Al-Mujîb, Allah Yang Maha Mengabulkan

Al-Mujîb, Allah Yang Maha Mengabulkan

SALAH SATU dari nama-nama Allah SwT Yang Maha Indah adalah al-Mujîb, yaitu bahwa Allah mengabulkan setiap doa. Nama ini terdapat dalam firman-Nya, “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Saleh berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Rabb selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).” (Hud: 61).

Menurut penuturan Syaikh As-Sa’di rahimahullah, Allah mengabulkan secara umum doa hamba-hamba-Nya yang berdoa, seperti apa pun kondisi mereka. Dialah pula yang menjawab secara khusus doa orang-orang yang menyambut seruan Allah dan taat kepada syariat-Nya. Dia jugalah yang menjawab rintihan doa orang yang terhimpit dan putus harapan dari makhluk.

Namun bagi sebagian orang, berdoa merupakan suatu perbuatan yang hanya diingat saat menghadapi kesulitan atau situasi yang membahayakan, “Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan Kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih.” (Al-Isra’: 67).

Suatu kesalahan besar bila seseorang berdoa kepada Allah hanya pada situasi yang sulit. Dalam kondisi lapang pun senyatanya tetap berdoa kepada-Nya. Rasulullah SAW pernah menyatakan betapa beliau membutuhkan Allah dengan selalu berdoa dan Allah al-Mujîb  telah memberikan apa yang diharapkan di saat yang tepat.

Allah tentu mengetahui apa yang terbaik dan yang terburuk untuk hamba-Nya. Itu sebabnya, setiap doa belum tentu terwujud saat diminta dan sesegera mungkin. Allah mungkin memberikan sedikit atau lebih dari sesuatu yang diminta dalam doa. Allah mungkin belum mengabulkannya sama sekali di dunia. Akan tetapi, dalam kondisi apa pun, Allah menerima doa dari mereka yang berdoa. Jika seseorang merasa banyak permohonan yang belum terpenuhi, berbaik sangkalah pada Allah. Barangkali, ada hak-hak orang lain yang belum ia tunaikan atau ada makanan tidak halal yang ia konsumsi dalam keseharian.

Dengan mengimani salah satu nama Allah, al-Mujîb, kiranya setiap hamba tidak perlu segan-segan memohon kepada Allah, agar terasa tidak ada batas antara dia dengan Allah. Tanpa memandang orang  yang berdoa itu kaya atau miskin, sedikit atau banyak permohonannya, Allah niscaya mengabulkan doanya selama tidak ada penghalang terkabulnya doa.

Ahmad Fatoni, Kaprodi Pendidikan Bahasa Arab FAI UMM

Sumber: Majalah SM Edisi 5 Tahun 2019

Exit mobile version