JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah turut merayakan Hari Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November. Adapun tema Hari Guru Nasional Tahun 2021 adalah Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan.
Dalam konferensi pers yang disiarkan melalui saluran Youtube Muhammadiyah Covid-19 Center kemarin (25/11), Arif Jamali Muis, M.Pd selaku Wakil Ketua MCCC PP Muhammadiyah menyampaikan pentingnya peran guru dalam menghadapi pandemi.
“Guru punya peran sentral dalam mewujudkan satuan pendidikan yang aman dari penyebaran Covid-19,” jelas Arif Jamali Muis. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) 5M, 3T, dan vaksinasi.
Arif juga menyampaikan, jika seluruh guru bergerak dan mampu menanamkan nilai-nilai kebaikan serta optimisme dalam menghadapi wabah Covid-19, tentu akan semakin banyak masyarakat terutama peserta didik dan anak-anak memiliki karakter disiplin dan taat pada prokes dan punya kebiasaan hidup baru.
Selama pandemi dan pembelajaran sistem daring, ada kekhawatiran anak-anak mengalami learning loss atau pembelajaran yang hilang. Yaitu ketika kemampuan akademik anak-anak hilang. Oleh karena itu, pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama(SKB) 4 Menteri yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia telah menetapkan dimulainya pembelajaran tatap muka terbatas (PTPM) dengan menetapkan protokol kesehatan..
Untuk itu, semangat untuk kembali ke sekolah dan pendidikan juga harus seiring dengan semangat perlawanan terhadap Covid-19. Dalam hal ini, guru punya peran sentral dalam melaksanakan pendidikan dan menjaga para peserta didik.
“Sekolah harus kita jadikan pusat perlawanan covid-19 dalam kerangka anak-anak dan seluruh warga sekolah untuk taat pada prokes,” imbuhnya. Arif juga menghimbau kepada para guru untuk menjadi pahlawan di masa pandemi dengan mendidik jutaan anak Indonesia agar taat prokes, sehingga masyarakat terhindar dari gelombang pandemi ke-3 sebagaimana dikhawatirkan jelang libur pergantian natal dan tahun baru.
Arif Jamali Muis juga menyampaikan keprihatinan dan kesedihan atas banyaknya jumlah guru yang meninggal akibat Covid-19. Menurut data Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), jumlah guru meninggal karena Covid-19 adalah 1.244 jiwa per 1 September. Jumlah tersebut cukup tinggi, sehingga Arif mengajak masyarakat khususnya para guru untuk tidak lelah menanamkan nilai-nilai dan karakter kebaikan dalam disiplin prokes.
Selain itu, kaitannya peran guru sebagai pahlawan di saat pandemi, Loresta Putri Nusantara Kasih, guru di SD Muhammadiyah 9 Malang tidak menampiknya. “Karena kami dituntut untuk menangani learning loss dan character loss. Karena itu dua hal yang sangat penting, terutama karakter,” ujarnya saat dihubungi lewat pesan aplikasi chatting.
Jika learning loss mengacu pada aspek kemampuan akademis atau kognitif, maka karakter lebih kepada nilai-nilai dan perilaku. Sehingga, penanaman akan karakter pun tidak bisa diabaikan. Dua hal tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam membangun dunia pendidikan Indonesia di era pandemi Covid-19.
“Ini yang diperjuangkan guru, untuk mengembalikan atau mempertahankan pembelajaran yang baik maupun menanamkan aspek kognitif dan karakter agar tetap ada pada diri anak-anak,” ujar perempuan yang akrab disapa Tata itu.
Tantangan juga nyata dalam hal penanaman disiplin protokol kesehatan. Menurut alumni Universitas Muhammadiyah itu, harus ada kerja sama semua elemen. Karena jika hanya mengandalkan guru, tentu penegakkan disiplin prokes bisa tidak optimal. “Kadang, bisa jadi kita sudah berusaha maksimal, tertib, mengingatkan anak-anak juga, tapi ada oknum yang mencontohkan tidak baik seperti abai terhadap prokes itu menghambat penanaman nilai-nilai disiplin prokes,” pungkasnya.
Tantangan menjadi pendidik di era pandemi juga disadari oleh Ririn Ismawati S.Pd, pendidik di SD Unggulan Aisyiyah Bantul, D.I. Yogyakarta. “Merebaknya pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi pendidik dalam menerapkan strategi pembelajaran yang komunikatif, kolaboratif, kreatif, dan kritis,” unwrap Ririn.
Ririn berharap, pola pembelajaran baru yang menggunakan metode blended learning yakni memadukan pembelajaran berbasis daring dan luring akan menambah animo peserta didik untuk belajar dengan antusias dan menyenangkan. Untuk itu, Ririn juga sangat menekankan pentingnya kolaborasi dan partisipasi semua pihak dalam mewujudkan pendidikan yang efektif dan efisien khususnya dalam mengatasi learning loss.
Di sisi lain, guru juga memiliki peran strategis sebagai ujung tombak pembangunan sekaligus sebagai agen transformasi penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
“Pada akhirnya, dengan kualitas pendidikan yang terus meningkat, diharapkan menjadi stimulus untuk mempersiapkan SDM Indonesia dengan masa depan yang unggul, tangguh, dan berwawasan global sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Mari bergerak dengan hati, pulihkan pendidikan Negeri,” tutup Ririn.
Sebagai informasi, menurut data dari Kementerian Kesehatan, data Covid-19 di Indonesia per 24 November menyebutkan adanya 4.254.443 kasus terkonfirmasi, 4.1-2.700 sembuh, 7.977 dalam perawatan, dan 143.766 meninggal. (budi/riz)