Membumikan Gerakan ‘Kaderisasi Keluarga’ dalam Tubuh Persyarikatan

Upgrading

Foto Upgrading AMM Pasuruan Sukseskan Perkaderan Berkelanjutan

Membumikan Gerakan ‘Kaderisasi Keluarga’ dalam Tubuh Persyarikatan

Oleh: Muhammad Hafizh Renaldi

Kader berasal dari Bahasa Perancis: cadre atau les cadres yang memiliki arti anggota inti yang menjadi bagian terpilih, dalam lingkup dan lingkungan pimpinan serta mendampingi di sekitar kepemimpinan. Kader sendiri juga bisa kita sebut sebagai jantung dari sebuah organisasi, hal itu dikarenakan apabila kader pada suatu kepemimpinan organisasi lemah, maka hal itu berakibat kepada lemahnya kepemimpinan suatu organisasi. Selain itu kader juga bisa di analogikan seperti empat persegi panjang atau kerangka atau tulang punggung dari sebuah kelompok yang terorganisasi secara permanen.

Keberlangsungan kepemimpinan suatu organisasi juga tak terlepas dari nilai kader yang berkualitas, militan dan punya semangat yang tinggi. Maka dari itu jika suatu organisasi termasuk Muhammadiyah tidak dapat menyiapkan dan merancang suatu sistem perkaderan secara jelas, sistematis dan terencana akan dipastikan Muhammadiyah bisa menjadi organisasi yang lemah dalam segi pergerakan, tidak berkembang, bahkan tidak mempunyai tujuan di masa depan.

Kini sebagai sebuah organisasi sosial keagamaan yang sudah berusia 1 abad, kehadiran Muhammadiyah patut disyukuri dan terus didukung. Terlebih lagi, Muhammadiyah telah berkiprah dan mengabdikan diri untuk bangsa, bersama dengan NU dan organisasi lainnya sejak sebelum Indonesia merdeka. Pasca kemerdekaan hingga hari ini pun, Muhammadiyah telah banyak berkontribusi pada bangsa mulai melalui bidang Pendidikan, Kesehatan, filantropi hingga persemaian gagasan moderasi keagamaan (Fanani, 2018)

Memasuki abad kedua dalam perjalanan Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan, Muhammadiyah mempunyai tantangan yang tidak sedikit. Saat ini Muhammadiyah harus mampu untuk menjawab berbagai persoalan global dari hak asasi manusia, kemiskinan, kelaparan, kemacetan, banjir hingga toleransi, pluralisme, radikalisme, dan terorisme. Tentunya semua persoalan ini  bisa terjawab jika Muhammadiyah memiliki arah yang jelas dalam pergerakan, yang mana semua itu tidak terlepas dari peran, semangat, militansi, komitmen kader terhadap persyarikatan.

Kaderisasi, Jawaban Atas Tantangan Abad Kedua

Perkaderan bagi Muhammadiyah merupakan salah satu hal terpenting dan paling strategis untuk menjaga kelangsungan hidupnya sebagai gerakan Islam, dakwah amar makruf dan nahi munkar berdasarkan al – quran dan as – sunnah. Keberadaan kader itu bukan saja untuk kelangsungan regenerasi dan suksesi kepemimpinan yang terjaga, tetapi juga penambahan personil yang memperkuat barisan dakwan dan jihad yang terorganisir (Furqoni, 2016)

Mengutip pernyataan dari Imam Syafi’I, ketika beliau pernah ditanya oleh seseorang , ‘’mana yang lebih hebat bagi seseorang, antara di kokohkan atau diberi ujian‘’. Lalu beliau menjawab. ‘’Ia tidak di kokohkan sebelum diberi ujian‘’. Begitu juga dalam halnya perkaderan Muhammadiyah, ia tidak akan kokoh sebelum melewati berbagai ujian dan permasalahan. Permasalahan umum dalam perkaderan Muhammadiyah adalah sulitnya mendapatkan kader yang memiliki semangat, militansi, komitmen dan berkhidmat di persyarikatan.

Selain daripada itu beberapa persoalan perkaderan yang lain juga merupakan suatu hal yang tidak bisa dianggap remeh. Beberapa diantaranya yakni adanya kendala personal kader untuk terlibat secara intens dan dinamis di dalam persyarikatan, belum optimalnya pelaksanaan dan pengembangan perkaderan, Sebagian pimpinan di berbagai tingkatan terkadang belum memiliki komitmen penuh untuk melaksanakan program perkaderan serta kaderisasi keluarga belum menjadi prioritas di lingkup pimpinan.

