Bahagianya Dunia Bersumber dari Ibu

Bahagianya Dunia Bersumber dari Ibu

Oleh : Nurlaeli

Aku angkat kembali sosok hebat dan luar biasa ini, kado indah untuk ibu di hari Ibu. Wanita yang memiliki banyak sebutan panggilan, ibu, simbok, mama, umi, dan masih banyak lagi sebutan untuk wanita yang sama yaitu ibu.

Ibu adalah wanita luar biasa, wanita yang harus selalu tampil bahagia di hadapan putra putrinya, walau dalam hatinya memendam banyak duka. Tampil sekenyang mungkin diantara perihnya lambung yang lapar, tampil sehat diantara deret wajah putra putrinya yang merintih kesakitan. Ibu sungguh wanita tangguh, tak ada tandingan dalam kasih sayang. Rasanya tak berlebihan bila sosok ibu sebagai sumber inspirasi, sumber cinta, sumber kasih sayang, sumber kenyamanan, sumber ketenangan, sumber ketentraman, sumber kebahagiaan.

Wanita hebat dan bersahaja, yang kemudian mendapat julukan ibu, memang luar biasa, super wuper huper duper dan tak boleh baper. Wanita yang mesti paham apapun yang ditanyakan makhluk kecil titipan Tuhan. Wanita yang sebagian orang mengatakan Malaikat yang Allah kirim mendampingi bayi mungil berlimpah senyum menawan.

Kehebatan ibu bukan tanpa dasar, kehebatan wanita-wanita di masa silam, ibu yang dianggap lemah banyak menjadi teladan kekuatan. Sehebat apapun laki-laki saat berada di luar, mesti dipertanyakan, siapa wanita di belakang yang mendampinginya. Dibuktikan dengan adanya hadits nabi, yang menempatkan kedudukan ibu lebih tinggi tiga kali lipat, dibanding sosok bapak untuk mendapat kehormatan dari putra putrinya, ibu wajib dihormati tiga kali lipat dibanding bapak.

Rasanya tak berlebihan, bila ibu mendapat kehormatan berganda, karena ibulah sumber cinta, sumber bahagia, sumber kasih sayang, sumber ketenangan. Dalam keteduhan wajah seorang ibu, ada surga di dalamnya, ada “Surga dibawah telapak kaki ibu” yang Allah titipkan untuk putra putrid an seluruh anggota keluarga. Surga yang digambarkan dalam Al Qur’an begitu nyaman, indah menggiurkan, membuat rindu, membuat tenang, dan rasanya tak bisa terbayangkan, bahkan tak mampu menggambarkan dalam tulisan, bagaimana indahnya surga. Dan Allah titipkan surga, di dunia ini,  ada di bawah telapak kaki ibu. Hingga tak salah, kalau ibu lebih hebat dari bapak, lebih mulia dari bapak, mendapatkan kehormatan tiga kali lipat dari bapak, karena ibu punya surga dibawah kakinya, untuk putra putrinya bahkan untuk seluruh anggota keluarga.

Ibu yang mampu menyuguhkan surga lewat sorot matanya, lewat ucapannya, lewat suguhan hasil olahan tangannya, lewat kebersihan hasil kreasai tangan lemah gemulainya, dan mempu mengalirkan cinta pada seluruh penghuninya. Dari lemah lembutnya ibu, mulianya ibu hingga tercipta suasanya surga dalam keluarga, surga kecil yang semua ingin terus berada di dalamnya, semua tak ingin keluar karena dalam hatinya merasa “rumahku adalah surgaku”, yang akan mampu membuat rindu siapapun yang melangkah pergi jauh darinya.

Cinta penghuni surga kecil dalam keluarga, memancar dan menebar mewarnai kehidupan di lingkungannya. Bila semua rumah adalah surga bagi masing-masing anggota keluarga, maka kumpulan surga kecil keluarga, akan mampu membentuk “Qoryah Thoyyibah”, kampung yang baik, kampung yang sehat, kampung yang nyaman, kampung yang dirindukan oleh semua yang pernah menginjakkan kaki untuk menikmati keadaan yang berbeda dari yang lainnya.

Bermula dari ibu yang hebat, ibu yang mulia, memaksimalkan surga di bawah kekuasaan kecilnya, mampu menciptakan surga di dalam rumahnya, bahkan cahaya cintanya terus menebar kebahagiaan tak terbatas jaraknya. Ibu yang hebat berlimpah cahaya cinta dalam keluarga, menarik dan mempengaruhi semua keluarga, hingga kampung yang dihuni banyak wanita mulia juga bagaikan surga. Menjadi tak mustahil, ibu sebagai sumber kedamaian dunia. Ibu yang bersahaja, mampu menjadi sumber kedamaian sebuah negara, “wanita itu tiang negara, bila wanita baik maka negara akan baik, bila wanita rusak maka negara juga rusak”. Baiknya negara tergantung wanita hebat, ibu hebat yang memuliakan seluruh anggota keluarga.

