Mentjetak Kijahi Kemadjoean, Potret Setengah Abad Perjalanan PUTM
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sejak berdirinya Muhammadiyah telah memulai proyek pembaruan melalui ijtihad para ulama-ulamanya dengan melakukan purifikasi dan modernisasi. Purifikasi dilakukan Muhammadiyah dalam bidang akidah dan ibadah, sementara modernisasi diaplikasi dalam urusan mualamah duniawiyah.
Peran Muhammadiyah tersebut semakin terlihat jelas ketika Muhammadiyah mendirikan Bagian Tarjih, yang dalam perkembangan disebut dengan Majelis Tarjih, pada tahun 1928 sebagai hasil keputusan Kongres Muhammadiyah ke-16 di Pekalongan pada tahun 1927.
Dalam perjalanannya, Majelis Tarjih merasa perlu menyiapkan regenerasi bagi ulama-ulama Tarjih yang diharapkan akan melanjutkan tongkat estafet aktivitas tarjih yang menjadi corak Muhammadiyah sebagai organisasi modern yang mengedepankan pemikiran agama yang segar, adaptif, dan menjawab tantangan umat namun tetap mengakar pada sumber-sumber al-Qur’an dan as-Sunnah al-Maqbulah.
Akhirnya, harapan itu terealisasi dengan dibukanya Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) pada 10 April 1968 M bertepatan dengan 12 Muharram 1388 H di Yogyakarta. Institusi pendidikan ini diharapkan bisa menghadirkan banyak ulama Tarjih yang siap kembali ke Persyarikatan Muhammadiyah di berbagai lapisan pimpinan mulai pusat hingga ranting.
Kiprah perjalanan PUTM telah berhasil disusun melalui suatu buku yaitu Mentjetak Kijahi Kemadjoean; Setengah Abad Perjalanan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah. Buku Sejarah PUTM ini disusun oleh Hamdan Hambali dan Tim serta diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah.
Launching Buku Sejarah PUTM juga dirangkai Mars, dan Hymne Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) dalam agenda Wisuda Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Angkatan ke-15 pada Ahad (27/12/2021).
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Prof Dr Syamsul Anwar dalam sambutannya mengungkapkan pentingnya PUTM sebagai wadah kaderisasi di bidang keulamaan. Mengingat Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi mungkar dan tajdid yang perlu ditopang salah satunya adalah oleh Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah.
“Eksistensi Pendidikan Ulama Tarjih wajib kita semua mengembangkannya agar dapat menjawab perubahan-perubahan dan tantangan yang dari hari ke hari,” ungkap Prof Syamsul Anwar. Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah memadukan dua hal, yaitu pengembangan pengetahuan dan keterampilan serta membuktikan dan menerapkan keterampilan itu di dalam peraktek di lapangan.
Turut hadir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, Ketua BPH Ustadz Fahmi Muqoddas, Direktur PUTM Ustadz Dahwan Muhrodji, serta para jajaran ustadz dan ustadzah PUTM. (rpd)