ENREKANG, Suara Muhammadiyah — Program penguatan kapasitas lokal dalam desain dan pengembangan sekolah lapang Digital atau Local capacity in the design and development of Digital Farmer Field School (DFFS) resmi di tutup oleh Bupati Enrekang, Muslimin Bando di Aula Kampus Unimen, Enrekang, Selasa (23/11/2021).
DFFS adalah program kerjasama/kolaborasi segitiga antara Pemerintah Kerajaan Belanda melalui Van Hall larensten, Pemerintah Kabupaten Enrekang dan Universitas Muhammadiyah Enrekang.
Seminar DFFS (Digital Farmer Field School/Sekolah Lapang Digital) dengan judul “The Final and the Future” merupakan rangkaian dari kegiatan pelatihan desain DFFS yang diikuti oleh staff dari dinas terkait dan Unimen.
Kegiatan pelatihan ini di danai oleh pemerintah Belanda melalui Nuffic Neso yang terselenggara atas kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Enrekang, Institusi Pendidikan Belanda dan Universitas Muhammadiyah Enrekang.
DFFS adalah sebuah aplikasi berbasis android yang diinstal ke tablet dan digunakan sebagai media komunikasi petani dan dinas-dinas lintas sector terkait yang ada di Kabupaten. Proses Pengembangan DFFS ini melibatkan Dinas Pertanian, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup, UNIMEN dan Petani.
Hasil desain dalam bentuk prototipe DFFS kemudian diujicoba langsung ke penggunanya untuk mendapatkan masukan dalam penyempurnaannya. Pendekatan ini oleh tim ahli dari Belanda Dr. Bert Melief sebagai pendekatan Living Lab.
Seminar Internasional tentang DFFS ini menghadirkan pembicara dari Belanda dan Indonesia yaitu Prof. Dr. Anita Hardon dan Dr. Rico Lie dari Knowledge, Technology and Innovation Wageningen University and Research, Dr. Bert Melief dan Dr. Pleun Arensbergen dari Van Hall Larenstein, the University of Applied Sciences Belanda.
Sedangkan pembicara dari Indonesia yaitu Dr. Drs. Yunus Busa, M.Si dengan dipandu moderator sekaligus interpreter oleh Lia Lairing.
Dalam pengantar seminar, Lia Lairing menyampaikan bahwa pembangunan di Enrekang saat ini sedang menghadapi dilema untuk meningkatkan ekonomi tanpa merusak ekosistem.
“Untuk menghadapi tantangan yang kompleks ini dibutuhkan cara kerja dan pendekatan yang baru. Initiatif DFFS merupakan salah satu alternatif yang diharapkan dapat berkontribusi untuk menjawab tantangan tersebut,” ujar Lia Lairing.
Para narasumber ahli dalam pemaparannya menilai bahwa initiative DFFS yang sedang di kembangkan di Enrekang telah mengadopsi teori-teori dan pendekatan terkini yang sedang berkembang seperti pendekatan transdisipliner dan living lab.
“Kerjasama lintas sektor dan dukungan pemerintah daerah melalui Bupati merupakan aspek kunci dalam keberlanjutan proyek ini,” lanjut Lia.
Dr. Bert Melief menyampaikan bahwa upaya tim DFFS dalam melibatkan petani dalam sejak dalam proses desainnya merupakan proses pelibatan partisipasi masyarakat yang sesungguhnya.
Dia mengapresiasi keterbukaan tim DFFS untuk mengakui adanya tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses pengembangan DFFS karena dengan demikian kita dapat memperoleh pembelajaran berharga.
Namun lebih lanjut Dr. Bert Melief menyarankan agar kedepan proyek DFFS Enrekang dapat melibatkan mahasiswa karena ada banyak sekali potensi yang dapat dikontribusi oleh mahasiswa dalam DFFS ini.
“Dari Awal hingga akhir pelaksanaan DFFS, kita belajar banyak dalam proses pengembangannya, kedepan yang juga perlu di perhatikan adalah keterlibatan mahasiswa dalam proyek ini,” tutur Dr. Bert Melief.
Menanggapi komentar dan saran tersebut, Rektor Unimen Dr. Drs. Yunus Busa M.Si menyampaikan, saat ini Unimen telah membentuk pusat studi CoSeLSe sebagai rumah bagi DFFS, sehingga proyek DFFS ini dapat diintegrasikan dengan mata kuliah di Unimen.