Bahkan tak terhenti disana, bila setiap negara dipengaruhi ibu-ibu hebat yang mampu menjadi sumber kebahagiaan keluarga, maka negara hebat akan membentuk, ‘baldatun thoyyibatun warabbun ghafur”, baru membayangkan saja membuat hati damai damai, apalagi menikmatinya.

Ibu, wanita luar bias, sumber kebahagiaan keluarga bahkan kebahagiaan dunia, dia adalah sosok wanita, “wanita itu wani di tata”. Walau bukan alasan penindasan pria pada wanita, “Arrijaalu qawwamuna ‘ala annisa (laki-laki adalah pemimpin bagi wanita”. Wanita hebat, ternyata perempuan yang selalu siap ditata untuk taat pada laki laki/suami. Biarpun wanita memiliki kehormatan lebih tinggi, punya cinta lebih banyak, namun wanita tidak sombong, tidak angkuh dan mesti berlegowo tetap menjaga dan merendah diri bila berhadapan dengan suami. Sehebat apapun istri, sebanyak apapun penghasilannya, ia mesti tunduk dan taat pada suami selama untuk taat kepada Allah swt, bukan untuk bermaksiyat dan melanggar larangan-Nya.

Kasih dan cinta seorang ibu yang berlimpah, gambaran yang dilukiskan penyair sangat-sangatlah indah. Hampir semua orang Indonesia pernah mendengar, bahkan hafal nyanyian saat kecil lagu “kasih ibu”,

Kasih ibu kepada beta,

tak terhingga sepanjang masa,

hanya memberi, tak harap kembali,

bagai sang surya menyinari dunia.

Kasih ibu bagai matahari, tak pernah berhenti menyinari bumi, hebatnya lagi tak pernah minta bayar, tak minta dispensasi cuti, atau minta ganti rugi, walau 24 jam ia kerja tak pernah digaji materi.

Kasih ibu tak hanya sebagaimana matahari, namun kasih ibu juga digambarkan dalam sebuah peribahasa, “Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah”. Galah, alat bantu untuk mengambil sesuatu penyambung tangan yang tak mampu tangan meraih. Panjang galah tak lebih dari 5 m, bahkan banyak yang lebih pendek dari itu. Namun panjangnya jalan, rasanya tak pernah ada orang yang iseng atau menyempatkan diri menghitung panjang jalan. Hampir disemua pelosok negeri ada jalan, jalan raya, jalan besar, jalan layang, jalan gang, jalan tikus bahkan jalan kenangan, bila dalam satu dusun ada 100.000 m jalan, berapa jumlah panjang jalan di atas muka bumi ini, bahkan kadang hutan pun mampu di lewati tanpa jalan yang pasti.

Banyak harapan tertumpu, agar semua ibu terus menjadi inspirasi, menjadi teladan bagi generasi muda, karena mereka hidup dijaman yang sudah berbeda dengan kita. Kita hanya mendengar radio saat anak-anak, mengenal TV saat sudah dewasa, kita mengenal telepon setelah masuk tua. Namun anak-anak kita, mengenal alat komunikasi selagi mereka baru buka mata, banyak kita saksikan vidio dan foto yang beredar di dunia maya. Bayi-bayi mungil yang lagi berjuang dalam rahim saja sudah bias disaksikan dengan mata.

Menjadi ibu yang cerdas, karena ibu punya tanggungjawab menyiapkan genenasi yang hebat dimasanya, generasi yang sanggup menjalankan semua amanah agama, amanah bangsa, amanah keluarga.

Menjadi ibu sumber cinta, kasih sayang, ketentraman, kedamaian juga kebahagiaan. Karena dengan cinta dan kasih sayang, serta kelembutan hati ibu, keluarga akan merasa tentram, damai, selalu dalam kebahagiaan. Membawa hati tenang walau berada dalam kesulitan.

Menjadi ibu yang sabar, sabarnya melebihi kuatnya lautan menampung beban. Ibu tempat mengeluh, ibu tempat berbagi, ibu tempat mencari inspirasi, dan luar biasanya ridla Allah buat anak dititipkan pada ibu. Ibu yang dipercaya Allah sebagai perantara kerelaan atas semua keputusan langkah buah hati dan permata buah cinta keluarga.

Tak berlebihan bila ibu mampu menjadi surga bagi anak-anak, dan seluruh anggota keluarga, maka yang terjadi pastilah “Rumahku adalah surgaku”. Bila semua keluarga mampu berucap “Rumahku adalah surgaku”, maka “Baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur akan tercipta”. Bahagianya anak, bahagianya keluarga, bahagianya masyarakat, bahagianya negara, bahagianya dunia bersumber dari ibu yang hebat, ibu yang hebat karena dia mampu menciptakan kebahagiaan bagi seluruh anggota keluarganya.

Bahagiakan diri, dengan menyertakan Allah sebagai sumber kebahagiaan sejati di setiap saat, disetiap keadaan, disetiap tempat. Biarkan Allah tinggal dihati kita, dan kita/ibu menjadi jalan kasihNya buat seluruh umat manusia. Rabbana hablana min azwaajinaa wadzurriyyatinaa qurrata a’yun waj’alnaa lil muttaqiinaa imaaman.

Nurlaeli, MT PDA Purbalingga

Exit mobile version