Pedagang dan Cikal Bakal Muhammadiyah di Kota Makassar

Pedagang dan Cikal Bakal Muhammadiyah di kota Makassar

Oleh: Drs.M.Nurdin Massi, M.Pd.I

Cikal bakal lahirnya Muhammadiyah di Makassar sebetulnya bermula dari terbentuknya Pengajian “Ashirathal Mustaqiem” oleh sebuah jamaah di kampung Butung, yang anggotanya umumnya para pedagang. Pengajian tersebut terbentuk atas pengaruh Jamia’at Al-Khair, sebuah organisasi Islam tertua di Indonesia yang berdiri di Jakarta pada tahun 1905 M.

Sekitar tahun 1922 M datanglah ke Makassar seorang pedagang batik yang juga anggota dan muballigh Muhammadiyah dari Surabaya, namanya Mansur Al- Yamani. Dalam mencari relasi dagang, Mansur Al-Yamani banyak berkenalan dan bergaul dengan jamaah Ashiratha Mustaqim, bahkan beliau aktif menjadi anggota pengajian.

Sebagai Muballigh Muhammadiyah tentu saja dalam berinteraksi dengan sesama pedagang dia juga menyebarkan faham agamanya kepada kolega-koleganya.

Setelah tinggal beberapa tahun di Makassar timbul idenya mendirikan Muhammadiyah, maka pada tanggal 17 Ramadhan 1345 H bertepatan 4 April 1926 M, beliau mengundang jamaah pengajian Ashirathal Mustaqim bermusyararah dirumah Haji Muh. Yusuf Dg Mattiro di kawasan Pelabuhan Makassar.

Pada kesempatan itu disepakati Pengajian Ashirathan Mustaqiem beralih menjadi Group Muhammadiyah Makassar. Dengan sesunan pengurus sbb:

Ketua : HM. Yusuf Dg Mattiro
Wakil Ketua : KH. Abdullah
Sekretaris : Muh. Said Dg Sikki
Bendahara : H. Yahya
Pembantu : H. Muh. Tahir Cambang,
H. Abd. Karim Dg Tunru,
Mansur Al-Yamani
Daeng Minggu

Pada pertemuan itu juga disepakati mengutus Mansur Al- Yamani ke Yogyakarta untuk melaporkan berdirinya Muhammadiyah di Makassar dan meminta utusan Hoofd-bestuur Muhammadiyah ke Makassar untuk memberikan bimbingan organisasi kepada warga Muhammadiyah. Setelah Mansur Al-Yamani melaporkan berdirinya Muhammadiyah group Makassar, datanglah HM Yunus Anis ke Makassar sekitar bulan Juli 1926, sebagai utusan Hoofd Bestuur Muhammadiyah.

Kedatangan HM Yunus Anis ke Makassar dimanfaatkan oleh pengurus Muhammadiyah Makassar memperkenalkan Muhammadiyah kepada masyarakat luas dengan mengadakan Rapat Umum (Tabligh Akbar) dengan pembicara utama HM Yunus Anis. Rapat umum itu bagi masyarakat Makassar saat itu, sangat menarik perhatian dan memjadi pembicaraan berhari-hari. Sejak itu Muhammadiyah mulai dikenal oleh masyarakat Makassar.

Beberapa bulan kemudian Group Muhammadiyah Makassar ditingkatkan statusnya menjadi Cabang Muhammadiyah Makassar yang mewilayahi Selsel dan disepakati KH Abdullah menjadi Ketuanya. Sejak itu Muhammadiyah Cabang Makassar terus berusaha membentuk group Muhmmadiyah baik di Makassar maupun di daerah pedalaman. Di Makassar sendiri berturut-turut berdiri group Muhammadiyah Bontoala, Group Muhammadiyah Pisang, group Muhammadiyah Mariso dan group Muhammadiyah Lariang Bangi.

Dalam kepemimpinan K.H. Abdullah sebagai ketua Muhammadiyah Cabang Makassar semakin nyata gerakannya, infrastruktur organisasi Muhammadiyah dilengkapi, tablig-tablig dengan gerakan dakwah semakin diperluas, demikian pula penempaan kader-kader melalui kelompok-kelompok pengajian semakin digiatkan, peserta pengajian Muhammadiyah semakin bertambah, baik yang dari Makassar sendiri maupun yang berasal dari daerah-daerah lain di Sulawesi Selatan.

