Nilai – Nilai Muhammadiyah untuk Penguatan Bangsa

Nilai – Nilai Muhammadiyah untuk Penguatan Bangsa

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi menjadi narasumber utama dalam Pengajian Milad Muhammadiyah Ke-109 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Banyumas, Jawa Tengah pada Selasa (14/12/2021).

Dalam tausyiahnya, Haedar Nashir terus mendorong agar Muhammadiyah menjadi bagian dari solusi permasalah kebangsaan. “Muhammadiyah sadar bahwa bangsa ini ada masalah, ada persoalan, ada tantangan, maka kuncinya kita harus terus berbuat, membangun sesuatu yang berharga,” tuturnya.

Maka, Guru Besar Sosiologi tersebut memaparkan beberapa nilai – nilai yang menjadi karakter Muhammadiyah untuk penguatan bangsa. Pertama, Nilai Agama. Bangsa Indonesia tidak akan lepas dari agama. Semua agama resmi maupun yang diakui negara menjadi nafas kehidupan bangsa. Begitu juga agama memiliki kekuatan dalam konstitusi, baik di Pembukaan UUD 1945, maupun di Pasal 29 dan Pasal 31.

“Jadi jika ada orang yang meragukan, menegasikan, menihilkan, atau mendelegitimasi nilai agama yang hidup di Indonesia tidak berakar pada keindonesiaan,” ungkap Prof Haedar Nashir. Menurutnya agama hidup dalam jiwa bangsa Indonesia dan setiap umat beragama harus yakin dengan agamanya di samping menghormati agama lain.

Kedua, Nilai Pancasila. “Patokan kita berbangsa dan bernegara ada dalam Pancasila. Pancasila bukan sekadar lambang atau formalitas, melainkan harus menjadi jiwa, alam pikiran, sampai pada tindakan berbangsa dan bernegara,” ungkapnya.

Termasuk Muhammadiyah memelopori penguatan kebangsaan dengan diterbitkannya dokumen resmi Negara Pancasila Darul Ahdi wa Syahadah. Hal ini dimaksudkan agar negeri Indonesia tetap utuh dan terus eksis menjadi negara berkemajuan.

Ketiga, Nilai Kebudayaan. Ke depan demokrasi Indonesia akan makin kuat jika nilai-nilai agama, nilai-nilai Pancasila, dan kebudayaan luhur bangsa menjadi fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keempat, Nilai-Nilai Kemanusiaan. Nilai welas asih dan kasih sayang perlu terus disemaikan dalam kehidupan bermasyarakat. “Kita tebarkan nilai-nilai kasih sayang, Allah mencintai kita ketika kita mencintai kehidupan sesama, termasuk mencintai tumbuhan dan ciptaan Allah” tambah Prof Haedar Nashir.

Kelima, Nilai-Nilai Washatiyah. Dunia sering gaduh gara-gara orang yang suka memaksakan kehendak. Termasuk yang bersikap ekstrem yaitu orang yang berlebihan. Maka perlu mencari titik tengah, yaitu ada adil, solusi, titik temu. “Alhamdulillah Muhammadiyah selalu memelopori bersama yang lain bersikap wasathiyah dan kita praktekkan,” tuturnya.

Keenam, Nilai Etos Kerja. Hal ini merupakan nilai kesungguhan, karena dengan kesungguhan akan membuka jalan menuju kesuksesan. ketika menemui kegagalan terus berusaha untuk bangkit dan berusaha dengan berkhidmat dengan sungguh-sungguh. Semua merasa bertanggung jawab untuk berbuat yang terbaik.

Ketujuh, Nilai Ilmu. Muhammadiyah telah melaksanakan perkaderan mulai dari anak-anak, tingkat pelajar hingga dewasa untuk terus menimba ilmu serta mengembangkan budaya iqra. Jika bangsa Indonesia ingin maju, maka perlu menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.

Kedelapan, Nilai Kemajuan. Sejak Muhammadiyah berdiri, persyarikatan terus bergerak membawa umat Islam dan bangsa Indonesia untuk maju. Bahkan ke depan Muhammadiyah mengagendakan agar bisa membawa peradaban ke kancah global yang lebih maju. Sebagai langkah Muhammadiyah mewujudkan Islam rahmatan lil alamiin.

Oleh karena itu, Haedar Nashir memberikan apresiasi kepada UMP sebagai salah satu dari 164 Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang semakin menunjukkan menuju keunggulan dan kemajuan. “Apa yang telah dan akan dilakukan UMP sebagai salah satu Amal Usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan tinggi merupakan perpaduan atau keseimbangan antara pemikiran dan amaliah yang menjadi karakter Muhammadiyah,” pungkasnya. (rpd)

Exit mobile version