“Sebagai Langkah awal saat ini Unimen telah menyediakan mata kuliah Komunikasi Pembangunan yang terintegrasi dengan proyek DFFS. Hal ini dimaksudkan untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan kontemporer abad 21 sehingga diharapkan setelah lulus nanti mereka mampu membangun kerjasama dengan pihak lain dan memiliki orientasi pembangunan yang berkelanjutan,” kata Rektor Unimen menanggapi.
Dr. Loes Witteveen, team Leader DFFS menyampaikan bahwa melalui pelatihan DFFS kita telah memperoleh banyak pembelajaran dan pengalaman berharga. Dan kesemuanya itu telah dikemas dengan rapi sebagai bekal untuk perjalanan selanjutnya.
Hal ini berarti bahwa semua pihak yang terlibat dalam kerjasama ini sepakat untuk melanjutkan DFFS ke tahap selanjutnya agar nantinya dapat memberi manfaat bagi petani dan lingkungan hidup.
“DFFS adalah sebuah cita-cita besar dan membutuhkan proses yang panjang. Pelatihan ini hanya merupakan langkah awal,” tegas Dr. Loes Witteveen.
Indy Hardono dari Nuffic Neso, menyampaikan rasa bangganya bisa menjadi bagian dari DFFS Enrekang. Dia sangat mengapresiasi dukungan dan kepemimpinan Bupati serta semangan tim DFFS dalam mensukseskan proyek ini.
“Saya sangat berharap dan menyarankan agar proyek ini tidak berhenti sejalan dengan ditutupnya pelatihan,” harapnya.
Sementara perwakilan peserta pelatihan, M. Ikbar Ashadi dari Dinas Tanaman Pangan, Perkebunan dan Hortikultura menyampaikan, melalui pelatihan DFFS, mereka menemukan kesadaran baru mengenai Teknik-teknik dan pendekatan dalam penyuluhan pertanian.
“Ada rasa haru dan bangga bagi kami ketika melihat hasil-hasil kerja kami selama pelatihan saat telah menjelma menjadi sebuah Aplikasi DFFS. Mengingat proses panjang yang kami lalui dengan berbagai tantangan seperti koneksi internet dan kendala bahasa dalam mengikuti pelatihan DFFS secara online,” ungkap Ikbal.
Dia berharap setelah pandemic berlalu para ahli yang memjadi pembicara hari ini dapat berkunjung ke Enrekang dan dapat berinteraksi secara langsung dengan tim desain dan para penyuluh di Enrekang untuk proses pembelajaran yang lebih efektif.
Sejalan dengan usulan peserta pelatihan tersebut Bupati Enrekang Muslimin Bando berharap, kerjasama ini diperluas bukan hanya di bidang riset tapi juga dalam peningkatan kualitas pengajaran dan pemagangan.
“Program ini sungguh besar manfaatnya, banyak petani sangat terbantu dengan program kerjasama ini. Bukan hanya petani di Enrekang, bahkan semua petani di dunia, tapi petani Enrekang beruntung dengan adanya program ini. Terimakasih kepada semua yang telah terlibat,” puji MB.
Bupati juga mengusulkan kepada Nuffic Neso agar kiranya dibuka kerjasama penyelenggaraan Short Course bagi staff pemerintah daerah dan Unimen agar mereka mendapatkan mengajaran mengenai sains terapan terbaru seperti yang disampaikan oleh pembicara dalam seminar ini.
“Kita berharap, dengan kerjasama ini ada program lain yang bisa di kerjasamakan, semisal beasiswa kursus singkat di belanda. Lalu DFFS ini semoga bisa menjadi mata kuliah khusus di Unimen, seperti kita tau di Unimen ada prodi Agroteknologi dan Biokewirausahaan,” lanjutnya.
Dalam sambutan penutupnya, Bupati mengapresiasi kerjasama dengan institusi Belanda yang telah terjain baik selama ini. Pada akhir Acara MB menyerahkan sertifikat pelatihan tim DFFS Enrekang dan cinderamata kepada peserta pelatihan dengan tingkat partisipasi dan kinerja terbaik yaitu Mursalim Bagenda, Sutarjo Barrang dan Sunira Nasrul.
Turut hadir dalam kegiatan seminar ini perwakilan petani dari kecamatan Masalle bapak Aksi Mamile Paruac (ketua Gapoktan Mammesa desa Buntu Sarong), ibu Faridah Ketua KWT Bersatu Bongli dan bapak Agus Salim.
Petani menyambut baik adanya initiatif DFFS yang dapat memberikan solusi kebutuhan petani akan informasi dan teknologi pertanian dan mengapresiasi upaya tim DFFS yang mengikutsertakan petani sejak awal DFFS ini dikembangkan. Petani berharap DFFS ini segera terwujud dan dapat dimanfaatkan oleh petani. (El)