Selain itu, ketentuan organisasi yang memberikan kesempatan kepada anggota Muhammadiyah yang telah cukup berjumlah 15 (lima belas) orang untuk membuat group Muhammadiyah di daerah masing-masing, semakin menambah jumlah kelompok-kelompok Muhammadiyah baik dalam daerah Makassar maupun di luar daerah tersebut, maka pada awal tahun 1927, Muhammadiyah mulai didirikan di luar Kota Makassar. Berturut-turut daerah yang menerima Muhammadiyah, adalah Pangkajene-Maros, Sengkang, Bantaeng, Labbakkang, Belawa, Majene, Balangnipa Mandar. Kemudian pada tahun berikutnya, 1928, Muhammadiyah memasuki daerah-daerah seperti Rappang, Pinrang, Palopo, Kajang, Maros, Soppengriaja, Takkalasi, Lampoko, Ele (Tanete), Takkalala dan Balangnipa Sinjai.

Perkembangan Muhammadiyah semakin pesat jelang Muktamar Muhammadiyah ke 21 yang diadakan di Makassar 1-2 Mei 1932 / 26-27 Dzulhijjah 1350H. Praktis seluruh daerah di Sulawesi Selatan, telah didirikan Persyarikatan Muhammadiyah.

Dalam Perkembangan selanjutnya, diadakan penyesuaian struktur Muhammadiyah dengan struktur pemerintahan, maka terbentuklah Daerah Muhammadiyah Kota Makassar yang membawahi cabang-cabang yang ada di Kota Makassar termasuk Cabang Makassar. Daerah Muhammadiyah Kota Makassar berturut turut dipimpin oleh :

KETUA PDM MAKASSAR DARI PERIODE KE PERIODE

1. Haji Muhammad Tala

Sebagai Ketua PDM Pertama, H. Muhammad Tala menghadapi tantangan yang paling berat, terutama dari kaum adat. Kaum adat banyak yang merasa terusik dengan kehadiran Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah melakukan pembaharuan dan pemurnian ajaran Islam, yang banyak menyentuh adat kebiasaan yang dijunjung tinggi secara turun temurun. Karena itu dalam kepemimpinannya beliau melakukan pendekatan kepada kaum priyai dan pedangang untuk memperkuat eksistensi Muhammadiyah. Disamping itu beliau juga memperkuat pengkaderan generasi muda.

2. KH. Abd Jabbar Asyiri (1968- 1971)

Beliau adalah sosok ulama yang ikhlas dan tawadhu. Pada masa kepemimpinannya beliau sangat mementingkan pengkaderan melalui pengajian. Beliau rutin memberikan pengajian di masjid Raya dan Masjid Nurul Hidayah Kapopposang. Melalui pengajiannya beliau mencetak banyak kader yang diterjunkan untuk berdakwah dicabang-Cabang Muhammadiyah. Gaya kepemimpinannya yang paling menonjol adalah back to masjid. Beliau sering mengunjungi masjid yang ada pengurus Muhammadiyah disana, utamanya pada waktu subuh. Komitmennya terhadap pengkaderan muballigh mendorong beliau merintis pesantren Darul Arqaam Gombara yang sampai saat ini terus melahirkan kader dai Muhammadiyah.

3. KH. Fathul Mu’in Dg Maggading (1971 – 1985)

Beliau adalah pemimpin yang unik. Beliau adalah sosok pemimpin yang nyaris sempurna. Dia seorang kiyai yang hafidz dan cerdas, Seorang pengusaha yang sukses, kaya dan dermawan, Seorang veteran Pejuang yang berani menegakkan kebenaran dan melawan kebatian, disiplin, tegas tetapi bijaksana. Tidak heran dimasa kepemimpinannya Muhammadiyah maju pesat, Cabang dan Ranting semuanya aktif, amal usaha seperti sekolah, rumah sakit, dll berkembang dengan pesat. Ketika itu jangkauan dakwah Muhammadiyah sangat luas sampai ke pelosok. karena Muhammadiyah memiliki Radio Al-Ikwan. Usahanya yang paling monumental adalah pembebasan lahan seluas 6 ha untuk lapangan shalat Ied yang kemudian diberi nama “Lapangan Awwalul Islam”.

4. KH. Zainal Abidin Maffi (1985 – 1990)

Beliau adak sosok kiyai yang sangat sederhana. Belaiau rajin menulis terutama dalam upaya memasyarakatkan putusan Tarjih. Buku Putusan Tarjih disalin dalan bentuk buku saku agar mudah dipejarai warga Muhammadiyah. Dalam kepemipnannya beliua sangat perhatian terhadap pembinaan Cabang. Kunjungan ke Cabang-cabang merupakan kegiatan rutin. Tiap kunjungan cabang anggota di bagi 3 tim. Dengan kunjungan itu terjalin hubungan yang kuat antara Cabang dan Daerah. Pada masa kepemimpannya diperbanyak sarana kesehatan dan sosial seperti penambahan mobil ambulance.

5. KH. Baharuddin Paagim (1990 -1995)

Beliau sosok Kiyai yang mendalam ilmunya, tetapi tidak suka menonjolkan diri. Pada masa kepemimpinannya Muhammadiyah Makassar banyak kemajuan. Pembinaan cabang diintensifkan. Kunjungan ke Cabang-Cabang di teruskan, Pembinaan ditikberatkan pada pemurnian aqidah dan ibadah. Karena itu kegiatannya yang paling menonjol adalah Sosialisasi putusan Tarjih melaui pengajian di Cabang-Cabang dan Amal usaha.

