Menghindar dari Firqah Kesesatan

Menghindar dari Firqah Kesesatan

Ilustrasi

Menghindar dari Firqah Kesesatan

Oleh: Dr Masud HMN

Kalau hanya gedung mencakar langit yang mewah dengan sarana ruang, udara sejuk, dan kursi empuk itulah yang disebut kemajuan, maka alangkah sempitnya makna kemajuan yang diidamkan. Ya, gedung bertingkat megah, tata ruang indah menarik, kursi kursi empuk memang membawa nikmat. Itu dinamakan menara gading, nama yang diperuntukkan formal luar sahaja. Bukankah manusia tidak seronok dengan indah, gemilang semu saja, tanpa isi tanpa esensi.

Dengan meminjam kata kata seorang intelektual Harvard American University, bahwa tidak lain itulah satu kepalsuan. Excelent without souls, ujar Harry Roy Lewis (74) demikian namanya intelektual kulit putih itu. Sebagai seorang yang malang melintang aktif di kampus, ia sadar memang ada gambaran yang inovatif di dalam kampus. Ada kebebasan, ada persamaan, dan bahkan ada kemakmuran. Ada juga sarana relasi kontak pikiran antar intelektual.

Your life ,liberty and happines after the Digital Explosion and Excelent Without A Soul How a Great University Forgot Education, (anda hidup bebas dan senang setelah gelombang kemajuan digital dan mendapatkan kehebatan tanpa jiwa terhadap pendidikan di universitas) kata Harry Roy Lewis kelahiran Boston, America tahun 1947 tersebut.

Bagi penyandang Doktor ilmu Matematik Havard university Itu menyisakan pertanyaan adakah fenomena di dalam kampus tempat mahasiswa dan para Dosen berada. Adakah prospek yang positif atau tidak, memang dalam kampus kulit putih ada kesamaan. Tetapi bagaimana di luar? Ada indikasi terdapat kelompok kulit hitam yang dipingirkan, dimarginalkan. Mereka itu mendapatkan pelayanan yang berbeda. Kulit hitam dan kulit putih.

Atas dasar demikian kita dapat menyatakan bahwa dalam realitas kaum kulit putihlah yang dianggap pantas duduk menikmati tempat yang mewah. Kaum kulit hitam bukan di situ tempatnya yang layak. Mengingat kalangan kelas atas wajar diistimewakan dan ada golongan kelas bawah tidak punya kewajaran seperti itu.

Biarpun sejatinya memang dilahirkan sama kedunia. Oleh karena sebab akal pikiran manusia juga menusia itu dibedakan. Realitas kehebatan tanpa esensi jiwa (Excelent without a soul).

Agaknya inilah yang disebut oleh Ibnu Thaimiyah (1263-1328 M) dengan istilah Firqah kesesatan. Bermula dari otak atau pikiran di kepalanya dan seterusnya. Firqah kesesatan berkelanjutan.

Apabila sesuatu yang buruk di kepalanya (pikirannya) maka buruklah tindakannya. Sering dimetaforakan dalam istilah busuk ikan mulai dari kepalanya, terus berlanjut ke badan dan ekornya.

Intinya rusaknya konsep kemanusiaan adalah disebabkan oleh pikiran manusia itu sendiri. Bisa dibayangkan kerusakan dilakukan manusia sepanjang sejarah. Padahal mereka itu pada dasarnya memahami arti bagaimana keharusan menjaga sifat dan tingkah laku kemanusiaan itu, yang pada ujungnya adalah untuk kemaslahatan manusia juga.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an dalam surat ar-Rum ayat 41

Zaharal fasadu filbarry wal bahri bima kasabat aydiinnas’ (Terjadi kerusakan di daratan dan dilautan adalah karena tangan manusia)

Maksud ayat ini bahwa kerusakan ada sebabnya yaitu besumber dari manusia. Tegasnya bukan dari yang lain. Meski ada juga dari sebab lain, namun tidak dominan.

Sehingga pokok masalah bagaimana menjaga supaya umat terpelihara agar tetap punya spirit keyakinan kuat excellent with soul (perkasa dengan jiwa yang tangguh) namun menghindar dari firqah kesesatan dan jangan berbuat fasad. Kita mencoba memberi jawabannya yaitu agar segera kembali ke jalan yang benar. Yaitu jalan lurus dimana Allah meridhainya.

Bukan jalan excellent (hebat) tapi tak ada soul (jiwa). Bukan jalan firqah kesesatan (pikiran tak terpuji). Bukan pula jalan yang membawa kerusakan (fasad);

Maka, Istiqamahlah di jalan Allah (sirathal mustaqim) itu dengan sungguh sungguh. Hanya Allahlah yang menjadi pelindung, Tiada yang lain. Kesungguhan ditandai dengan doa, berbuat baik menjauhkan dari hal maksiat dan mungkar.

Hanya dengan kesungguhan dengan disertai doa, perbuatan baik meningalkan fasad dan mungkar umat ini dapat terpelihara. Kita menghindar dari firqah kesesatan, Kita bangun keyakinan dan harapan, tiada putus asa, karena putus asa adalah dosa. Semoga Allah melindungi kita. Amiin Yarabbal alamiin

Masud HMN, Dosen Universitas Muhammmadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Exit mobile version