Rektor UMSU Agussani Dikukuhkan Menjadi Guru Besar

Prof. Dr. Abdul Mu'ti: Perguruan Tinggi Harus Jadi Benteng Ilmu dan Bentel Moral

UMSU

MEDAN, Suara Muhammadiyah  – Rektor UMSU Dr. Agussani MAP dikukuh menjadi guru besar bidang ilmu sosial. Pengukuhan yang berlangsung pada Sabtu (18/12) kemarin di auditorium Gedung Utama Kampus UMSU Jl Muhtar Basri Medan.

Prosesi pengukuhan itu dihadiri Sekum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu’ti, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, Kepala LLDIKTI Wilayah I Sumatera Utara Prof. Ibnu Hajar Msi, Ketua PW Muhammadiyah Sumatera Utara Prof. Dr. Hasyimsyah Nasution dan ratusan pejabat dan undangan khusus diantara Rektor dari beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah di Indonesia.

Prosesi diawali dengan pembukaan sidang senat UMSU oleh Prof. Dr. Muhammad Arifin kemudian dilakukannya pembacaan SK Pengangkatan Jabatan Akademik sebagai Guru Besar dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem A. Makariem oleh Wakil Rektor 2 Dr. Akrim MPd dilanjutkan dengan orasi ilmiah.

Ada empat sambutan pada acara pengukuhan guru besar untuk Prof. Dr. Agussani MAP ini. Pertama dari Kepala LLDIKTI Prof. Dr. Ibnu Hajar MSi, Kemudian Sekum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu’ti, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi dan Ketum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir MSi.

Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Haedar Nashir menegaskan bahwa, Kehadiran para guru besar sebenarnya adalah memenuhi tuntutan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia untuk mendidik anak-anak negeri menjadi insan yang beriman, bertakwa, berakhlak, cerdas dan berilmu dan membawa kemajuan Indonesia menjadi negara yang maju, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Haedar berharap agar Perguruan Tinggi melakukan akselerasi pendidikan untuk menampung potensi anak bangsa yang menurutnya luar biasa dan banyak berprestasi di dalam dan luar negeri.

Hadirnya guru besar diharapkan Haedar membawa perubahan manajemen pendidikan yang tranformatif dan membawa kemajuan yang signifikan. Apalagi di tahun 2020, Indonesia telah memiliki sedikitnya 6.243 guru besar.

Di 164 lembaga pendidikan tinggi Muhammadiyah, kata Haedar ada sedikitnya 151 guru besar dan 986 doktor yang siap dilantik sebagai guru besar. Angka ini menurutnya adalah komitmen Muhammadiyah memajukan kehidupan bangsa.

Sementara itu Sekum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu’ti  menegaskan bahwa Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) harus menjadi benteng ilmu dan benteng moral. Para rektor di PTMA harus jadi legend, ikon dan pembaharu dalam perubahan yang berkemajuan.

Abdul Mu’ti memujikan perkembangan yang dialami UMSU dari hari ke hari. Sebagai universitas terbaik di Sumatera dengan akreditasi A maka UMSU diharapkan akan terus menjadi  kebangaan persyarikatan, khususnya masyarakat Sumatera Utara.

Sedangkan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi menyebut UMSU menjadi kampus yang membanggakan di Sumatera Utara. Terkait dengan jumlah guru besar di Sumatera Utara yang masih sedikit, Edy Rahmayadi minta kepada LLDIKTI Wilayah I untuk melakukan upaya-upaya percepatan agar jumlah besar dapat ditingkatkan.

Menuju Masyarakat Society 5.0

Prof. Dr. Agussani MAP menyampaikan orasi ilmiah dengan judul ” Tantangan Pekerja Sosial Propesional di era Revolusi 4.0 dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Menuju Socoety 5.0″

Kata Agussani, dunia sedang berubah. Perubahan tersebut berlangsung secara massif. Globalisasi adalah tema yang tepat untuk menggambarkan transformasi masacepat dan luar itu. Globalisasi digerakkan oleh dan bahkan identik dengan noeliberalisme.

Jelas Agussani, neoliberalisme memuat doktrin yang sangat yakin pada dogma pasar bebas. Terbukanya pasar ini, disatu sisi dapat memperluas kesempatan produksi dan meningkatkan kemakmuran. Namun disisi lain, mitos ‘tangan-tangan tak kelihatan’ hegemoni MNCs dan cengkraman lembaga-lembaga internasional merupakan tiga kekuatan besar yang dapat melahirkan persoalan-persoalan sosial-global.

Kesemua isyarat tersebut kata Agussani menggariskan dengan sangat jelas bahwa pengelolaan dan penanganan masalah sosial merupakan salah satu tantangan sangat strategis yang perlu mendapat perhatian serius dan terencana sedini mungkin. Sehingga memasuki dan mengisi abad global ini, persoalan-persoalan kemanusiaan tidak lagi menjadi beban berat dan nestapa berkepanjangan. Laksana sebuah labirin yang menyimpan misteri kompleks yang sulit dipecahkan.

Prosesi pengukuhan guru besar Agussani ditandai dengan pemutaran video profil perjalanan kehidupan putra Kampar itu sejak ia kecil di kota kelahirannya kemudian merantau ke Medan, bekerja di amal usaha Muhammadiyah, kuliah dan kemudian menjadi dosen. Perjalanan karir Agussani cukup berwana sehingga menarik untuk dijadikan teladan bagi banyak orang yang sedang menata diri untuk menjadi pemimpin dan tokoh di negeri ini. (Syaifulh/Riz)

Exit mobile version