6. H. Abd Razak Muh Thahir (1995 – 2000)

Beliau sosok pekerja keras yang tegas dan disiplin terutama sekali disiplin waktu. Pada masa kepemimpinannya dilakukan penertiban administrasi Persyarikatan. PCM diharuskan memiliki kantor yang dilengkapi alat tulis dan tenaga eksekutif. Pelaksanaan ketentuan – ketentuan Persyarikatan ditertibkan. Pimpinan Majelis dan AUM yang tidak patuh pada aturan diminta mundur. Kontribusi amalusaha kepada persyarikatan diatur secara adil. Sehingga dana operasional persyarikatan dapat teratasi. Dalam pembinaan AMM beliau mendukung penuh, bahkan terlibat menjadi panitia Muktamar IMM.

7. Dr. KH. Muh Alwi Uddin, M.Ag (2000 – 2005)

Beliau dikenal sebagai sosok yang keras dalam prinsip, tegas dalam berdakwah dan disiplin dalam berorganisasi. Pada masa kepemimpinannya Muhammadiyah Kota Makassar berkembang dengan dinamis. Pembinaan Cabang dan AUM lebih diintensifkan. Lapangan Awwalul Islam mulai dibenahi dengan melakukan MOU dengan PT Dillah Group yang hasilnya seperti kita saksikan sekarang. Hubungan dengan pemerintah sangat cair, Pemerintah Kota banyak menfasilitasi kegiatan Muhammadiyah. Hubungan dengan ormas Islam lainnya juga terjalin dengan baik. Bahkan Muhammadiyah saat itu mempelopori terbentuknya Forum Komunikasi Ormas Islam.

8. KH Jalaluddin Sanusi (2005 – 2015)

Beliau sosok ulama yang luas dan mendalam ilmunya, tetapi sangat tawadhu. Beliau adalah sosok ulama modern yang melek teknologi, akrab dengan internet dan teknologi modern lainnya. Beliau adalah pemimpin yang visioner, mempersiapkan kader-kader pemimpin masa depan melalui pengajian-pengajiannya. Pengajian-pengajiannya berbasis kitab kuning, untuk menepis anggapan orang bahwa Muhammadiyah krisis ulama yang mampu membaca kitab gundul. Dalam periode kepemimpinannya pengorganisasian Muhammadiyah ditingkatkan dengan pembagian tugas yang jelas. Penataan Lapangan Awwalul Islam dilanjutkan, dan dibangun Masji Al-Anshar serta gedung SMK. Dan perestasi beliau yang paling monumental adalah pembangunan PUSDIM. Pusat kegiatan Muhammadiyah yang sudah berpuluh tahun didambakan kehadirannya. Pada periodenya Muhammadiyah sangat diperhitungkan dan disegani, terbukti dengan dilibatkannya beliau sebagai Wakil Ketua Majelis Ulama dan Komisioner BAZNAS Kota Makassar.

Mereka semuanya berhasil mengembagkan Muhammadiyah Kota Makassar dengan tantangan dan gaya kepemimpinan masing-masing yang patut diteladani oleh generasi penerusnya.

Atas kerja keras dan pengabdian mereka beserta anggota pimpinan lainnya yang tidak sempat disebutkan, Muhammadiyah Kota Makassar saat ini dalam banyak hal dapat dibanggakan. Dari sisi organisasi Muhammadiyah relatif sudah tersebar merata di Kota Makassar dengan 21 Cabang dan 120 Ranting, ditambah 7 organisasi otonom yakni Aisyiyah, Nasyi’atul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatam Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Tapak Suci Putra Muhammadiyah dan Hizbul Wathan. Semuanya aktif berdakwah dan mempersiapkan kader-kader Persyarikatan. Dari sisi AUM Muhammadiyah Kota Makassar Memiliki 68 sekolah Dasar dan Menegah, 56 TK ABA dan PUD, 45 buah masjid, 8 Panti Asuhan dan 2 buah Rumah Sakit, dan beberapa Amal usaha di biodang ekonomi.

Kepada mereka yang telah berjasa membesarkan Muhammadiyah dan Aisyiyah kita ucapkan terima kasih, jazakumullah khairan katsieran, semoga semua amalnya dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT, dan keluarga mereka diberikan kesejahteraan dan kebahagiaan dunia sampai akhirat.

Drs.M.Nurdin Massi, M.Pd.I, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Makassar

Disampaikan pada Respsi Milad Muhammadiyah ke 109 Tingkat Kota Makassar, 12 Desember 2021 di MBS Awwalul Islam Parangloe kota Makassar.

Exit mobile version