IMM untuk Pelestarian Kebudayaan Kentrung Sunan Drajat

IMM untuk Pelestarian Kebudayaan Kentrung Sunan Drajat

Oleh: Fathan Faris Saputro

Kebudayaan daerah merupakan  budaya yang memiliki nilai aspek dalam kehidupan masyarakat daerah yang terdapat nilai-nilai yang sesuai dengan kearifan lokal daerahnya. Setiap daerah tentunya memiliki perbedaan ciri khas yang terdapat pada budayanya. Dengan memiliki banyak keberagaman kebudayaan daerah di Indonesia merupakan kekayaan dan identitas bangsa untuk memajukan kebudayaan nasional.

Dalam meningkatkan kebudayaan nasional Indonesia sebagai identitas bangsa, peranan budaya daerah menjadi pionir dalam membentuk identitas kebudayaan nasional. Maka dari itu menjadi keharusan sebagai kader IMM untuk dapat mengkaji lebih dalam sebagai penerus bangsa Indonesia harus memahami dan menelisik kebudayaan daerah yang ada di Indonesia melalui media virtual ataupun berkunjung secara langsung untuk melihat keanekaragaman budaya daerah di Indonesia.

Setiap unsur kebudayaan perlu dipertimbangan untuk dilindungi, dikelola, dan diperkuat (Widia, 2019). Setiap daerah di Indonesia harus tetap mempertahankan kebudayaannya terutama dalam arus globalisasi. Maka dari itu, penting untuk sebelumnya kita belajar hal ini. Tentunya menjadi sebuah tantangan dan solusi dalam mempertahankan kebudayaan daerah Indonesia melalui teknologi media virtual untuk menelisik kebudayaan di setiap daerah Indonesia. Karena IMM adalah organisasi keislaman yang juga tidak terlepas dari aspek religiusitasnya. Untuk itu, secara tidak langsung, Tri Kompetensi Dasar IMM merupakan satu kesatuan antara ketiga aspek yang tidak bisa dipisahkan: Religiusitas, intelektualitas, dan humanitas.

Budaya merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga serta harus dilestarikan agar kebudayaan bangsa tidak hilang dan menjadi warisan bagi generasi penerus bangsa (Nurjaman, 2017). Desa Solokuro kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan adalah desa di Indonesia yang memiliki potensi budaya yang harus dijaga dan dilestarikan oleh generasi bangsa Indonesia, karena desa Solokuro memiliki potensi budaya dari segi religiusitas dan tradisi budaya. Ragam seni pertunjuk pertunjukan kesenian kentrung, pada umunya berkembang  secara turun temurun, yang tidak terlepas dari nafas keagamaan serta dalam perjalanannya tidak terlepas dari pengaruh agama Islam, maupun agama lain. Kesenian kentrung yang berkembang di desa Solokuro hingga sampai sekarang sangatlah beragam.

Muhammadiyah Dalam Memandang Budaya

Metode Muhammadiyah menyangkut urusan agama adalah rasionalisasi dan modernisasi. Metode-metode ini, dipadu dengan demistifikasi dan demitologisasi, adalah dua istilah penting dalam respons Muhammadiyah terhadap budaya dalam jawa.[1] Metode-metode ini sebenarnya tidak hanya dimiliki oleh Muhammadiyah. Raden Ajeng Kartini Srikandi Jawa, dan Boedi Oetomo mendukung metode-metode serupa untuk mereformasi budaya jawa.

Terdapat tiga kelompok utama dalam Muhammadiyah pada tahap-tahap awal, yaitu : 1) Priyayi non-santri, baik yang tradisional ataupun yang jebolan pendidikan Barat. Priyayi tradisional ummumnya bekerja sebagai abdi dalem keraton, terutama keraton Yogyakarta. Sedangkan banyak priyayi tamatan pendidikan Barat sebagai pamong praja (birokrat) dan guru di sekolah-sekolah pemerintah. Kelompok utama ketiga dalam Muhammadiyah adalah para pedagang atau pengusaha.

Dominasi abdi dalem dan priyayi, khususnya di kesultanan Yogyakarta, berarti bahwa Muhammadiyah mengadopsi suatu sikap menarik terhadap identitas budaya jawa. Muhammadiyah tidak bisa mengenyahkan unsur-unsur Jawa, terutama unsur-unsur budaya permukaan, dari tubuhnya secara menyeluruh. Sikap Muhammdiyah untuk turut mempertahankan beberapa praktik keagamaan dalam keraton seperti perayaan grebeg adalah contoh apresiasinya terhadap budaya Jawa. Pilihan Muhammadiyah untuk menggunakan bahasa Jawa dan gaya busana Jawa bisa dijadikan bukti adanya citarasa Jawa yang menjalar di Muhammadiyah. Selain itu, nama-nama Jawa yang digunakan oleh banyak anggota Muhammadiyah, dan keikutsertaan mereka dalam gerakan-gerakan seperti Boedi Utomo menjadi saksi bahwa Muhammadiyah adalah contoh sebuah gerakan Muslim Jawa.

