MEDAN, Suara Muhammadiyah – Tren investasi baru-baru ini mulai merambat di kalangan kaum milenial, sering kali investasi khususnya di pasar modal menjadi perbincangan hangat di berbagai media disaat pandemi melanda di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Investasi merupakan kegiatan menanam modal dalam jangka waktu cukup lama dengan harapan dapat memperoleh keuntungan di masa depan. Selain itu, investasi merupakan sebuah langkah awal untuk membangun perekonomian. Maka dari itu, dengan berinvestasi kita dapat membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Bagi masyarakat, investasi sejak dini sangatlah penting untuk mencapai kebebasan finansial. Namun apakah pemahaman masyarakat tentang investasi terutama di pasar modal sudah benar?
Atas dasar pertanyaan tersebut Forum Keluarga Alumni (FOKAL) IMM FEB UMSU gelar diskusi atau yang disebut Ngobrol Bareng FOKAL IMM FEB UMSU yang bertemakan “Cerdas Berinvestasi di Pasar Modal”, pada Ahad (12/12/21).
Narasumber dalam Dedek Kurniawan Gultom, S.E,. M.Si, yang merupakan Dosen FEB UMSU dan juga Praktisi Keuangan dan Investasi. Acara ini berlangsung secara virtual dengan aplikasi zoom.
Dede Kurniawan Gultom menjelaskan bahwasannya tren di pasar modal selalu positif, peningkatan kapitaliasasi pasar terus meningkat secara signifikan, banyak dikuasi asing sehingga orang pribumi harus melek akan yang namanya berinvestasi.
“Kenapa kita harus berinvestasi dan masuk dalam pasar modal? Karena tren yang dihasilkan dari pasal modal selalu positif walaupun grafiknya naik turun (fluktuatif). Kemudian peningkatan kapitalisasi pasar terus meningkat dan sudah seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia harus melek terhadap hal seperti ini supaya pasar modal tidak hanya dinikmati oleh orang asing” ujar Dedek.
Ia juga menambahkan berbagai tips untuk menghindari saham yang berisiko tinggi dan menentukan portofolio saham yang sudah jelas. Selain itu, emiten harus diketahui bahwa bisnis yang dilakukan tidak mengandung unsur yang tidak dilarang oleh agama.
“Ketika kita ingin mulai berinvestasi maka kita sebaiknya menghindari saham yang berisiko tinggi dan mencari saham yang jelas seluk beluknya dengan menganalisis perusahaan dan laporan keuanganya secara fundamental” tambah Dedek. (adam chairivo/ syaifulh/riz)