SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Sebagai bentuk kepedulian terhadap anak-anak warga kampung 1001 malam, Rumah Pintar Matahari (RPM) yang merupakan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) di bawah naungan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Krembangan Surabaya menggelar program “Gemar Mengaji”, Sabtu (27/11/2021).
Sekitar pukul 16.00 WIB, Wakil Kepala RPM, Warsono datang bersama beberapa relawan RPM, tiba di Musholla Al-Amin Kampung 1001 Malam dengan disambut puluhan anak-anak kampung tersebut.
Diawali pembacaan Basmallah dan pembagian masker sebagai upaya menjaga protokol kesehatan, satu persatu anak-anak kampung 1001 malam dipandu relawan RPM untuk menghafal surat-surat pendek juz 30. Bagi yang sudah setoran hafalan mendapatkan snack, dan minuman kemasan.
Wakil Kepala RPM, Warsono mengungkapkan, pihaknya memberikan pembinaan kepada anak-anak kampung 1001 malam setiap sabtu sore secara rutin supaya anak-anak dikampung tersebut bisa hafal minimal juz 30, selain itu juga diajarkan tata cara sholat, serta bantuan belajar bagi anak-anak yang masih kesulitan atau belum bisa membaca.
“Alhamdulillah, anak-anak terlihat sangat antusias hafalan surat-surat pendek juz 30. Tak lupa kami juga ucapkan terima kasih kepada donatur yang telah mendonasikan snack dan minuman kemasan kepada anak-anak binaan RPM. Mudah-mudahan bermanfaat bagi anak-anak kampung 1001 malam, dan berkah untuk para donatur”, pungkas Warsono.
“Semoga kedepannya, PCM Krembangan Surabaya melalui Rumah Pintar Matahari mampu mewarnai kehidupan di kampung tersebut dengan slogan Ada Matahari di Kampung 1001 malam”, tutup Warsono.
Sekedar diketahui bahwa Kisah Negeri 1001 malam ini bukan hanya ada di dalam dongeng Aladin dan Lampu Ajaib. Gemerlap keajaiban dari tanah Persia ini menjadi latar belakang fiksi yang digemari.
Nama 1001 malam, ternyata juga ditemui di Kota Surabaya. Bedanya, warga disana menanti ‘keajaiban’ mendapat perhatian dari Pemerintah kota Surabaya.
Bagaimana kehidupan mereka saat ini? Di kolong jalan tol daerah Dupak yang menghubungkan Surabaya Gresik terdapat sebuah kampung yang dinamakan kampung 1001 malam.
Kampung ini berada di sebuah lahan yang terisolir, tepatnya di pinggiran sungai Kali Anak Kelurahan Dupak, Kecamatan Krembangan Surabaya, karena aksesnya terputus akibat adanya jalan tol tersebut.
Entah siapa yang pertama kali babat alas dan menempati lahan tersebut. Menurut cerita orang yang dianggap sesepuh kampung ini bernama Sudarjo (70an tahun), hingga saat ini dia dipanggil Mbah Jo. Dialah yang mencetuskan nama 1001 malam dan orang yang pertama kalinya mendirikan sepetak rumah di lahan tersebut.
Sampai saat ini, sudah terdapat kurang lebih 175 Kepala Keluarga yang menetap di kampung ini, juga sudah didirikan posyandu, ponten umum, dan tempat peribadatan.
Jumlah jiwa yang berada di kampung ini 400 an jiwa. Jumlah anak usia sekolah 150 an, usia Paud sampai SD 95 an anak, selebihnya usia SMP dan SLTA. Tidak semua anak bisa bersekolah, bahkan masih ada yang buta huruf.
Rata-rata mata pencahariannya sehari-hari warga Kampung 1001 malam sebagai pemulung, pengemis, pengamen, kuli bangunan, tukang becak, dan buruh kasar. (Yuda)