Table Manner: Bincang Hangat Bersama Lukman Saifuddin

Table Manner: Bincang Hangat Bersama Lukman Saifuddin

TEGAL, Suara Muhammadiyah – Forum Santri Cendikia Darwisy (FSCD) Pondok Pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan (PPAD), divisi Tim Wartawan membersamai Bapak Menteri Agama Tahun 2014-2019 H. Lukman Hakim Saifuddin dalam table manner selepas acara “Silaturrahim Bersama Keluarga Besar PPAD”. Para wartawan santri yang beranggotakan 4 santriwati yaitu: Ashima, Arsy, Astyra, Efti dan dibimbing Ustadz Alvin Qodri Lazuardy membincang hal-hal yang berkaitan dengan “Peran Santri Dalam Ranah Pemerintahan”. Wawancara ini dilaksanakan pada hari Ahad 5 Desember 2021 pukul 12.30 di kantor pondok PPAD.

Sebagai pembuka, Ustadz Alvin menyampaikan muqaddimah dengan memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud serta tujuan dalam sesi bincang hangat ini. Adapun yang sampaikan Ustadz Alvin antara lain: menjelaskan bahwa di hadapan Bapak H. Lukman Saifuddin sekarang adalah para santriwati yang terpilih untuk diberi kesempatan mewawancarai Pak Lukman, yang kedua tujuan dalam wawancara atau bincang hangat ini adalah untuk menggali ibrah dari lika-liku Pak Lukman dalam menjalani kehidupan dari santri sampai menjadi Menteri. Adapun beberapa transkrip bincang hangat ini sebagai berikut.

Pertanyaan pertama dari pembimbing, Ustadz Alvin bertanya, “Bagaimana pola interaksi yang bapak terapkan dalam berkomunikasi di jajaran menteri, yang notabene Pak Lukman adalah seorang santri?”. Pak Lukman menjawab dihadapan wartawan santri dengan memulai menceritakan keadaannya ketika menjadi santri, Pak Lukman berkata , “Jadi untuk anak-anaku ini ketika anda semua masih menjadi santri, jangan berfikir ini-itu terlebih dahulu, mau jadi apa, nanti bagimana dll. Namun tetaplah fokus dengan yang anda semua sedang jalani ini, jalani dengan fokus belajar, belajar dan belajar. Untuk membangun relasi sana dan sini itu semuanya tergantung bagaimana yang anda lakukan sekarang”, komunikasi dengan teman sejawat, adik kelas dan kakak kelas itulah modal utama dalam berkomunikasi di ranah luar nanti, jawab Pak Lukman.

Pertanyaan kedua diutarakan oleh Astyra, wartawan santri itu bertanya, “menurut bapak bagaimana peran santri dalam ranah pemerintahan?”. Pak Lukman menjawab: “Di dalam pesantren tidak hanya mengajarkan tentang pelajaran Agama, namun lebih lengkapnya dalam pondok pesantren itu memberikan pelajaran untuk hidup, dengan kata lain ilmu kehidupan, dan ini tidak dimiliki model pendidikan selain pesantren. Lalu apa itu ilmu hidup?, Pak Lukman mengutarakan pemantik diskusi kemudian beliau juga menjawab pertanyaan pemantik itu dengan jawaban, “Ilmu yang melatih kita untuk bergaul dan berbaur dengan berbagai teman yang memiliki berbagai latar belakang. Di dalam perbedaan itu ada namanya konflik, dijengkeli dll. Ilmu hidup juga termasuk di dalamnya berinteraksi sosial dalam dinamika pondok seperti budaya mengantri dari mandi sampai makan. Tambah pak Lukman, itu melatih kesabaran dan menumbuhkan rasa tepo seliro atau tenggang rasa dan itu sangat bermanfaat sekali di masyarakat kelak. Dengan ilmu hidup inilah umumnya para santri ketika masuk dalam jajaran pemerintahan itu mempunyai nilai plus yaitu ilmu hidup tadi, jawab Pak Lukman. Pak Lukman juga menambahkan, di era ini santri menjadi gubernur sudah banyak, santri jadi bupati sudah banyak bahkan wakil presiden dari santripun suda ada. Maka peran santri di pemerintahan sangat strategis dan besar ketika bergerak di dalamnya, Ujar Pak Lukman.

Dalam sesi akhir, tim wartawan melayangkan pertanyaan, “Apa pesan Bapak Lukman Hakim  untuk kami para santri di Pondok Pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan?” Pak Lukman menjawab: “pesan Saya di pondok pesantren ini adalah selain belajar tadi, manfaatkan waktu ketika nyantri seraplah semua pelajaran hidup yang ada karena santri yang biasa dan yang unggul terlihat perbedaan dari bagaimana ia menyerap pelajaran hidup dalam perjalanan kehidupannya”, jawab pak Lukman dengan sahaja. Selain pesan ini, beliau juga memberikan wejangan, “perbedaan antara orang yang awam dan berilmu. Orang yang awam itu ketika menjalani kehidupan ini dianggap hanya biasa saja mengalir apa adanya mengikuti rutinitas manusia lainnya, namun orang yang berilmu adalah orang yang mampu menangkap hikmah disetiap perjalanan hidupnya dan menjadikan pelajaran hidup baginya, dan hal hal inilah yang menjadi kan orang itu unggul di masyarakat kelak, tambah Pak Lukman.

Dari bincang hangat ini, dapat diambil pesan bahwa orang-orang yang besar itulah orang yang mampu bertahan dalam kebaikan dengan belajar dibarengi istiqomah dan orang besar itu orang yang mampu menginsyafi setiap detik perjalanan hidupnya dan menjadikan ibrah untuk dirinya sendiri dan yang terpenting adalah bermanfaat untuk yang lain. “Khairu an-Naas ‘Anfa’uhum li an-Naas”. Wallahu ‘Alam Bi Sahwab. (Supervisor Forum Cendikia Santri Darwisy Divisi Tim Wartawan Santri PPAD)

Exit mobile version