YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Keberadaan ustadzah lingkungan tengah dipersiapkan untuk garda terdepan agar di manapun berada, mereka akan mensosialisikan tentang lingkungan.
Hal itu disampaikan oleh Hening Parlan, Ketua Devisi Lingkungan LLHPB Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dalam diskusi awal tentang penulisan modul ustadzah lingkungan via zoom meeting, Selasa (30/11/2021).
“Latar belakangnya ada pada bacaan kita yang terbatas. Sementara tantangan kita ada pada perubahan iklim. Ini membutuhkan energi lebih dari 60 persen,” jelasnya.
“Sementara komunitas yang merasakan dampak paling besar tidak mendapatkan suguhan yang cukup kuat,” imbuhnya.
Untuk itu kata dia dalam waktu dekat akan diterbitkan modul yang dijadikan pegangan para ustadzah lingkungan.
Dalam menyusun modul tersebut tim yang telah dibentuk oleh dia akan berkolaborasi dengan Majelis Tarjih yang ada di Muhammadiyah dan Majelis Tabligh yang ada di ‘Aisyiyah.
“Kita akan menyiapkan bahan ini, dan ini adalah living document yang memungkinkan dalam step ke stepnya akan mengalami perubahan atau tambahan-tambahan di setiap waktunya,” ucapnya.
Hening menjelaskan ada tiga kajian yang dimasukkan dalam modul tersebut. “Isinya hanya beberapa hal. Yang pertama tentang Islam dan lingkungan, yang kedua adalah perempuan penjaga bumi, dan yang ketiga adalah inovasi,” jelasnya.
Tentang Islam dan lingkungan, menurut dia ada sekitar 60 ayat dalam Al qur’an yang mebicarakan tentang hal itu. Karena modul ini akan dijadikan buku saku, maka dimasukkan beberapa ayat yang dirasa penting.
“Islam dan lingkungan itu adalah menterjemahkan bagaimana Muhammadiyah yang merupakan Islam berkemajuan mentransformasi ayat-ayat ini dalam gerakannya,” ucapnya.
Terkait perempuan penjaga bumi menurut dia sajikan cerita-cerita tokoh sejarah dari manapun selama itu mengisnpirasi.
“Isinya adalah bagaimana perempuan memberikan spirit. Ada beberapa contoh yang ada di dunia misalnya ada tokoh dari Afrika yang menanam pohon hampir di seluruh Afrika yang kemudian dia mendapatkan Nobel,” tandasnya.
Sementara di dalam sejarah perjalanan Muhammadiyah dan ‘Aiayiyah yang dia ketahui pembahasannya terkait kesehatan jarang ditemukan sejarah yang berkaitan dengan lingkungan. Oleh karena itu menurut dia, sejarah Muhammadiyah ataupun ‘Aisyiyah perlu dibongkar.
“Yang saya baca, dari dulu kesehatan, jarang bangat yang berkaitan dengan lingkungan. Mungkin saya yang salah,” tuturnya.
Adapun pembahasan terkait inovasi dia mencontohkan yang telah dilakukan oleh LLHPB ‘Aisyiyah di beberapa wilayah maupun daerah melalui aksi penanaman pohon dan sayur dengan sistim pola asuh untuk kelentingan keluarga.
“Biar contoh dari aksi-aksi itu menimbulkan semangat ibu-ibu oh ternyata kampanye itu tidak hanya pengajian,” ucapnya.
“Jika dilihat dengan kacamata negatif maka dia akan hanya pengajian, tetapi jika dilihat dari kacamata positif, dia akan powerfull untuk kegiatan-kegiatan lingkungan yang sifatnya adalah dakwah,” imbuhnya.
Dia berharap dari nilai-nilai Islam terkait lingkungan, perempuan penjaga bumi dan inovasi yang tertuang dalam modul itu, orang akan terdoktrin untuk melakukan gerakan penyelamatan lingkungan. (Iwan Abdul Gani)