Namun, Muhammadiyah tidak mengambil unsur-unsur dan kandungan budaya Jawa begitu saja. Muhammadiyah berupaya melemahkan sebagian unsur kuno budaya Jawa dan merasionalkan dan memodernkan sebagaian unsur lainnya. Sikap memimpikan masa lalu, yang banyak dimiliki masyarakat Jawa, digantikan dengan ide kemajuan, dan  mistimisme digantikan dengan aktivisme. Muhammadiyah juga berupaya menyederhanakan simbolisme berlebihan dalam masyarakat Jawa, dan mengganti ketergantungan orang Jawa pada roh-roh dengan tauhid. Unsur-unsur  budaya Jawa yang dirasionalkan dan dimodernkan oleh Muhammadiyah umumnya terkait dengan unsur-unsur budaya dalam.

Bahwa budaya permukaan Jawa sangat diapresiasi oleh Muhammadiyah pada masa Dahlan, sedangkan budaya dalam Jawa sebagian besarnya dimodernkan dan dirasionalkan. Kita juga bisa mengatakan bahwa bagi Muhammadiyah, Islam secara kultural dijawakan, dan jawa secara substansi diislamkan (dirasionalkan dan dimodernkan) Jawa sebagai sistem ideologi atau isme ditolak, tapi jawa sebagai budaya diterima.

Sejarah dan Kebudayaan Kentrung Sunan Drajat di Solokuro

Kentrung Sunan Drajat adalah kesenian khas Kabupaten Lamongan. Kentrung ini berkembang di kecamatan Solokuro tepatnya di desa Solokuro. Dalang kentrung ini bernama H. Ach. Khusaeri S. Pd. I. selain sebagai dalang ia juga merupakan pemilik grub kentrung ini. Kentrung ini berdiri tahun 1991.

Kentrung Sunan Drajat disebut juga sebagai kentrung dalang ontang-anting. Istilah ini disampaikan oleh Kurdianto dalam penelitiannya tahun 2016. Pemakaian istilah tersebut dimasksudkan untuk memberi ciri terhadap kentrung ini yang dalangnya selain berfunngsi sebagai pencerita juga berfungsi sebagai penabuh musik.

Istilah kentrung sendiri diambil dari suara musiknya yang berbunyi “tung, tung, tung”. Selain itu menurut Ki dalang H. Ach. Khusaeri S. Pd. I. kata kentrung berarti greken perkoro isane jluntrung. Instrumen musik kentrung Sunan Drajat di siapkan adalah pentas, alat musik atau rebana. Pentas yang digunakan adalah pentas sederhana, ukurannya tidak terlalu besar sebab hanya digunakan satu pemain. Tinggi pentas tergantung situasi penonton dan tujuan pementasan. Sedangkan sesajen adalah hidangan berupa beras, kelapa, pisang dan telur.

Dalam pementasan dalang selalu berpakaian warna putih, menggunakan surban yang dibelitkan di kepala dan ikat igal sorban, lingkaran kepala seperti orang Arab.

Fungsi kentrung Sunan Drajat yang utama adalah sebagai alat dakwah Agama Islam. Fungsi lain sebagai hiburan. Kentrung Sunan Drajat Solokuro mengandung pesan pendidikan moral, semangat perjuangan dan persatuan. Cerita kentrung Sunan Drajat Solokuro disampaikan menggunakan penokohan dan kehidupan masyarakat.

Pemanfaatan Media Virtual dan Jenis Media Virtual dalam Menelisik Kebudayaan Kentrung

Fleksibilitas dakwah IMM dengan peran media virtual dalam menelisik kebudayaan di Indonesia sangat berpengaruh penting untuk melestarikan kebudayaan tersebut dengan melihat, mengamati, dan mengimplementasikan nilai-nilai kebudayaan melalui media virtual, akan dapat membuka pola pikir kader-kader IMM untuk tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan daerahnya sebagai identitas budaya nasional Indonesia. Media virtual dalam menelisik kebudayaan Kentrung juga dapat melalui media-media virtual yang tidak asing digunakan oleh generasi muda, hal tersebut untuk dapat memberikan efektivitas dalam melestarikan kebudayaan kentrung melalui media virtual. Setiap kader harus dipahamkan bahwa kamu hebat dengan kemampuan yang di miliki, dan bagaimana bisa memaksimalkannya berdakwah. Di samping kita juga harus tetap mengimplementasikan Trilogi dan Tri Kompetensi Dasar IMM.