Untuk menyelesaikan itu semua, ada beberapa strategi agar bagaimana perkaderan di Muhammadiyah bisa berjalan dengan maksimal. Diantaranya dengan terus melakukan perkaderan formal dan non formal, persebaran kader di berbagai bidang dan profesi, mengoptimalkan jejaring antar kader hingga meningkatkan upaya kaderisasi melalui keluarga.

Kaderisasi Keluarga

Upaya kaderisasi melalui keluarga merupakan salah satu strategi untuk menjawab berbagai permasalahan yang terjadi pada abad kedua. Upaya kaderisasi keluarga adalah dengan menjadikan keluarga sebagai wadah untuk sosialisasi nilai – nilai dan ajaran islam dan pembentukan akhlak mulia sehingga terbentuknya pribadi uswatun hasanah (sebagai madrasah) serta sebagai wahana perkaderan sesuai dengan fungsi keluarga dalam pedoman hidup islami warga Muhammadiyah (PHIWM). Tentunya dengan berpegang pada prinsip dasar bahwa pemimpin yang baik mampu menyiapkan penggantinya dan falsafah pohon pisang : ‘’belum rela mati sebelum tumbuh tunasnya‘’

Muhammadiyah dapat melewati usia satu abad ini karena mampu melahirkan kader – kader terbaiknya. Yaitu kader yang mampu meneruskan perjuangan para perintis dan pendahulunya. Salah satu jalur kaderisasi yang paling strategis adalah jalur keluarga. Keluarga perintis Muhammadiyah di sebuah tempat mampu melahirkan generasi penerusnya, demikian seterusnya. Ini biasanya terjadi karena generasi petintis Muhammadiyah memang betul – betul kader militan, handal, saleh dan memiliki daya juang tinggi serta memiliki visi yang jauh kedepan. (Prof. DR. H.M. Din Syamduddin, 2014)

Langkah Sederhana Dalam Upaya Kaderisasi Keluarga

Upaya kaderisasi tentunya harus memiliki proses yang terstruktur dan terorganisir dengan baik, beberapa proses untuk melanggengkan kaderisasi keluarga ini bisa dilakukan dengan :

  1. Pembiasaan

Langkah paling awal adalah melakukan hal – hal ringan dengan membiasakan melakukan kegiatan ibadah secara berjamaah, bersikap jujur, mencintai suatu ilmu, suka menolong serta bekerja keras termasuk dalam hal pekerjaan organisasi.

  1. Keteladanan

Langkah kedua adalah berupaya untuk memberikan keteladanan dalam kehidupan keluarga, pengelolaan rumah tangga, berperan dalam keagamaan dan kemasyarakatan.

  1. Pelibatan

Langkah ketiga yang perlu dilakukan adalah dengan melibatkan anggota keluarga dalam menangani tugas – tugas rumah, melibatkan anggota keluarga dalam mengurus organisasi, merintis amal usaha sampai pada melibatkan keluarga dalam tugas dakwah dan kemasyarakatan.

  1. Pendelegasian

Langkah selanjutnya  yang bisa dilakukan adalah dengan mendelegasikan anggota keluarga untuk menangani tugas – tugas rumah tangga juga tugas organisasi dalam hal ini persyarikatan Muhammadiyah, menggantikan peran sebagai aktifis dan mubaligh/mubalighat.

  1. Rekruitment

Selain daripada yang disebutkan diatas langkah lain yang bisa kita lakukan agar perkaderan yang pada pada Muhammadiyah bisa berjalan dengan maksimal adalah dengan mengadakan rekruitment. Kita bisa mengupayakan sosialisasi kepada keluarga terkait recruitment yang ada pada Muhammadiyah. Diantaranya sebagai pelaku Gerakan pada Amal Usaha Muhammadiyah atau Aisyiah serta dapat recruitment pada organisasi otonom Muhammadiyah seperti Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiah, IPM, IMM, Hizbul Wathan dan Tapak Suci

Dengan dilakukan nya kegiatan seperti ini, maka mata rantai perjuangan lewat jalur keluarga akan mudah ditempuh untuk menjawab berbagai tantangan pada abad kedua. Juga harapan untuk melahirkan kader – kader yang memiliki semangat juang, militan, handal, shaleh, punya komitmen dan siap berkhidmat untuk persyarikatan akan mudah terwujud.

Dengan lahirnya generasi penerus yang memang selalu mencari ridha Allah SWT, maka akan mudah terbangunnya kepercayaan pada masyarakat. Kepercayaan dari masyarakat inilah yang harus kita jaga dengan baik karena menjadi salah satu faktor penting sehingga Muhammadiyah mampu untuk bertahan hingga saat ini.

Billahi fii sabililhaq, fashtabiqul khairat

Muhammad Hafizh Renaldi, Ketua Umum PK IMM FAI UMY

Exit mobile version