Menegakkan Kebenaran

Larangan Menyembunyikan Hukum Allah

Foto Dok Ilustrasi

Menegakkan Kebenaran

Oleh: Masud HMN

Perbuatan korupsi sebagai bentuk kerusakan kebenaran atau moral sudah mejadi-jadi. Angka korupsi telah melibatkan pejabat tingkat bupati dan Wali Kota ada Gubernur dan mantan Gubernur yang mendekam dipenjara terlibat korupsi, menimbulkan banyak kerugian keuangan Negara.

Peristiwa belakangan ada Bupati Kuantan Singingi, Riau, Bupati Banyumas tentang pernyataan terkait OTT (operasi tangkap tangan). Oleh Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) Tujuannya dalam rangka menegakkan kepastian hukum dan kebenaran.

Apa jadinya jika hukum dan kebenaran dirusak? Akibatnya mungkin kehancuran. Malapetaka dan kesengsaraan, Bisa juga yang lain menjadi turunan rusaknya kebenaran secara sistem. Dilakukan terbuka atau tersembunyi.

Keadaan ini sejalan dengan Ivan Ilich (Bebaskan Masyarakat dari Belenggu, Sony Keraf 1958) menyatakan tesisnya Security Count (pengamanan dasar milik ). Suatu konsep dalam pendidikan untuk masyarakat. Sehingga orang berada di jalan yang benar.

Semua tampil menyuarakan dan menegakkan kebenaran, Security count mengamankan milik dasar yaitu melepaskan anasir menjadi belenggu jiwa yang terbawa kefasadan dan kemungkaran.

Lantas, kalau saja kebenaran tidak lagi diikuti, atau kebenaran ditinggalkan terjadilah malapetaka besar. Yaitu berupa kerusakan di muka bumi baik di darat dan di laut.

Zaharal fasaduu fil barry wal ardhi bimaa kasabat aidin naas……. Al Quran Surat Rum ayat 41-42 (Terjemahan bebas… Terjadi kerusakan di darat dan di lautan akibat ulah tangan manusia).

Ayat ini mengispirasi kan agar sungguh sunguh melawan perbuatan fasad (kerusakan). Termasuk perbuatan korupsi. Hal itu harus dipandang serius. Korupsi menjadi extra crime, kejahatan luar biasa.

Setidaknya ada tiga fondasi dasar untuk melawan kerusakan sebagai berikut,

Pertama, menyalakan serta memperkasakan nurani. Dari situlah terbangun jiwa yang kuat, untuk melawan Korupsi harus dengan nurani dengan disertai kedalaman spirit yang cukup. Tanpa keperkasaan nurani tiada daya menegakkan yang benar.

Kedua, mencari informasi Tanpa informasi kita berada dalam kegelapan. Kita tidak menemukan jalan atau cara yang tepat dan sesuai yang kita perlukan.

Ketiga assimilasi informasi dengan pengetahuan (ilmu). Ali bin Abi Thalib menyebut assimilasi informasi dengan ilmu menamakan sebagai kebenaran makrifah. Yaitu Nurani yang utuh sebagai sandaran kebenaran yang dalam atau hakiki.

Artinya dalam persfektif itulah Ali bin Abi Thalib memandang bagaimana kebenaran itu ditegakkan. Dari informasi, dikomfirmasi dangan Knowledge atau ilmu, barulah muncul makrifah (hakiki).Jadi dengan kebenaran makrifah tidak lagi ada sikap gagap untuk melawan kerusakan.

Mengutip WS Rendra, dalam pusinya berjudul Anak Muda ia nyatakan kekesalan pada generasi muda yang gagap, ragu. Tidak tegak kokoh melawan kerusakan. Tapi ia tidak sepenuhnya mampersalahkan generasi muda.

Dalam pandangan dia, generasi yang gagap diperanakkkan oleh generasi dulu. Yang tidak memiliki pembelajaran asas, hukum sejarah dan agama. Demikian WS Rendra penyair Indonesia 80an itu.

Pada akhirnya, mari kita menegaskan sikap kita memihak kebenaran dan menegkkannya. Asas kebenaran Makrifah. memastikan hilangnya perbuatan fasad di muka bumi, seperti sikap merusak kebenaran atau mengotori kebenaran. Nauuzu billahi min zalik!

DR Masud, Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Exit mobile version