YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) menjadi institusi pendidikan khusus yang kuat posisinya dalam persyarikatan Muhammadiyah. Karena kader PUTM merupakan aktor di tengah perubahan zaman yang menampilkan akhlak al karimah dengan keshalihan yang menyatu dalam Kepribadian Muhammadiyah.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir mengapresiasi PUTM yang semakin luas peranannya dan semakin berkemajuan dalam kualitas di berbagai aspeknya. “Pendidikan Ulama Tarjih membawa marwah dan fungsi persyarikatan Muhammadiyah yang bersifat strategis. Baik dalam hal keilmuan, keshalihan, dan kiprah peran nyata dalam kehidupan,” tuturnya dalam Wisuda Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah, Ahad (26/12/2021).
Prof KH Haedar Nashir mengungkapkan dader PUTM membawa misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah yang merupakan misi besar yang tidak pernah berhenti. Maka, dalam dirinya telah memiliki bekal yang mumpuni tentang berbagai pemikiran tarjih, manhaj tarjih yang mendasar dengan pendekatan bayani, burhani dan irfani. Serta fikih-fikih produk tarjih yang sangat maju dalam berbagai aspek sudah menjadi state of mind (fikrah) atau alam pikiran para kadernya.
Seluruh Lulusan PUTM harus merepresentasikan Ideologi Muhammadiyah. Mulai dari pemikiran-pemikrian mendasar KH Ahmad Dahlan hingga berbagai pemikiran resmi Muhammadiyah. Seperti 12 Langkah Muhammadiyah, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM), Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ), Khittah Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM), Dakwah Kultural Muhammadiyah hingga Visi Karakter Bangsa, Indonesia Berkemajuan, Dakwah Pencerahan, Pernyataan Pikiran Abad Kedua, dan Negara Pancasila Darul Ahdi wa Syahadah.
Menurut Prof KH Haedar Nashir saat ini dalam alam pikiran keislaman maupun dalam ideologi di Indonesia sudah begitu rupa berbagai macam paham sudah saling beririsan. Oleh karena itu, Kader PUTM harus sejalan dengan ideologi persyarikatan Muhammadiyah. Salah satu contohnya dalam pandangan kemasyarakatan seperti di PHIWM Bab ketiga tentang muamalah duniawiyah.
Ada tiga poin penting, pertama, setiap warga Muhammadiyah harus selalu menyadari dirinya sebagai abdi dan khalifah di muka bumi sehingga memandang dan menyikapi kehidupan dunia secara aktif, dan positif serta tidak menjauhkan diri pergumulan kehidupan dengan landasan iman, islam dan ihsan dalam arti berakhlak al karimah.
Kedua, setiap warga Muhammadiyah senantiasa berfikir secara burhani, bayani, dan irfani yang mencerminkan cara berfikir islami yang dapat membuahkan karya-karya pemikiran maupun amaliah yang mencerminkan keterpaduan antara orientasi habluminallah dan habluminannas serta maslahat bagi kehidupan manusia. Ketiga, setiap warga Muhammadiyah harus mempunyai etos kerja islami seperti kerja keras, disiplin, tidak menyia-nyiakan waktu, berusaha secara maksimal atau optimal untuk mencapai suatu tujuan.
Sementara itu, dalam kehidupan bermasyarakat, Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan kebaikan dengan sesama seperti dengan tetangga maupun anggota masyarakat lainnya masing-masing dengan memelihiara hak dan kehormatan baik dengan sesama muslim maupun dengan non muslim dalam hubungan ketetanggaan. Bahkan Islam memberikan perhatian sampai ke area 40 rumah yang dikategorikan sebagai tetangga yang harus dipelihara hak-haknya.
Kemudian, kader PUTM sebagai Ulama Muhammadiyah perlu mendorong diri untuk senantiasa mengembangkan wawasan. Baik wawasan khusus keislaman sejak dari dimensi turats era klasik hingga kontemporer sudah melampaui samudera yang luas. Kuncinya adalah dengan memperkaya bacaan khazanah dengan lintas disiplin ilmu.
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan pembaruan, selain juga gerakan dakwah dan tajdid. Mengajarkan horizon yang luas merupakan bagian dari pemikiran maju persyarikatan. “Jadi wawasan itu harus luas dan menyatu dengan ilmu,” tutur Prof KH Haedar Nashir.
Terakhir, kader PUTM harus menjadi teladan dalam berkiprah di masyarakat. “Selalu beramal shalih, berbuat kebaikan, hatta terhadap mereka yang berbeda agama sekalipun sebagai bukti dari kita membawa misi rahmatan lil alamiin,” ungkapnya. Sikap welas asih terhadap sesama siapa saja merupakan karakter Muhammadiyah. Dengan menebarkan tasamuh, sikap inklusif dan mencintai sesama.
Seperti KH Ahmad Dahlan yang kokoh dalam prinsip namun tetap bergaul dengan pendeta maupun non muslim. Bahkan dokter-dokter diajak untuk merintis klinik PKU Muhammadiyah. Termasuk yang abangan pun menjadi bagian Muhammadiyah seperi dr Soetomo yang kemudian merintis PKU Muhammadiyah Surabaya tahun 2029. “Karena dakwah sikap Muhammadiyah itu merangkul bukan memukul karena pandangannya bersifat tajdid dalam bermualamah duniawiyah,” tandas Prof KH Haedar Nashir.
Wisuda PUTM kali ini adalah Thalabah Angkatan ke-15 yaitu angkatan tahun 2014 yang berasal dari berbagai Pimpinan Daerah Muhammadiyah. Terdapat 18 lulusan baru yang telah melaksanakan pendidikan hingga pengabdian ke berbagai Amal Usaha Muhammadiyah.
Turut hadir Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Prof Dr Syamsul Anwar, MA, Ketua BPH Ustadz Fahmi Muqoddas, Direktur PUTM Ustadz Dahwan Muhrodji, serta para jajaran ustadz dan ustadzah PUTM. Dalam kesempatan ini juga turut dilaksanakan juga Launching Buku Sejarah Mentjetak Kijahi Kemadjoean, Setengah Abad Perjalanan PUTM, Mars, dan Hymne Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM). (rpd)