Sekarang kita ketahui perkembangan media jejaring sosial yang sangat mudah di akses dan sering digunakan oleh semua kalangan sehingga dapat menelisik kebudayaan kentrung dengan mudah dan dapat di akses kapan pun saja. Dengan melalui media virtual yang berbasis jejaringan sosial akan lebih mudah untuk menginformasikan kebudayaan kentrung dengan mudah. Karena melalui media sosial akan lebih memudahkan memberikan informasi terkait kebudayaan kentrung. Salah satu sontohnya media virtual yang berbasisi jejaring sosial untuk proses menelisik kebudayaan kentrung yaitu melalui media sosial Instagram, Twitter dan Facebook.

Melalui media jejaring sosial IMM harus berperan strategis sebagai upaya untuk menelisik kebudayaan kentrung dengan menggunakan aplikasi yang mudah digunakan oleh kader IMM sehingga mereka mudah untuk melakukan proses menelisik kebudayaan dengan aplikasi yang sering di gunakan. Upaya tersebut, sangat membantu membuka jalan bagi gerakan dakwah untuk melestariakan budaya kentrung.

Media untuk menelisik kebudayaan kentrung juga dapat diakses melalui media berbagi yang memiliki fasilitas penggunanya untuk berbagai media yang terdiri dari suara, gambar dan file yang dapat di akses melalui media berbagi untuk proses menelisik kebudayaan kentrug.

Maka, IMM bisa menggunakan sistem media audiovisual untuk dapat memudahkan proses pemahaman dalam proses menelisik kebudayaan kentrung. Adapun media audiovisual yang sering digunakan yaitu aplikasi Youtube.

Optimaliasasi produksi melalui media Youtube dapat memudahkan proses menelisik kebudayaan kentrung perlu bagi IMM. Mengingat era sekarang cenderung didominasi pada peran media digital. Karena dengan media audiovisual dapat memberikan audio dan gambar terkait kebudayaan ini. Hal tersebut akan memudahkan masyarakat dalam memahami nilai-nilai atau filosofi yang terkandung dalam kebudayaan kentrung. Dalam proses menggunakan media virtual berbasiskan media audiovisual yaitu dengan mengakses aplikasi Youtube kemudian mencari kata kunci terkait kebudayaan kentrung.

Menelisik kebudayaan kentrung juga dapat diakses melalui media jurnal atau tulisan yang berkaitan dengan kebudayaan kentrung. Hal tersebut untuk mengetahui proses kebenaran yang berdasarkan asas akademik untuk mengetahui terkait kebudayaan kentrung. Barangkali membangun atau menciptakan gagasan bukanlah suatu hal yang sulit bagi kader-kader IMM yang terkenal sebagai intelektual ataupun cendekiawan yang berpribadi. Terkadang, yang sulit adalah menarasikan gagasan tersebut dalam sebuah teks tulisan ataupun menyuarakan gagasan tersebut dalam dialog-dialog yang hidup.

Melalui tulisan atau jurnal untuk menambah wawasan masyarakat dalam proses untuk mengakses informasi yang tepat terkait kebudayaan kentrung yaitu kita dapat mencari sumber refrensi yang dipercayai sesuai asas akademik. Karena jika kita salah mengambil sumber refrensi terkait kebudayaan kentrung kita dapat mengurangi dan kurang memahami terkait sejarah ataupun nilai filosofi kebudayaan kentrung. Maka dalam konteks ini IMM dapat membuat informasi yang tepat terkait proses menelisik kebudayaan melalui media virtual terutama dalam media jurnal atau tulisan melalui Website Google Schoolar. Karena website tersebut memiliki sumber refrensi yang terpercayai.

**

Dalam kondisi seperti ini, IMM bisa menerapkan pelestarian kebudayaan kentrung, bahkan dalam bermedia sosial. Media sosial yang bisa digunakan seperti Twitter, Instagram, Facebook, Youtube dan lain-lain.

Maka, dalam konndisi seperti ini, IMM harus mampu mengambil peran, terutama dalam menyampaikan informasi yang positif. Dalam artian, IMM dapat memberikan arahan kepada setiap kader untuk dapat melestarikan budaya kentrung di media sosial. Kondisi pandemi Covid-19, bukanlah alasan kader IMM untuk berhenti memberikan sumbangsih peran kepada masyarakat lewat pelestarian budaya. Media sosial menjadi salah satu modal utama dalam bergerak ber-amar ma’ruf nahi munkar.

Fathan Faris Saputro, Alumni Darul Arqam Madya Nasional Jakarta Timur tahun 2021 dan kader IMM Lamongan

 

Exit mobile version