BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) melalui Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) menggelar Sosialisasi Program Kreativitas Mahasiswa 2022 kepada seluruh dosen UMBandung secara virtual pada Sabtu (18/12/2021).
Dalam sambutan pembuka, Rektor UMBandung Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Si., IPU. mengatakan bahwa kegiatan tersebut menjadi langkah penting yang bisa dijadikan sebagai kekuatan untuk melakukan perubahan.
”PKM ini menjadi multidimensi kegiatan kemahasiswaan yang berisikan pendidikan, penelitian, kemudian pengabdian kepada masyarakat, inovasi, kewirausahaan. Saya ibaratkan, tridarma perguruan tinggi itu sudah lengkap di dalam PKM ini,” kata Prof. Herry.
Prestasi yang didapat dari kegiatan PKM, kata Prof. Herry, mencerminkan prestasi di bidang-bidang lain termasuk juga manajemen di sebuah perguruan tinggi.
”Namun kalau manajemen perguruan tingginya kurang baik, ya, tidak mungkin bisa menghasilkan prestasi di PKM,” imbuhnya.
Menurut Prof. Herry, para dosen perlu membina dan membimbing mahasiswa agar bisa menjadi kader yang membanggakan dan kader yang mencerahkan umat dan bangsa.
”Insyaallah dedikasi Bapak dan Ibu sekalian menjadi kontribusi yang bermakna untuk masyarakat kita demi ikut mewujudkan masyarakat serta umat Islam Indonesia yang berkemajuan,” tandas Prof. Herry.
Sementara itu, Ketua PKM UMBandung Yayu Ulfa Marliani mengatakan, PKM menjadi program untuk mengupayakan dan meningkatkan prestasi mahasiswa di level nasional.
Selain itu, kegituan tersebut juga menjadi salah satu indikator peningkatan kualitas sebuah perguruan tinggi.
”Kegiatan ini nantinya akan memberikan progres pada pelaksanaan PKM di UMBandung untuk mencapai taget pembuatan 170 proposal yang berkualitas dalam menaikkan kluster di simbelmawa dan lolos pendanaan di PIMNAS,” ucap Yayu.
Yayu Ulfa menyampaikan banyak pengalaman yang didapat UMBandung dalam kegiatan PKM. Misalnya men-submit 12 proposal dan lolos 1 pendanaan pada 2020 serta men-submit 27 proposal dan lolos pendanaan dari Prodi Bioteknologi pada 2021 ini.
”Kami berharap melalui kegiatan sosialisasi ini, Bapak dan Ibu sebagai stakeholder yang paling berperan dapat meningkatkan jumlah proposal yang berkualitas, untuk sama-sama bisa membina para mahasiswa agar bisa bersinergi dan menggolkan visi kita yakni 170 proposal ini untuk lolos pendanaan,” lanjutnya.
Mengawali paparan materi sosialisasi, dosen Telkom University Dra. Endang Budiasih, M.T. menyampaikan bahwa ada dua skema besar PKM, yakni proposal kegiatan dan karya tulis yang di-submit dalam waktu bersamaan atau berbeda, tetapi tidak jauh jaraknya.
Lalu apa beda keduanya? Endang menjelaskan bahwa skema proposal meliputi PKM riset, kewirausahaan, pengabdian kepada masyarakat, penerapan iptek, karsa cipta, dan gagasan futuristik konstruktif.
”PKM riset pun masih terbagi lagi ke dalam dua bagian, yaitu riset eksakta dan riset sosial humaniora. Sementara itu kalau skema kedua, yakni karya tulis, meliputi PKM gagasan tertulis dan artikel ilmiah,” jelas Endang.
Endang mengambil contoh lain, yakni PKM kewirausahaan, yang sejatinya ini menjadi ajang latihan mahasiswa agar pandai dan terampil dalam berwirausaha.
Kewirausahaan tersebut, kata Endang, harus dilakukan mahasiswa sendiri, misalnya mendirikan bisnis. Apakah dimulai dari bisnis model kanvasnya atau survei pasar kecil-kecilan.
”Di PKM kewirausahaan dengan tema kuliner itu sudah sangat jenuh karena banyak para mahasiswa yang berjualan sehingga jarang ada yang lolos. Kalaupun bisa lolos, itu berarti kulinernya ada yang sangat istimewa. Namun kalau di PKM kewirausahaan mengambil tema kuliner, kemudian cara jualannya tradisional, tidak ada yang istimewa, dipastikan itu tidak bisa lolos,” kata Endang.
Pembangunan berkelanjutan
Pemateri kedua, yakni Senior Consultant, Sustainability Advisory at Big 4 Faiza Fauziah, S.Si., MBA. menyoroti mengenai Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan.
Penelitian ataupun riset yang dilakukan di perguruan tinggi hakikatnya bisa menjadi bagian dari Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan.
”Jadi, ketika ingin berkontribusi untuk menciptakan suatu hal yang baru terkait SDGs, penelitian ataupun riset yang kita lakukan, bisa jadi kita sudah melaksanakan SDGs dalam penelitian tersebut,” ungkap Faiza Fauziah.
Faiza juga mengatakan, ketika ingin melakukan pendekatan berbasis SDGs, bisa dimulai dengan memahami agenda mana yang mau dibagikan.
Kemudian untuk mengukur keberhasilannya, kata Faiza Fauziah, bisa dilakukan dengan cara melihat indikator-indikator nasional yang sudah ditentukan.
”Setidaknya kalau misalnya kita melihat topik penelitian bisa apa, ya, sebenarnya jadi bisa ada arahan nih dari SDGs ini yang bisa jadi bagian dari topik-topik penelitian tersebut,” jelasnya.
Selain itu, Faiza Fauziah juga menyoroti soal seperti apa kontribusi kampus dalam SDGs, di antaranya bisa melalui riset, edukasi, penerapan implementasi dan tata kelola, serta soal external leadership.(Firman Katon)