak kekerasan, mengakui kesalahan, serta memberi maaf.
Selain itu peserta juga diberikan pengetahuan dan ketrampilan untuk saling memahami berbagai keragaman, konflik dan kekerasan. Pada bagian ini, terlihat bahwa prinsip yang dikembangkan di dalam ajaran perdamain tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip penanggulangan bencana.
Sebagaimana penuturan Ketua MDMC Jawa Tengah Naibul Umam yang menyebutkan bahwa dalam penanggulangan bencana dikenal prinsip kemanusiaan, dimana penderitaan manusia harus ditangani dimanapun ditemukan. Prinsip imparsialitas dimana aksi-aksi kemanusiaan harus dilaksanakan hanya berdasarkan kebutuhan dan tidak membedakan berdasarkan kewarganegaraan, ras, jenis kelamin, keyakinan agama, dan kelas.
Penanggulangan bencana, di sisi lain juga memegang prinsip independensi yang menegaskan bahwa aksi-aksi kemanusiaan harus terbebas dari tujuan-tujuan politik, ekonomi, militer atau tujuan lain. “Memegang prinsip netralitas dimana pekerja kemanusiaan tidak boleh memihak dalam permusuhan atau terlibat dalam pertentangan yang bersifat politik, ras, keagamaan atau ideologi. Atas dasar kesamaan prinsip tersebut, maka Sekolah Cerdas ini kami kembangkan,” imbuhnya.
Penyelenggaraan Sekolah Cerdas mendapatkan dukungan penuh dari Lazismu untuk dikembangkan ke berbagai sekolah di seluruh Indonesia. Para guru pun dilibatkan dalam Training of Trainer (ToT) Sekolah Cerdas yang berasal dari sekolah Muhammadiyah, Sekolah Negeri dan ada juga dari Sekolah Kristen.
Adapun beberapa sekolah yang menerima manfaat program atau menjadi pilot project di antaranya yaitu MI Muhammadiyah Batuwarno, MI Muhammadiyah Bener Kepil Wonosobo, MI Muhammadiyah Karagasem Batang, MI Muhammadiyah Undaan, MIM Giritirta Banjarnegara, SD Muhammadiyah Pasarean, dan MTs Mutu Dukun.
Kemudian ada SD Kristen I Purwokerto, SD Kristen Setabelan II Surakarta, SD Muhammadiyah 05 Cilacap, SD Muhammadiyah 18 Surakarta, SD Muhammadiyah Banyumas, SD Muhammadiyah Pati, SD Muhammadiyah Weleri Kendal, SMP Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen, SMP Kristen I Klaten, SMP Muhammadiyah I Simpon Surakarta, SMP Muhammadiyah Purwodadi Purworejo, SMP Muhammadiyah III Karangpandan, serta SMP Negeri II Karangnongko Klaten.
Konten ini hasil kerja sama Suara Muhammadiyah dan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI